Mantan Ronan (Lagi)

4.4K 478 34
                                    

Ronan mendongakkan kepalanya ketika bahunya ditepuk seseorang. Wanita di hadapannya ikut mendongak dibuatnya. Kemudian Ronan berdiri lalu bersalaman dan berpelukan dengan orang itu. Salmira menyusul, lelaki yang menepuk pundak Ronan itu merentangkan tangan hendak memeluk Salmira seperti yang biasa mereka untuk bertegur sapa.

"Gak ada! Enak aja main peluk-peluk istri orang!" Ronan menepis rentangan tangan lelaki itu.

Neil mengambil tempat duduk di sebelah Ronan. Salmira dan Ronan pun kembali duduk. Siang itu, mereka sedang menghabiskan makan siang di luar rumah. Ronan masih bekerja di rumah dan masih melarang Salmira memasak karena tangan wanita itu yang masih dibalut perban. Ronan tidak tega melihatnya, jadi ia bersikeras untuk melarang istrinya memasak.

"Mentang-mentang udah berhasil nikahin dia, lo jadi songong gini. Dulu aja nangis-nangis ke gue," gerutu Neil pada Ronan karena kesal pada ulah lelaki itu yang melarangnya memeluk Salmira.

"Susah dapetinnya ini," sahut Ronan sambil mengelus punggung tangan Salmira yang tidak terbalut perban.

"Gue harus bisa memanfaatkan segala privilage yang ada. Lupa lo pernah ngomong gitu? Dapet istri dari bantuan orang tua aja sok banget bilang susah dapetinnya."

Salmira yang mendengar gerutuan Neil hanya bisa tertawa. Sahabat dari suaminya itu memang seperti itu dari dulu. Mulutnya tidak terfilter.

"Beneran susah," sahut Ronan tidak mau kalah.

"Iya. Lo nangis tiap hari. Tahu gak Sal, sebelum lo nerima dia jadi suami lo. Laki lo ini kerjaannya cuma ngerepotin gue. Galau tiap hari. Larinya ke mabok. Tiap hari gue harus ngurusin orang sinting karena cinta."

Salmira terbahak mendengar ucapan kakak kelasnya itu. Sementara Ronan memasang wajah datarnya.

"Suami lo ini selama beberapa bulan itu hidupnya kaya kangkung layu. Lemes banget. Kena karma dia." Neil terkekeh di ujung kalimatnya.

"Kan gue yang doain, Kak," sahut Salmira disela tawanya.

"Asli. Doa orang tersakiti itu emang terjawab. Harusnya lo kecantol sama gue aja dulu, Sal. Biar si Ronan makin merana." Neil terbahak dengan kalimatnya.

"Nih makan, makan daripada lo banyak bacot!" Ronan menyuapkan sepotong daging ke mulut sahabatnya itu.

Salmira tidak bisa lagi menahan tawanya. Ronan dan Neil, dari dulu selalu begitu. Namun, keduanya tidak terpisahkan. Mereka saling mengerti satu sama lain, meski selalu dibumbui percekcokan.

Obrolan ketiganya terinterupsi dengan kehadiran seorang wanita cantik bertubuh tinggi yang tanpa basa basi langsung mengambil tempat duduk di sebelah Salmira. Neil dan Salmira mengernyitkan dahi sementara Ronan mendengus. Dia Maya, salah satu dari sekian banyak mantannya.

"Hai, Ron. Apa kabar? Aku denger kamu udah merit ya? Siapa perempuan gak beruntung itu?"

Neil nyaris terbahak mendengar pertanyaan wanita di hadapannya. Sementara Salmira mendelik ka arah suaminya.

"Oh, hai, May. Kenalin Salmira, istri gue. Sayang, ini Maya, temenku."

"Hai Salmira. Aku Maya. Congratulation for your wedding, ya. Banyakin sabar deh sama Ronan. Orangnya gak puas sama satu perempuan."

Salmira tersenyum lebar ke arah wanita di sebelahnya. "Thanks. Makasi juga udah ngingetin."

Maya membalas dengan anggukan berisi wajah meremehkan. Salmira kesal sekali melihatnya. Namun, bukan Salmira namanya kalau orang lain bisa membaca ekspresinya dengan mudah. Wanita itu memasang wajah dinginnya kemudian kembali menyantap makan siangnya.

"Kata gue juga mending lo sama gue aja dari dulu, Sal. Bukan malah gamonin laki macam Ronan ini. Gangguannya banyak," ujar Neil saat Maya telah berlalu setelah basa basi yang cukup melelahkan untuk Salmira.

Selamanya [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now