Penyesalan Ronan

4.2K 335 39
                                    

Sore itu gerimis turun lagi. Langit kelabu masih menghiasi kota Jakarta. Salmira memilih pergi ke warung seblak langganannya ketimbang langsung pulang ke rumah. Ia masih kesal pada mamanya akibat memberikan begitu saja barang miliknya pada Ronan tanpa izinnya. Meskipun sebagian besar isi dari kotak itu adalah pemberian Ronan, tapi seharusnya Cahaya lebih bisa menghargai privasi Salmira. Tidak asal memberikannya pada orang lain.

"Berantem lagi sama mama?" Salmira menoleh pada pemilik suara bariton di belakangnya.

"Gak berantem. Cuma kesel. Kalau berantem sama mama gak akan bisa menang," sahut Salmira

Dareen melirik kotak yang tergeletak di bangku sebelah Salmira. Ia mendekati kotak tersebut hendak menyentuhnya namun tangan Salmira lebih dahulu menepis tangannya.

"Jangan disentuh," seru Salmira sembari memegang kotaknya.

Dareen menatap Salmira lagi. Mata gadis itu tampak berkaca-kaca. Dia juga memesan seblak dengan level pedas tertinggi. Nampaknya Salmira benar-benar tidak baik-baik saja sore itu.

"Kenapa Sal? Lo ada masalah?"

Salmira mengangguk. Air matanya menetes kembali. Semua isi di dalam kotak tersebut mampu menyayat hatinya lagi. Salmira menyesal mengapa dulu tidak membuang semua barang-barang itu. Kenapa malah menyimpannya jika harus kembali menguak luka lama.

"Mama ngasi kotak ini ke Ronan tanpa izin."

Dareen membaca tulisan di atas kotak yang masih Salmira pegang itu. Lelaki itu langsung paham kalau itu ada hubungannya dengan masa lalu mereka.

"Seharusnya dulu gue buang barang-barang ini," ucap Salmira. Ia mulai mencari ide untuk menyingkirkan benda tersebut.

"Kok Mama lo bisa ngasi kotak ini?"

"Gue gak tahu ceritanya. Adik gue cuma bilang kotak ini dibawa Ronan," sahut Salmira.

"Lo pasti punya masa lalu yang kelam sama dia ya? Gue bisa lihat kepedihan di muka lo kalau lagi bahas Ronan."

"Gue benci banget sama dia Reen. Gue berharap dia hilang," sahut Salmira.

"Sabar ya Sal. Gue doain urusan lo dan dia cepet beres," ucap Dareen sembari mengusap pundak gadis itu.

"Gue selalu percaya semua luka pasti akan sembuh Sal. Tapi semuanya butuh waktu."

"Gue capek Reen. Mamanya baik banget sama gue. Dia juga lagi sakit. Gue gak bisa cut off Ronan gitu aja. Gue khawatir sama kondisi mamanya. Dan mama gue gak pernah sekalipun mau ngerti perasaan gue. Gue malah dikatain lebay."

Dareen kembali mengelus pundak Salmira. Memberi gadis itu dukungan agar bisa lebih bersabar menghadapi masalahnya.

"Kalau lo ceritain semua ke mamanya gimana Sal? Mungkin dia bisa lebih memahami perasaan lo?"

"Gak mungkin Reen. Mama Ronan punya penyakit jantung bawaan. Gue gak bisa ngebebanin dia dengan masalah gue."

Dareen merasa prihatin pada Salmira. Pasti susah menjadi gadis itu. Masa lalunya enggan berlalu. Ditambah keluarga yang tidak bisa memahami luka gadis itu. Salmira pasti sangat tertekan.

🌻

"Ron, kamu di mana? Lagi sama Salmira nggak?" Nada khawatir dari seberang sana membuat Ronan yang mengantuk mendadak terjaga. Ia melihat jam di ponselnya. Sudah jam sebelas malam dan Cahaya menelepon menanyakan keberadaan Salmira.

"Tadi sore dia ke sini Tente, tapi langsung balik. Emang belum pulang?"

"Duh, kemana sih anak itu? Yaudah kalau gak sama kamu. Tante cari dia dulu. Makasi ya Ron."

Selamanya [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now