My Heart

3.7K 330 39
                                    

Dareen bertengger di atas motornya. Menanti kehadiran Salmira yang telah mengabarinya akan segera datang. Sebelumnya Dareen ingin menjemput gadis itu ke rumahnya, namun Salmira melarang karena banyak saudara mama yang beerkunjung. Salmira enggan ditanya macam-macam.

Hari itu Dareen ingin menghabiskan harinya bersama Salmira. Kemarin Lala tidak sengaja keceplosan mengatakan padanya kalau keluarga Ronan memiliki rencana untuk melamar Salmira. Dareen dibuat galau semalaman. Memikirkan nasib dan hatinya ketika Salmira menerima lamaran itu nanti. Maka Dareen memutuskan untuk mengajak Salmira pergi. Menghabiskan waktu seharian dengan gadis itu dan mungkin untuk yang terakhir kalinya.

"Mau kemana kita?" tanya Salmira sambil mengambil helm dari tangan Dareen.

"Kemana aja boleh. Yang penting sama lo," sahut Dareen.

"Gimana, sih? Kan lo yang ngajakin," gerutu Salmira.

"Naik aja dulu!" Dareen berseru kemudian Salmira menurut. Naik ke atas motor Dareen kemudian motor itu melaju memecah jalanan.

Puncak adalah pilihan Dareen meskipun Salmira berulang kali mengatakan kalau itu bukan ide yang bagus. Mereka pergi di akhir tahun dimana musim hujan lebih sering turun. Ditambah lagi itu adalah penghujung tahun yang kemungkinan besar kota tersebut akan dipadati pengunjung yang berlibur. Hanya saja Dareen tidak mendengarkan Salmira. Motornya telah melaku jauh, mendekati Kota Hujan tersebut.

Motor Dareen melaju di jalanan berbatu. Hamparan kebun teh menjadi pemandangan di sepanjang jalan. Salmira terus tertawa semenjak motor itu berbelok dan melewati jalanan berbatu tersebut.

"Berasa naik kuda ya, Reen?" komentar Salmira di sela tawanya.

Dareen juga ikut tertawa mendengar komentar Salmira. Jalanan berbatu tersebut memang memiliki sensasi sendiri saat berkendara. Benar-benar seperti berkuda.

Dareen menghentikan motornya di bawah pohon pinus, kemudian turun menyusul Salmira yang telah berdiri di tepi jalan. Memandang lurus ke hamparan perbukitan dan perkebunan teh di hadapannya. Gadis itu tersenyum sembari menghirup nafas dalam-dalam. Dareen mengeluarkan kameranya, kemudian diam-diam memotret Salmira yang tersenyum dari samping.

"Fotoin orang tanpa izin lo, ya," ucap Salmira saat menyadari lensa kamera Dareen menghadap padanya.

Dareen menurunkan kameranya, kemudian menyuruh Salmira berpose. Meski berulang kali menolah, akhirnya Salmira menurut juga. Lumaian ia punya foto yang bagus karena diambil oleh ahlinya.

Mereka melanjutkan perjalanan menuju sebuah danau. Salmira berdecak saat tempat rekreasi itu dipenuhi banyak pengunjung. Dareen pun demikian, sungguh tidak sesuai dengan apa yang ia bayangkan.

"Bener kan apa yang gue bilang," ucap Salmira kemudian mendudukkan dirinya di tepi danau. Memandang orang-orang yang sedang bermain kano di tengah danau.

"Yang penting prediksi lo tentang hujan salah," sahut Dareen tidak mau kalah. Hari itu cuaca lumaian terik mematahkan semua prediksi Salmira di jalan tadi.

"Tunggu aja, paling beberapa jam lagi juga hujan," sahut Salmira enteng.

Dareen kembali menatap gadis di sebelahnya itu. Lekuk wajah Salmira yang indah membuatnya sulit untuk berpaling. Dadanya berdesir setiap kali ia berada di dekat gadis itu. Salmira membuatnya begitu mudah jatuh cinta. Gadis itu berbeda. Meskipun terkesan dingin dan cuek, dia memiliki daya tarik tersendiri yang membuat orang lain betah di dekatnya. Terlebih saat Salmira menjadi satu-satunya orang yang tidak menghakimi Dareen ketika tahu cerita hidup lelaki itu. Salmira menemaninya di saat ia sangat terpuruk setelah bertemu mamanya. Salmira satu-satunya manusia yang ia kenal, yang mampu memahami perasaannya.

Selamanya [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now