She is Mine

4.8K 347 36
                                    

Salmira tiba di depan rumah Una sekitar pukul tiga sore. Mamanya meminta dirinya untuk mengantar cemilan kesukaan Una yang selalu Cahaya buatkan untuknya. Salmira berharap hari itu ia tidak bertemu dengan Ronan, atau lelaki itu tidak mengusiknya lagi jika mereka bertemu.

Una membuka pintu, ia senang sekali melihat siapa yang datang. Sontak ia meneluk gadis itu. Tidak menyangka kalau Salmira masih bersedia berkunjung ke rumahnya.

"Mama nyuruh Salmira bawain ini buat Tante," ucap Salmira sembari menyerahkan paper bag yang dibawanya.

"Tante seneng banget kamu masih mau main ke sini. Apa kabar Sal? Si Ronan masih suka gangguin kamu?"

Salmira menggeleng. Ronan memang tidak pernah lagi menunjukkan batang hidungnya di hadapan Salmira semenjak kejadian kemarin. Semoga lelaki itu sadar dan tidak mengganggu Salmira lagi.

"Semaian kamu udah ditanem sama Ronan. Katanya sayang kalau sampai mati gak dipindah-pindahin. Masa dia nanem bunga sama sayuran aja perlu lihat youtube. Takut tanemannya mati katanya," ucap Una sembari menunjuk ke taman di sebelah kiri rumahnya. Beberapa pot dan polybag berjejer di sana.

"Kita masuk yuk, tenang aja Ronan gak ada. Dia lagi di luar kota. Katanya lagi mau cek lokasi untuk pembuatan iklan brand mobil yang mau masuk ke Indonesia." Informasi yang Salmira dapatkan membuat gadis itu lebih lega. Setidaknya ia tidak harus berhadapan dengan Ronan hari itu.

Salmira mengikuti langkah Una, kemudian duduk di sofa abu-abu di rumah itu. Una memberi tahu Mbak Teti untuk membawakan minuman dan beberapa cemilan untuk Salmira.

"Kabar tante gimana? Maaf Salmira jadi jarang main."

"Tante baik Sal. Kamu gimana? Tante harap kamu bisa ngerasa lebih baik. Sekali lagi maafin Ronan ya Sal."

Salmira mengangguk. Selagi Ronan tidak muncul di depan matanya lagi, ia akan merasa baik. Sungguh, kehadiran Ronan hanya membuat luka lamanya kembali menganga.

Di dalam rumah ada Edy yang sedang sibuk menelepon. Wajahnya sangat serius. Nampaknya lelaki itu sedang berbicara dengan orang penting.

"Salmira? Udah lama, nak?" Tanya Edy ketika sambungan telepon itu terputus.

"Baru aja Om." Salmira meraih tangan Edy kemudian meletakkan keningnya di punggung tangan lelaki itu.

"Sal, Om belum sempat bicara sama kamu. Om selaku orang tua Ronan minta maaf untuk semua yang sudah terjadi."

Salmira mengangguk untuk menanggapinya. Gadis itu sebenarnya enggan membahas masalah kemarin. Salmira ingin melupakannya.

"Ronan bilang dia khilaf karena terbawa suasana. Dia menyesali semuanya. Tapi sayangnya dia lupa kalau setelah itu harusnya dia gak boleh jadi pengecut dengan ninggalin kamu. Sal, Om gak bisa membenarkan perilaku Ronan Om benar-benar minta maaf atas nama dia ke kamu dan orang tua kamu."

"Om, Salmira boleh minta tolong, mama jangan sampai tahu. Salmira takut dimarahin, Om," ucap Salmira sembari menatap Edy lekat.

"Ya, Sal. Tante juga sudah bilang ke Om untuk gak bicara apapun soal ini ke Mama kamu."

Salmira tersenyum sembari mengangguk. Sungguh ia ingin melupakan segala hal yang berkaitan dengan Ronan. Tapi keluarga itu selalu baik padanya. Una dan Edy tidak pernah memperlakukannya seperti orang asing.

+62882xxxxxxxx

Ini Salmira kan?
Gue Vania, pacarnya Ronan
Can we talk?
Gue tunggu di cafe zinc deket kantor lo jam 5 sore

Oke

Salmira memblokir nomor tersebut setelah membalas pesannya. Gadis itu enggan berurusan dengan segala hal yang berhubungan dengan Ronan lagi. Ia tidak ingin hidupnya semakin berdrama karena masa lalunya itu. Salmira tersenyum dalam hati membayangkan gadis yang menghubunginya itu menunggunya di sana karena sampai kapanpun Salmira tidak akan datang.

Selamanya [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now