Tidak Berpihak

4.1K 328 30
                                    

Pintu studio terbuka lebar. Salmira terlihat duduk bersila di tengah-tengah set. Matanya berat dengan lingkar hitam di bawahnya. Dua gelas kopi yang tadi dibuatnya tidak mempan sama sekali untuk melawan kantuknya. Alhasil ia memutuskan untuk meninggalkan ruang kerjanya menuju studio tempat acara variety show yang dipegangnya biasanya diselenggarakan.

Anggun menyusul Salmira. Ia pun kebosanan di dalam ruangan bersama Bagas si manusia paling serius dan sok asik.

"Lo gak tidur semalem?" Tanya Anggun ketika melihat Salmira berkali-kali menguap.

"Cuma dua jam. Kebangun terus gak bisa tidur lagi," sahut Salmira sembari menggulir kursor laptopnya. Gadis itu sedang menjelajah internet untuk mencari inspirasi juga membunuh rasa ngantuknya.

"Kenapa? Banyak pikiran?"

Salmira menggeleng, "digangguin orang mabuk," sahutnya.

Anggun tidak ingin bertanya siapa orang yang mengganggu Salmira dan bagaimana kronologinya karena gadis itu pasti todak akan menjawab. Anggun sudah terbiasa dengan tabiat Salmira.

"Tapi Ma, biasanya orang mabuk itu omongannya jujut loh. Dia bicara apa yang dia rasain."

"Masa sih?"

"Ya, kan dia gak sadar sama apa yang dia omongin. Emang orang itu ngomong apa ke lo?"

"Gak ada, lupain aja," sahut Salmira kemudian kembali menatap layar laptopnya.

"Dosa lo ke gue itu makin banyak tahu nggak sih, Ma. Suka banget bikin orang penasaran terus masang muka gak bersalah gitu. Sebel banget," gerutu Anggun. Salmira menoleh sejenak kemudian memalingkan wajah kembali. Cuek. Membuat Anggun mencebik sekali lagi.

🌻

"Kenapa Sal? - Oh makan siang bareng? Tumben - gue jemput ke kantor lo deh - apa? Ketemu di halte deket kantor gue? Gue jemput aja pake motor," Dareen menempelkan ponselnya di telinga, dijepit oleh kepala dan bahunya karena kedua tangannya sibuk memegang kamera. Mengamati foto yang baru saja diambilnya.

Ronan tidak sengaja mencuri dengar saat Dareen berbicara di telepon saat ia berjalan melewati studio tempat Dareen bekerja. Pintu kaca studio tersebut terbuka sehingga kegiatan di dalamnya dapat dengan mudah dilihat oleh orang-orang yang lewat.

"Katanya dia gak punya nomornya Salmira, tapi malah telponan, Ronan bergumam sembari melangkah menuju lift untuk naik ke ruangannya.

Ronan melempar berkas yang harus ia pelajari. Pikirannya tidak bisa fokus sama sekali. Ia tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya. Ronan mengerang. Kalau begitu terus kinerjanya akan menurun, dan Ronan tidak suka itu.

Ronan beralih ke layar komputer di hadapannya. Membuka beberapa email yang masuk, mempelajari isinya kemudian membalasnya. Sialnya Ronan lagi-lagi tidak fokus. Ketika harus mengirim sebuah konsep pemasaran untuk salah satu brand, Ronan justru mengirimnya ke orang lain. Sayang sekali itu pasti akan menimbulkan masalah kalau sampai idenya justru akan sampai ke kompetitor brand tersebut. Ia bisa kehilangan kepercayaan.

Ronan mengerang lagi. Ia meremas rambutnya. Lelaki itu keheranan sendiri. Ronan seperti kehilangan dirinya. Ia tidak pernah seceroboh itu sebelumnya.

Lelaki itu melihat jam tangannya. Setengah jam menuju jam makan siang. Ronan bangkit dari tempat duduknya, melangkah keluar ruangan.

Ronan melempar kasar jas yang ia kenakan ke jok belakang mobilnya. Ia memukul stir mobilnya kasar hingga tangannya terasa sakit. Ronan melajukan mobilnya menuju tempat yang hampir tiap hari ia kunjungi di jam makan siang. Gedung kantor Salmira.

🌻

"Lo gak tidur semaleman ya? Itu mata panda parah banget," komentar Dareen ketika memperhatikan lingkar hitam di bawah mata Salmira di balik kaca mata gadis itu.

Selamanya [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now