Perempuan Gila

3.5K 342 42
                                    

Salmira tersenyum puas ketika pekerjaannya rampung. Semua masakannya telah ia masukkan ke dalam lunch box berbentuk panda yang ia beli beberapa hari lalu di dalam mall ketika melihat bentuknya yang lucu.

Setelah membereskan dapur, ia membersihkan diri kemudian berganti pakaian. Sebelumnya ia telah mengabari suaminya akan datang ke kantor untuk membawakan Ronan makan siang, sekalian mereka makan bersama.

Hampir sebulan Salmira menjalani rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga. Setelah berdiskusi dengan Ronan, Salmira memilih menuruti mamanya untuk berhenti bekerja. Untungnya Salmira memiliki mertua yang bisa ia ajak kemana pun dan Una selalu suka melakukan hal-hal baru. Hampir sama dengan Salmira. Jadi Salmira sama sekali tidak pernah merasa bosan setiap harinya.

Setelah menunggu sekitar lima belas menit untuk Pak Wawan datang menjemputnya, akhirnya Salmira berangkat. Hari itu ia terlihat cantik dengan setelah berwarna baby blue dan riasan tipisnya.

"Terima kasih, Pak. Nanti gak usah jemput lagi ya. Biar aku balik sama Ronan aja," ucap Salmira sopan sebelum meninggalkan mobil milik mertuanya itu.

"Baik, Mba," sahut Pak Wawan tak kalah sopan.

Kemudian Salmira berjalan memasuki kantor tersebut. Beberapa karyawan yang mengenal Salmira menyapanya saat gadis itu melangkah memasuki gedung tersebut.

"Selamat siang, Bu Salmira," sapa Amel di meja resepsionis ketika melihat Salmira berjalan di hadapannya.

"Siang," balas Salmira.

Salmira sedikit sudah terbiasa dengan hal itu dimana banyak orang yang menyapanya dengan penuh hormat. Awalnya Salmira merasa kikuk karena sepanjang hidupnya, sebelum ia menikah dengan Ronan, dirinya juga berada di posisi para pegawai itu ketika melihat seorang atasan lewat di depannya.

"Selamat siang, Bu Salmira," sapa Dareen saat mereka tidak sengaja berpapasan di depan lift.

Salmira memukul bahu Dareen. Tidak terima dengan panggilan itu. Meski pun dirinya adalah istri dari atasan Paul, Salmira tetap tidak terbiasa kalau Paul harus memperlakukannya seperti atasan.

"Mau ke Pak Ronan, ya, Bu?" tanya Paul dengan nada hormatnya.

"Sekali lagi lo panggil gue ibu, gue bakar lo," geram Salmira yang membuat Dareen tertawa.

"Ini kantor milik mertua lo. Laki lo bosnya. Gue pegawai di sini. Ya kan gue harus hormat."

Salmira memutar bola matanya. "Lebay," ucapnya kemudian melangkah memasuki lift yang telah terbuka. "Mau ke mana?" tanya Salmira pada Paul yang juga ikut masuk lift.

"Lantai 9. Cafetaria, mau makan."

Salmira beroh ria kemudian menekan angka 9 untuk Paul. Sementara dirinya pergi ke lantai 12 tempat ruangan suaminya berada.

🌻

"Hai, Ron," ucap seorang wanita berbaju merah kemudian duduk di hadapan Ronan.

Ronan menghentikan kegiatannya membaca laporan lalu memgalihkan pandangan pada wanita di hadapannya.

"Mau apa ke sini?" tanya Ronan ketis.

Wanita di hadapan Ronan tidak gentar dengan dinginnya sikap lelaki itu. Ia justru melebarkan senyumannya.

"Ron, I need your help."

"Lo jauh-jauh dari Jogja di sini karena butuh bantuan gue? Kenapa? Udah gak ada laki-laki yang bisa lo manfaatin lagi?"

"Kok kamu bicara gitu, sih, Ron?"

Ronan masih bersikap acuh pada wanita itu. Sampai akhirnya ia bangkit dan menyeret tangan Indira keluar dari ruangannya. Ia tidak ingin berurusan dengan wanita itu lagi.

Selamanya [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang