Bertemu Sahabat Mama

7.3K 366 14
                                    

"TOLONG COPET TOLONG!"

Riuh! Orang-orang seketika berlarian mendekati sumber suara. Gadis itu masih mencengkram kedua tangan pemuda kurus dengan penampilan urakan itu. Tanpa rasa takut sama sekali. Sebenarnya ia ingin menunjukkan skill tekwondonya. Namun akan lebih seru jika pencopet itu babak belur di tangan warga.

Tas hitam yang berhasil diraih si pencopet itu berhasil berpindah tangan padanya. Ia melepas cengkramannya saat masa mulai berseru. Berdatangan untuk menjadi pahlawan di pagi itu.

Suara pukulan bersautan. Membuat Salmira tersenyum miring penuh kemenangan. Ia melangkah, menuju seorang perempuan yang tubuhnya bergetar di depan sebuah supermarket. Mengembalikan tas hitam yang berhasil diraihnya.

"Lain kali hati-hati tante. Di sini memang rawan copet," ucap Salirma pada wanita itu.

"Makasi ya nak. Tunggu, ini buat kamu sebagai ucapan terimakasih tante." Wanita itu mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan, menyerahkannya pada Salmira.

Salmira tersenyum sopan. Kemudian mendorong tangan wanita itu. Menolaknya sehalus mungkin. "Nggak usah tante, saya nolongin orang bukan mengharap imbalan," sahutnya.

"Kalau gitu, kamu tante anter deh. Mau kemana? Hitung-hitung balas budi. Tolong jangan ditolak ya, nak." Perempuan itu memasukkan kembali uangnya. Kemudian mengelus lengan Salmira sembari memasang wajah memelas.

Kali ini Salmira tidak menolak. Kejadian itu lumayan memakan waktunya. Bus yang akan mengantarnya ke kantor pasti sudah berlalu. Baiklah, lumayan ada tumpangan. Ia tidak harus mendapat omelan atasannya nanti.

Salmira Putri Amanda, seorang gadis berusia dua puluh tiga tahun. Bekerja sebagai kreatif di salah satu stasiun televisi swasta. Ia memiliki paras dingin dengan senyum sinis, membuat orang yang tidak begitu mengenalinya akan menilai dirinya sombong. Namun sebenarnya Salmira adalah sosok periang yang lumayan banyak omong pada lingkungan yang ia rasa nyaman.
Tidak ada yang menonjol dari Salmira. Ia sendiri juga merasa hidupnya flat. Lurus-lurus saja. Temannya tidak banyak. Bahkan tidak ada yang bisa ia sebut sahabat. People come and go, dan ia enggan menyimpan orang lain terlalu dalam di hidupnya karena ungkapan itu.

"Pulang kerja nanti tante jemput ya, kita makan bareng. Oh ya, kita belum kenalan. Nama tante Fortuna, kamu siapa?"

"Saya Salmira tante," sahut Salmira.

Keduanya telah berada di dalam mobil mewah milik wanita paruh baya itu. Sosoknya yang cantik dan terawat membuat Salmira bisa menilai, seperti apa wanita di sebelahnya itu. Dia pasti perempuan dari keluarga kaya raya. Istri seorang pejabat atau pengusaha mungkin, yang hidupnya enak dan selalu dilayani. Tidak seperti mamanya yang setiap hari bau dapur karena usaha cateringnya.

"Kamu mau kan tante ajak makan?"

Salmira tampak menimbang sejenak. Biar bagaimana pun wanita itu baru saja dikenalnya. Tapi melihat paras cantik dan tutur katanya yang lembut dan sangat keibuan, Salmira memutuskan untuk menyetujuinya. Menambah relasi bukankah bukan ide yang buruk?

🌻

Menjadi seorang tim kreatif membuat Salmira sering sekali bertemu dengan orang-orang yang mampu menaik-turunkan moodnya. Seperti hari itu, ketika ia memberi briefing untuk seorang bintang tamu di acara veriety show yang ia pegang. Bintang tamunya seorang konten kreator yang mendadak terkenal karena konten game bersama warga di perkampungan. Salmira berulang kali menjelaskan permainan yang telah disiapkan timnya, namun orang itu tidak kunjung paham. Membuat Salmira menarik nafas berat berkali-kali.

"Nggun, lo aja deh. Gue emosi lama-lama." Salmira menghampiri Anggun, rekannya yang menganggur dan sibuk menertawakan kekesalan Salmira.

"Sabar, buk. Itung-itung ngelatih kesabaran lo," sahut Anggun sembari memainkan pulpen di tangannya. Menciptakan bunyi cetak cetek.

"Tai! Gak butuh gue," tukas Salmira. Kemudian berlalu. Masih banyak pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan dari pada harus berhadapan dengan orang yang berpotensi merusak moodnya.

Anggun cekikikan melihat Salmira yang berlalu sembari menekuk wajahnya. Kemudian menghampiri konten kreator tersebut.

"Maaf ya kak, temen saya ada panggilan alam. Jadi saya jelasin dari awal ya," dusta Anggun kemudian meraih skrip di atas meja.

"Muka lo kenapa, Sal?" Tanya Bagas rekan kerja Salmira saat ia kembali ke meja kerjanya.

"Gapapa Gas," jawab Salmira singkat. Meskipun cukup lama sekantor dengan lelaki itu, Salmira belum menemukan kenyamanan yang membuatnya bisa mengobrol banyak dengan Bagas.

"Apa lagi yang bikin lo sebel?"

Salmira tidak menanggapi pertanyaan itu. Ia memilih menyibukkan diri dengan laptop di hadapannya. Jujur saja ia enggan berbasa-basi dengan lelaki itu.

🌻

Wanita yang tadi pagi Salmira bantu ternyata benar-benar memenuhi janjinya untuk menjemput Salmira sepulang kerja. Dengan mobil mewah yang tadi pagi digunakan untuk mengantarnya. Wanita itu tersenyum lebar menyambut Salmira. Wajahnya teduh, sangat keibuan.

"Tente, sebelumnya saya mau minta maaf. Saya gak biasa makan di luar tanpa mama dan adik-adik saya. Maaf ya tente, bukannya saya menolak niat baik tante," ucap Salmira ramah. Wanita itu menanggapinya dengan senyuman.

"Kalau gitu, tante anter kamu pulang, deh. Mau kan?"

Salmira mengangguk setuju. Lumayan juga bisa irit ongkos pulang untuk sehari.

Dalam perjalanan, mereka tidak banyak bicara. Salmira tidak terlalu pandai membuka obrolan. Sementara wanita paruh baya itu sibuk menyetir. Sesekali Salmira berbicara namun itu hanya menunjukkan arah menuju ke rumahnya.

"Di depan sana, muter balik ya tante, terus ke kiri di gang pertama," ucap Salmira sembari menunjuk gang di seberang jalan.

Mereka tiba di rumah Salmira, gadis itu mengucapkan terimakasih sembari menawarkan mampir. Wanita itu tentu tidak menolak. Ia berjalan mengikuti Salmira memasuki rumah sederhana miliknya.

"Aya?"

"Una?"

Dua wanita di dalam rumah Salmira saling panggil. Kemudian mereka berpelukan.

"Salmira anak kamu, Ya?" Tanya Una pada mama Salmira.

"Kok bisa kenal anakku, Na? Eh, duduk dulu deh. Sal, buatin tante Una minum ya," ucap mama Salmira sembari mengajak temannya itu duduk pada kursi kayu di ruang tengah rumahnya.

"Anak kamu nolongin aku tadi pagi, Ya. Aku hampir kecopetan, untung ada Salmira."

"Lama banget ya kita gak ketemu. Terakhir itu waktu Salmira masih SD kan kita ketemunya?"

"Pantesan aja kaya gak asing sama anak itu, ternyata mirip kamu, Ya. Gimana keadaan kamu?"

"Tente, minum dulu. Salmira tinggal ya, mau bersih-bersih dulu. Lengket badanku," pamit Salmira sembari meletakkan dua gelas minuman dingin untuk Una dan mamanya.

Kemudian keduanya asyik mengobrol. Menceritakan banyak hal yang telah mereka lewati saat tidak bertemu. Juga mengenang masa-masa pertemanaan mereka yang indah di masa lalu.

"Salmira udah punya pacar, Ya?"

Mama Salmira menggeleng. Selama ini wanita itu tidak pernah melihat anak gadisnya menggandeng lelaki. Kegiatannya hanya bekerja. Kalau libur, biasanya Salmira membantunya mengantar makanan. Anak gadisnya itu bahkan tidak pernah keluar rumah selain bekerja dan mengantar catering.

"Kenalin sama anakku mau nggak?"

"Dijodohin gitu?"

"Kenalin dulu aja. Siapa tahu cocok. Kita kan bisa jadi saudara."

"Sebenernya bukan ide yang buruk, sih, Na. Aku juga sebenarnya gemes sama Salmira. Kerjaannya nonton drama doang. Nanti aku coba ngomong deh ,Na. Tapi ya tergantung anaknya juga mau atau nggak."

"Kita coba temuin aja. Gimana?"

"Boleh. Kita atur waktunya nanti, deh."

🌻

Thank you for reading

Minta vote dan komen untuk cerita baru ku ini boleh teman-teman? Biar aku lebih semangat lagi nulisnya.

Terimakasih dan semoga suka 💙💙💙

Selamanya [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now