Merajut

3.8K 296 13
                                    

Una mengamati benih-benih yang ditanamnya bersama Salmira tempo hari dengan senyum antusias. Hampir setiap hari wanita itu melakukannya. Penasaran juga antusias soal tanaman yang akan tumbuh nanti di pekarangan rumahnya.

Itu adalah hari keenam. Semua benih tersebut telah tumbuh. Di papan semai berlabel zinia, tanaman kecil itu bahkan telah memiliki dua daun. Tidak sabar rasanya ingin menanam semua tanaman itu.

"Ma," panggil Ronan membuat Una mendongakkan kepalanya.

"Ngapain jongkok disitu?" Tanya Ronan kemudian ikut berjongkok.

Mata lelaki itu menangkap semaian Salmira yang sudah mulai tumbuh. Sudut bibirnya terangkat. Terlebih ketika melihat wajah bahagia mamanya.

"Udah tumbuh dia Ma. Beberapa hari lagi siap dipindahin itu," komentar Ronan.

Una tersenyum sumringah. Kemudian Ronan menyadari kalau penampilan perempuan itu sangat rapi. Nampaknya Una akan pergi.

"Mama mau ke mana?"

"Mau jalan sama Salmira, kamu jangan ikut nanti dia gak nyaman."

"Mama tahu kalau sebenarnya aku sama Salmira belum baikan?"

Una mengangguk, "gadis itu pura-pura baik-baik aja sama kamu di depan Mama kan? Dia pasti mau ngejaga perasaan Mama. Tapi dia lupa harus mikirin perasaan dia juga. Dia itu dulu pasti sayang banget sama kamu Ron, makanya jadi sebenci sekarang saat kamu sakitin dia."

"Mama berangkat sama siapa?" Ronan mengalihkan pembicaraannya. Nama Salmira belakangan ini membuat isi kepalanya sedikit berisik. Ia juga mengkhawatirkan hubungannya dengan Vania. Biar bagaimana pun Ronan berniat untuk menjadi lebih baik dalam hal hubungannya dengan wanita. Ia tidak mau mengecewakan mamanya lagi.

"Sama Papa, tapi didrop doang. Nanti dijemput lagi," sahut Una.

"Emang mau kemana Ma? Jangan aneh-aneh ya, mama gak boleh kecapean."

"Iya mama tahu. Salmira ngajak mama ikut kelas ngerajut," sahut Una.

Ronan terkekeh mendengarnya. Merajut? Nampaknya mamanya tidak akan menyukai aktifitas itu. Ia kenal Una, wanita itu mudah bosan. Dan bagi Ronan merajut sangat membosankan.

"Mama yakin?" tanya Ronan dengan nada meledeknya.

"Kenapa?"

"Gapapa Ma. Ronan pergi dulu ya, ada janji sama CEO-nya Rindang Coorporation."

"Weekend masih kerja. Ron, Ron." Edy menepuk pundak anaknya. Gila kerjanya ternyata menurun pada anaknya. Edy merasa bangga pada Ronan urusan pekerjaan. Anak tunggalnya itu selalu bisa diandalkan.

"Bentar doang, Ronan mau invest di anak perusahannya. Kebetulan pengelolanya temen kuliah Ronan. Paling habis itu nongkrong di tempatnya Neil."

"Yaudah. Kita berangkat dulu. Nanti kamu hati-hati berangkatnya!"

"Ya Pa. Ronan juga mau berangkat. Kalian juga hati-hati. Ma kalau butuh apa-apa langsung kabarin Ronan ya."

🌻

Salmira dan Una memasuki sebuah mall karena tempat kursus merajut mereka berada di dalam mall tersebut. Mereka melangkah menuju lantai tiga. Wajah antusias Una tidak luntur sama sekali sejak di rumah tadi.

Seorang gadis sepantaran Salmira menyapa mereka. Gadis itu yang akan memandu mereka selama pelajaran merajut dimulai. Kelas merajut yang Una pilih memang bersifat privat. Hanya ada maksimal empat orang dalam satu sesi belajar. Tujuannya agar mereka bisa lebih fokus.

Gadis itu memperkenalkan berbagai jenis benang terlebih dahulu, kemudian ukuran jarumnya. Ia juga memperlihatkan beberapa gambar berisi teknik merajut sebelum mempraktekannya.

Selamanya [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now