Salmiraputri_a Jangan tanya kabarku bagaimana karena hadirmu lah yang membuat lukaku kembali mengaga
Jika memintamu mengakhiri semuanya mampu membuatku bahagia, sanggupkah kamu melukai dirimu untukku?
Aku rasa tidak, kamu adalah manusia paling egois yang pernah kutemuiRonan menghembuskan nafas berat setelah berulang kali membaca caption dari unggahan terakhir Salmira. Ronan bertanya pada dirinya sendiri, sanggupkah ia merelakan Salmira? Sebegitu egoiskah dirinya yang masih berharap Salmira bisa kembali padanya?
"Woy! Kenapa lo? Gue liat-liat makin hari makin galau aja hidup lo." Neil menepuk pundak Ronan yang sedang duduk merenung di atas sofa apartmennya sembari megang ponselnya.
Ronan tidak merespon sahabatnya itu.
"Ron, hidup lo itu udah sempurna sejak lahir. Yakali jadi nelangsa gini gara-gara satu perempuan doang. Lupain Salmira! Cari perempuan lain yang mau sama lo. Pasti banyak di luar sana."
Ronan berdecak, "bacot!" Umpatnya kemudian meraih jaket dan kunci mobilnya. Melangkah meninggalkan apartemen Neil.
Neil hanya bisa menggelengkan kepala. Sebenarnya ia jengah melihat Ronan yang galau tiap hari. Merasa kasihan pada Ronan tapi juga senang karena Ronan akhirnya menyadari kesalahannya.
Ronan melangkah menuju rooftop sebuah gedung. Dulu dirinya suka datang ke tempat itu untuk melihat sunset atau menyaksikan city view kota Jakarta. Ronan kembali termenung. Menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong. Pikirannya melayang lagi pada unggahan Salmira yang tadi dilihatnya. Haruskah ia pergi?
Dari sekian banyaknya gedung yang memiliki akses menuju roof top-nya, Ronan tidak pernah menyangka ia bertemu dengan gadis itu di sana. Gadis berkerudung abu-abu itu berdiri di jarak kurang lebih seratus meter darinya. Ujung kerudungnya berterbangan tertiup angin yang cukup kencang. Gadis itu menatap lurus ke depan. Ia menangis.
Ronan memiliki keraguan. Ia bimbang antara mendekat atau berlalu. Sungguh, Salmira selalu membuat harinya dipenuhi dilema. Tapi melihat gadis itu menangis, kakinya membawanya mendekat.
"Ronan?"
"Aku datang lebih dulu daripada kamu," ucap Ronan sebelum Salmira mengira dirinya mengikuti gadis itu.
"Kenapa nangis?"
"Mata lo juga sembab," sahut Salmira yang melihat mata merah Ronan dengan kantung mata yang membesar.
"Boleh ngobrol? Kalo nggak boleh gak apa-apa kok."
Salmira mengangguk. Entah apa yang ia pikirkan sampai rasa iba di dadanya muncul melihat keadaan Ronan itu, padahal akal sehatnya memintanya untuk tidak terjebak lagi oleh laki-laki itu.
Mereka duduk di dasar lantai ketika langit berubah warna menjadi jingga. Ronan duduk bersila sementara Salmira menekuk lututnya.
"Kenapa nangis?" Tanya Ronan setelah hening beberapa saat.
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Selamanya [Sudah Terbit]
Hayran KurguSalmira membenci Ronan. Lelaki itu pernah menorehkan luka dalam hatinya di masa lalu. Sayangnya takdir mempertemukan mereka kembali, padahal Salmira selalu berharap tidak melihat lelaki itu lagi. Ronan bisa menunjuk siapa saja yang ia mau. Banyak ga...