Posesif

5.5K 522 47
                                    

Ronan mengerjapkan matanya kemudian bangkit dengan panik saat menyadari dirinya sendirian. Tidak ada Salmira di sebelahnya.

"Sayang! Sal! Kamu dimana?" Ronan berteriak mencari sosok Salmira.

Istrinya menyembulkan kepalanya dari pintu kamar. "Kenapa, Mas? Aku lagi masak."

Ronan berlari, kemudian menghampiri istrinya dan memeluk Salmira. "Tangan kamu masih sakit. Gak usah masak." Ronan meraih tangan kiri Salmira yang masih dibalut perban.

Salmira tersenyum sembari mengacak rambut suaminya. "I am okay, sayang," ucapnya kemudian kembali ke dapur.

Tiga hari telah berlalu sejak kejadian itu. Kemarin Salmira baru saja diperbolehkan pulang oleh dokter. Tidak ada masalah serius yang dialami wanita itu. Hanya luka bakar di tangannya saja. Sayangnya, yang mengalami masalah serius adalah suaminya. Ronan seperti memiliki trauma tersendiri akan kejadian yang meninmpa Salmira itu. Tiga hari belakangan, Ronan merasa tidak tenang kalau Salmira tidak dalam jangkauannya. Rasa takut kehilangan itu terasa makin menjadi-jadi untuk Ronan disaat netranya tidak menemukaan sosok istrinya.

"Jangan masak dulu!" Ronan mematikan kompor induksi yang diatasnya Salmira sudah memanaskan pan dan siap untuk memasak.

"Kalau aku gak masak, kita sarapannya gimana? Aku juga mau siapin bekal buat kamu."

"Aku gak ke kantor hari ini. Aku gak mau ninggalin kamu sendirian."

"Mas, jangan gitu lah."

"Sayang, aku takut. Aku gak mau kamu sendirian dan kejadian itu keulang lagi. Aku gak mau kehilangan kamu. Aku takut kamu terluka lagi, sayang." Suara Ronan bergetar.

Salmira memeluk suaminya dan memilih menurut. Tidak melanjutkan kegiatan memasaknya lagi. Wanita itu mengelus punggung suaminya untuk menenangkan lelaki itu.

"Lantas, kalau kamu gak ke kantor, kerjaan kamu gimana?" tanya Salmira lembut.

"Aku bisa work from home."

Salmira tersenyum mendengarnya. "Kalau gitu kamu bisa nemenin aku terus dong di rumah?" tanyanya antusias.

"Iya, sayang. Nanti kalau ada yang urgent baru aku ke kantor."

"Terus kalau aku gak boleh masak, kita makan apa, Mas?"

Ronan menarik tangan Salmira, mengajaknya duduk di sofa, kemudian mengambil ponselnya. "Kamu mau makan apa? Kita pesen online aja."

Salmira menyandarkan kepalanya di bahu Ronan. Ia bersyukur masih bisa hidup dan tidak mati konyol di tangan perempuan gila itu. Ia bersyukur masih diberi kesempatan untuk melihat suaminya lagi.

"Sayang, tunggu di sini, aku punya sesuatu buat kamu." Ronan bangkit dari tempat duduknya kemudian melangkah ke dalam kamar. Tidak lama ia kembali, membawa paperbag kecil berwarna hijau. Dan memberikannya kepada Salmira.

"Apa ini, Mas?" tanya Salmira sambil mengintip isi paperbag tersebut.

"Hp baru buat kamu. Hp kamu hilang, kan?"

Salmira mengeluarkan kotak yang masih tersegel itu. Sebuah ponsel keluaran terbaru menyambutnya. Salmira menggelengkan kepalanya. Belum genap tiga bulan ia mendapat hadiah serupa dari suaminya.

"Yang lebih murah kan bisa, Mas. Gimana kalau aku hilangin lagi?"

Ronan menghela napas sambil melipat tangan di depan dada. Kesal.

Salmira yang menyadari itu segera tersenyum dan menciup pipi suaminya. "Makasi banyak, my super hero," ucapnya dengan mata membentuk bulan sabit. Cantik dan menggemaskan.

Selamanya [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now