De Javu

4K 393 57
                                    

Malam itu hujan deras kembali membasahi bumi. Salmira duduk di ruang tamu rumahnya ditemani Netflix yang sedang menayangkan series kesukaannya. Di sebelahnya ada Bella yang juga tenggelam dalam cerita yang mereka tonton sambil sesekali mengomentari adengan dalam series tersebut.

Dua minggu telah berlalu sejak terakhir kalinya Salmira bertemu Ronan di kantor polisi. Gadis itu tidak pernah berkunjung lagi. Ia hanya sesekali menanyakan kabar Ronan melalui Una. Bagas juga sudah mulai masuk kantor. Lelaki itu tidak punya malu masih bisa menampakan dirinya di depan Salmira tanpa rasa bersalah sama sekali membuat Salmira benar-benar muak.

Sorot lampu masuk ke dalam rumah Salmira melewati celah-celah gorden. Salmira berdecak, ia malas membuka gerbang karena sedang hujan. Menyuruh Bella tidak mungkin karena gadis itu sudah berlari ke dalam kamarnya. Sekali lagi, adiknya itu licik, sebelum Salmira bisa menyuruhnya, gadis itu sudah kabur terlebih dahulu.

"Ronan?" Salmira menyipitkan matanya. Masih berdiri di bawah payung merahnya. Menatap mobil yang ia kenali dan orang di dalamnya. Salmira mengucek matanya, kemudian membenarkan letak kaca matanya. Tidak mungkin, ia pasti salah lihat. Bagaimana bisa Ronan ada di depan matanya malam itu?

Salmira masih mematung ketika Ronan meraih tangannya yang memegang payung. Membuat Salmira segera tersadar dari lamunannya. Mereka berdua berjalan di bawah payung yang sama menuju teras rumah Salmira.

Tidak lama setelah mereka berada di teras, Ronan meletakkan payung itu di lantai dan memeluk tubuh Salmira. Salmira yang masih syok hanya diam. Tidak memberi perlawanan, tidak juga membalas. Di kepalanya masih berisi tanda tanya besar seputar Ronan yang tiba-tiba bebas.

"I miss you so much," ucap Ronan kemudian melepas pelukannya setelah tersadar kalau perbuatannya itu bisa membuat Salmira merasa tidak nyaman.

"Gimana bisa, Ron?" Salmira bertanya sembari menetralkan detak jantungnya.

"Boleh masuk nggak? Ini hujannya makin deras nanti kamu masuk angin."

"Eh, maaf Ron. Tadi gue kaget sampe lupa nyuruh lo masuk. Ayo masuk Ron!"

Keduanya memasuki rumah. Salmira memeluk tubuhnya sembari mengusap-usap lengannya. Hujan semakin deras dan udara dingin menusuk tubuhnya.

"Mau teh jahe nggak Ron? Kebetulan tadi mama buat. Lo udah bisa minum jahe?"

Ronan tersenyum mendengar pertanyaan Salmira. Ternyata gadis itu masih ingat kalau Ronan sangat membenci jahe. Lelaki itu tidak suka rasanya yang terasa sangat aneh di lidah Ronan.

"Nggak usah Sal. Aku masih musuhan sama jahe," sahut Ronan. Salmira mengangguk, kemudian ia membuatkan Ronan teh hangat tanpa jahe.

Dua orang itu kini duduk bersisian di ruang tamu Salmira. Kedua adik Salmira dan mamanya telah memasuki kamar. Memang paling enak berada di bawah selimut ketika sedang hujan dan suhu udara menurun.

"Mereka mutusin untuk damai. Papaku emang jago kalau urusan mengintimidasi orang. Si Bagas pasti diancem bakal dipenjarain sama Papa makanya mereka akhirnya mutusin untuk cabut tuntutannya." Ronan berucap sambil menatap series yang masih terputar di depannya.

Salmira menyandarkan tubuhnya di sofa, "padahal gue berharap dia beneran dapat hukuman. Ketemu dia di kantor dengan muka tanpa rasa bersalah itu bikin gue menyayangkan kenapa gak kita patahin aja semua tulang-tulangnya? Kalau perlu lehernya sekalian kita patahin."

Ronan terkekeh mendengar omelan Salmira. Sudah sangat lama ia tidak mendengar Salmira mengomel, dan rasanya senang sekali akhirnya gadis itu mau berbicara panjang lagi dengannya.

"Kenapa jadi psycopat gini?" komentar Ronan kemudian tertawa.

"Gue kesel, Ron. Untung aja bentar lagi gue gak harus ketemu dia tiap hari lagi. Kasian si Anggun."

Selamanya [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now