Princess Lala

3.9K 324 37
                                    

Di lorong rumah sakit Ronan berjalan tergesa-gesa. Rasa takut kembali menyelimuti hatinya. Ia belum siap kehilangan. Ronan takut mamanya menyerah. Ronan merasa belum bisa membahagiakan wanita itu. Ia terus melangkah sembari berdoa agar Tuhan selalu memberi mamanya kekuatan untuk pulih kembali bahkan sembuh dari penyakitnya.

"Kamu habis ngomong apa ke mama?" Pertanyaan itu yang ia terima saat bertemu papanya di depan ruang rawat mamanya.

"Jawab! Kamu ngomong apa ke mama?" Edy marah dan Ronan tahu itu.

"Ronan cuma bilang harusnya papa dan mama gak cerita soal Salmira ke tante Aya."

"Mama kamu itu mau bantuin kamu, Ron. Sekarang kamu puas bikin mama stres dan kambuh lagi?"

Ronan tertunduk lemas. Ia mengusap wajahnya kasar. Kenapa semua yang ia lakukan jadi salah?

"Mama gak mau kamu sedih. Dia minta tolong tante Aya untuk bujuk Salmira biar bisa maafin kamu."

"Tapi mama udah ingkar janji ke Salmira, Pa."

Ronan menatap dari celah pintu ke dalam ruangan. Saat itu mamanya sedang ditangani dokter dan beberapa perawat. Beberapa peralatan medis telah terpasang di tubuh mamanya.

Ronan duduk di lantai, menutup wajahnya dan menangis.

"Kenapa sih Pa, semua yang Ronan lakuin salah?"

Edy menatap Ronan dengan tatapan kosong. Tidak menanggapi pertanyaan anaknya.

"Ronan gak mau bikin Salmira sedih. Tapi Ronan juga gak pernah punya niat buat nyakitin mama. Ronan sayang mereka berdua Pa."

Edy tidak bisa menjawab. Ia menutup rapat mulutnya sambil menatap Ronan yang terisak. Anak lelakinya itu sesekali memang harus merasakan pahitnya hidup agar dirinya bisa menjadi orang yang lebih dewasa.

🌻

"Ronan? Ngapain di sini?" Tanya Salmira ketika Ronan berdiri bersandar di mobilnya dengan kepala menunduk.

Ronan mengangkat kepalanya. Ia tersenyum melihat gadis berhoodie krem dengan ransel menggantung di punggungnya itu.

"Mau pulang bareng nggak?" tawar Ronan. Kali ini ia tidak memaksa. Ronan hanya memberi penawaran pada Salmira. Kalau gadis itu menolak, Ronan tidak akan memaksakan.

"Tapi gue balik sama Paul, Ron," ucap Salmira sembari menunjuk Paul di sebrang jalan.

"Oh, yaudah Sal. Kalian hati-hati ya. Aku balik dulu kalo gitu." Ronan tersenyum kemudian memasuki mobil.

Salmira keheranan melihat Ronan. Biasanya lelaki itu tidak pantang menyerah sampai Salmira mau duduk di sebelah kursi pengemudi. Gadis itu mengedikkan bahunya kemudian melangkah mendekati Paul.

"Yuk balik!" ajak Salmira sembari merebut helm dari tangan Paul.

"Yang tadi Ronan kan?"

Salmira mengangguk sambil memasang kaitan helmnya.

"Tumben gak rusuh kalo ketemu dia?"

Salmira menaiki motor Paul tanpa memberi jawaban. Ia sendiri juga keheranan. Ronan tidak lagi menyebalkan. Salmira pun tidak tahu apa yang membuat lelaki itu sekarang tidak lagi memaksa dirinya. Tapi itu lebih bagus karena Salmira tidak suka energinya terbuang untuk meladeni Ronan.

"Jadi apa rencana lo ke depan?" tanya Salmira agak berteriak agar Paul dapan mendengarnya.

"Lo mau kemana?"

"Kok jadi mau kemana? Gak jelas lo," sahut Salmira.

"Apa Sal? Gue gak denger?" Tanya Paul sedikit berteriak.

Selamanya [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now