Memahami Perasaan

4K 264 18
                                    

"Kak, Mama mau bicara," Cahaya berdiri di depan pintu kamar Salmira mengisyaratkan anak sulungnya itu untuk menemaninya mengobrol di luar kamar.

Salmira mendengus. Belakangan ia mulai kehilangan selera untuk mengobrol dengan mamanya karena ia tahu topik apa yang akan mereka bicarakan.

"Kenapa, Ma?" Salmira duduk di sofa sebelah mamanya.

"Kenapa kamu blokir nomornya Ronan?"

Salmira mendengus mendengar pertanyaan itu. Ia semakin kesal pada Ronan. Untuk apa lelaki itu mengadu pada mamanya?

"Ronan ngadu ke mama?"

"Tente Una yang cerita. Katanya Ronan cerita ke mamanya kalau kamu block dia." Wajah wanita itu sangat serius, juga menyiratkan raut kecewa pada anak gadisnya itu.

"Ma, mama ngerti perasaan Salmira nggak?"

"Apa salahnya sih Kak, memaafkan? Semua orang pasti pernah melakukan kesalahan. Dan mama rasa Ronan sudah berusaha untuk memperbaiki hubugan sama kamu."

Gadis itu berdecak. Ingin rasanya ia beteriak namun Salmira memilih bungkam. Enggan membantah, enggan juga menanggapi.

"Kamu jangan berlebihan. Kalian pacaran saat masih sangat muda, ngerti apa sih anak umur enam belas urusan cinta dan patah hati?"

"Berlebihan? Kenapa jadi berlebihan?"

"Sikap kamu ke Ronan itu emang berlebihan, Kak. Gak seharusnya kamu seketus itu sama dia. Kamu juga kan belum ngerti apa-apa saat jalan sama dia."

"Ma, dia nyakitin aku Ma. Dia pernah bikin aku terluka. Mama ngerti gak sih perasaanku?"

Nafas Cahaya menderu ketika mendengar Salmira meninggikan suaranya. Mata Salmira juga telah berkaca-kaca. Nampaknya gadis itu sedang menahan tangisnya.

"Sudah tujuh tahun Sal. Kamu jangan lebay. Buka blokiran kamu, terus minta maaf ke Ronan."

Salmira bangkit dari tempat duduknya. Kemudian melangkah meninggalkan mamanya kembali masuk kamar sembari mengelap kasar air matanya.

"Sal!" Cahaya berseru saat Salmira telah berlalu. Wanita itu menyusul anak sulungnya. "Mama belum selesai bicara," sambungnya sembari mengetuk pintu kamar Salmira.

Salmira bergeming. Ia enggan membuka pintu tersebut. Air matanya tidak bisa ia bendung lagi. Selama ini tidak pernah ada yang benar-benar memahami perasaannya. Saat Salmira terluka karena ayahnya, ia berusaha tegar untuk mama dan adik-adiknya. Dan ketika hatinya dipatahkan oleh cinta pertamanya, Salmira juga berjuang untuk menyembuhkan lukanya sendirian. Tidak mudah. Salmira hanya ingin dimengerti sekali saja. Ia juga manusia yang memiliki perasaan.

🌻

Dareen melangkahkan kakinya di sebuah perumahan mewah. Tempat itu membuatnya berdecak. Banyak sekali rumah-rumah mewah yang harganya pasti tidak hanya ratusan juta melainkan miliaran. Ia mengukuti arahan maps dari ponselnya, terus melangkah mencari alamat yang sebelumnya ia dapatkan dari sang kakek.

Ia tiba di depan sebuah rumah berpagar coklat yang tinggi menjulang. Pagar itu terkunci. Dareen mengetuknya beberapa kali hingga seorang satpam membuka sebagian pagar tersebut.

"Nyari siapa ya?"

"Ini bener rumahnya Ibu Murni, Bang?" tanya Dareen.

"Ya, dulu dia majikan saya. Tapi rumah ini sudah lama dijual. Sekarang saya kurang tahu ibu dimana," ucap satpam tersebut.

Dareen menghembuskan nafas berat, namun ia tidak ingin menyerah.

"Bang, kira-kira ada alamat atau kontak yang mungkin bisa saya hubungin buat nemuin beliau?"

Selamanya [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang