Janji Ronan

4K 304 35
                                    

"Lo kenapa Ron?" tanya Neil ketika Ronan tiba-tiba datang ke bengkelnya dengan wajah amat kusut. Matanya masih merah bekas menangis.

"Orang tua gue marah. Mereka denger pembicaraan gue sama Salmira," sahut Ronan sembari meremas rambutnya.

"Bokap gue salah paham. Dia nanya ada berapa perempuan yang udah gue tidurin. Gue gak bisa jawab karena gak sanggup liat mukanya. Tapi dia mikir gue udah tidur sama banyak perempuan."

Neil menggeleng. Ia sangat paham karakter Ronan. Lelaki itu terlalu menyayangi keluarganya. Ia juga paham setakut apa Ronan membuat keluarganya kecewa. Selama bertahun-tahun mengenal Ronan, Neil tahu lelaki itu selalu penuh dengan pertimbangan. Setiap langkah yang ia ambil, Ronan terlebih dahulu memikirkan dampaknya pada keluarga.

"Jangan jadi pengecut. Jelasin semuanya. Kalau perlu minta maaf ke orang tuanya."

"Gue udah gak punya nyali nemuin Salmira dan keluarganya. Gue juga nyesek liat sesedih apa Mama tadi," ucap Ronan

"Terus langkah lo ke depan apa? Lo masih mau perjuangin dia atau mundur?"

Ronan meneguk minuman soda yang ia ambil dari dalam lemari pendingin milik Neil kemudian menggeleng.

"Gue gak mau berhenti perjuangin dia. Tapi dia bilang kehadiran gue cuma ngebuka luka lamanya. Gue gak mau nyakitin dia lagi, Neil."

Neil menepuk pundak Ronan, "jangan jadi laki-laki lemah. Lo harus tahu apa yang lo mau."

"Gue mau Salmira."

"Saran gue selesaiin dulu urusan lo sama Vania. Jangan sampai lo punya penyesalan yang sama. Kalau udah beneran beres, baru deh lo berurusan sama Salmira. Lo gak bisa dapetin semuanya."

Ronan kembali mengusap wajahnya. Lelaki itu seperti kehilangan arah. Ia tidak tahu harus memulai dari mana. Ia enggan berhenti untuk mendapatkan Salmira kembali, tapi Ronan juga bingung bagaimana harus bersikap selanjutnya. Orang tuanya mungkin tidak akan mendukungnya lagi.

"Jelasin semuanya dulu sama bokap lo. Jangan pelihara kesalah pahaman." Neil menyalakan rokoknya setelah menyodorkan sebatang pada Ronan namun lelaki itu menolaknya.

"Tapi lo yakin gak ngelakuin itu sama orang lain, kan?"

"Gue emang punya banyak mantan, Neil. Tapi gue berani sumpah gue ngelakuinnya cuma sama Salmira. Saat itu kalau kita gak kebawa suasana, semuanya gak akan kejadian."

Neil memukul kepala Ronan, "kalau gitu kenapa nggak lo jelasin sama bokap lo, bego?"

Ronan mengerang. Sepertinya bungkamnya tadi malah lebih memperkeruh suasana. Harusnya ia berani bersuara. Semestinya ia tidak menciptakan salah paham untuk orang tuanya.

🌻

Ronan menghampiri mamanya yang sedang termenung di teras rumah sembari menatap nanar semaian Salmira yang semestinya sudah dipindah tanamkan. Tanaman kecil itu sudah meninggi, juga memiliki beberapa daun. Semestinya kemarin Salmira datang untuk menaman mereka bersama Una, namun tidak jadi karena kejadian itu. Una merasa sedih, ia bahkan tidak tahu apakah Salmira akan bersedia datang ke rumahnya lagi.

"Ma, maafin Ronan," lirih Ronan sembari meraih tangan mamanya.

Una bungkam. Ia kecewa pada Ronan. Semestinya lelaki itu tidak melakukan hal di luar batas. Terlebih dia melakukannya saat dirinya masih duduk di bangku sekolah. Apalagi setelah itu Ronan malah bersikap seperti pengecut dengan meninggalkan gadis yang telah ia rebut kesuciannya. Una bisa memahami kepedihan Salmira. Ia juga bisa membayangkan sehancur apa dirinya jika hal itu terjadi padanya.

"Ma, Ronan sadar, Ronan salah. Ronan ngecewain Mama dan Papa." Setetes air mata Ronan tumpah. Lelaki itu memang paling tidak bisa kalau salah satu orang tuanya marah padanya. Apalagi saat itu keduanya yang mendiamkannya.

Selamanya [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now