Butuh Waktu

3.5K 387 55
                                    

Salmira menghampiri mamanya ketika bau masakan menyeruak. Ada banyak makanan tersaji di meja makan. Beberapa camilan kesukaan Salmira juga terlihat memenuhi tempat tersebut. Gadis itu dibuat penasaran.

"Ada apa ini Ma?" tanya Salmira memandangi mamanya keheranan.

"Keluarga Om Edy mau makan malam di sini. Katanya sekalian ada yang mau diomongin sama kita," sahut Cahaya.

"Keluarga Om Edy?"

"Ya, Kak. Kamu bebersih dulu sana. Mereka udah mau jalan kesini katanya. Tadi habis jalan kemana kamu?"

"Nontonin hujan, Ma," sahut Salmira seadanya. Memang benar, seharin di puncak hanya dihabiskan dengan menunggu hujan reda.

Cahaya menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Salmira. Kemudian ia kembali menyibukkan diri untuk penyambutan tamunya nanti. Sebenarnya Cahaya sudah mengetahui tujuan kedatangan keluarga sahabatnya itu. Hanya saja ia tidak memberi tahu Salmira. Biarkan gadis itu tahu sendiri dari Ronan dan keluarganya dan memutuskan sendiri nantinya.

Pukul tujuh malam, mobil mewah milih Ronan memasuki halaman rumah Salmira. Lelaki itu datang bersama orang tuanya. Ia berjalan di belakang orang tuanya. Mengenakan kemeja navy yang lengannya digulung hingga siku. Dua kancing kemeja bagian atasnya terbuka. Potongan rambut belah tengah khas dirinya membuat Ronan makin terlihat menawan. Seluruh gadis di luar sana mungkin saja bisa terpesona dengan ketampanan dan karisma Ronan, kecuali gadis yang akan dilamarnya malam itu. Ronan masih pesimis. Sungguh ia tidak berani berharap.

Keluarga Salmira menyambut kedatangan lelaki itu. Salmira melihat baju yang ia kenakan, celana kain hitam dengan sweater rajut berwarna navy. Warna yang sama persis dengan yang Ronan kenakan.

"Kok bisa samaan?" Salmira bertanya dalam hati setelah melihat kecocokan pakaian mereka.

Cahaya mempersilahkan mereka masuk, berbincang sejenak di ruang tamu rumah Salmira yang tidak terlalu luas. Bella dan Iyan memilih duduk di teras karena di dalam terlalu ramai. Rumah itu tidak cukup luas untuk menampung banyak orang.

Cahaya duduk di single sofa, bersama Salmira yang memilih mendudukkan dirinya di bahu sofa tempat mamanya duduk. Sementara Ronan dan kedua orang tuanya duduk di sofa panjang.

"Gapapa kan Ma, Salmira duduk di sini?" tanya Salmira tidak enak. Kalau mamanya keberatan ia akan bergabung bersama adik-adiknya.

"Gapapa Sal. Kita mau bicara juga sama kamu," sahut Edy.

"Kenapa Om?"

"Jadi gini Sal-

Edy menggantungkan kalimatnya.

Salmira menutup rapat mulutnya, menunggu kelanjutan kalimat pria itu.

"Om dan tante, sebagai orang tua Ronan bermaksud untuk melamar kamu untuk anak kami. Ronan serius sama kamu. Dia mencintai kamu. Om harap kamu bisa mempertimbangkan dan menerima niat baik kami ini."

Salmira menundukkan kepalanya dalam-dalam. Semuanya terasa sangat mendadak. Ia tidak bisa memutuskan apa-apa. Menikah dengan Ronan, lelaki yang membuatnya patah hati, lelaki yang kehadirannya tidak pernah Salmira harapkan lagi, bagaimana bisa?

Sementara Ronan menatap gadis itu nanar. Jika Salmira nanti akan menolak lamarannya, ia harus mempersiapkan hati saat itu juga. Jantungnya berdegup kencang. Melihat Salmira yang tertunduk membuat Ronan semakin takut. Ia belum siap merelakan gadis itu.

"Ini kesempatan terakhir untuk Ronan. Dia berjanji akan melepas kamu kalau kamu tolak lamarannya. Keputusannya ada di kamu, Sal. Kami tidak memaksa. Ronan pun begitu. Yang paling penting kamu bahagia," ucap Edy lagi yang membuat Salmira mengangkat kepalanya dan menatap Ronan.

Selamanya [Sudah Terbit]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt