Aki dan Nini

4.3K 465 123
                                    

Salmira melangkahkan kakinya menuju rumah sederhana. Tempat itu sudah lama tidak dikunjunginya. Tempat yang selalu membuatnya antusias menyambut libur sekolah. Rumah sederhana dengan halaman yang luas. Salmira duduk di ayunan yang terlihat sudah lusuh. Besi-besi penyangganya telah berkarat. Dulu ia dan adik-adiknya suka berebut bermain ayunan itu.

Salmira tersenyum menatap dua orang yang baru saja keluar dari rumah. Kemudian memeluknya. Rindu sekali rasanya pada dua orang itu.

"Kakak kangen," gumam Salmira sembari memeluk keduanya bergantian.

"Kamu tumbuh dengan baik, Kak. Aki sama Nini bangga sama kamu."

Kemudian mereka duduk di teras rumah tersebut. Lantainya terlihat sedikit berdebu. Salmira mengelap debunya sebentar sebelum mereka bertiga duduk. Salmira duduk diantara dua orang yang dirindukannya itu.

Tangan keriput Nini menggenggam erat tangannya. Aki mengelus puncak kepala Salmira lembut. Penuh kasih sayang.

"Kamu sudah dewasa, Kak. Aki dan Nini merestui kamu melangkah bersama dia. Dia orang baik. Jangan pernah takut pada masa depan. Jalani hidupmu yang sekarang. Dan berbahagialah."

"Aki tahu semuanya?"

Pria tua itu tersenyum dan mengangguk.

"Ajak dia ketemu kami ya, Kak. Kami akan bahagia kalau kamu datang bersama dia."

🌻

Salmira termenung, kemudian mengusap sisa air mata di pipinya. Ia berjalan ke luar kamar, hendak mencari minum ke dapur. Salmira mendudukkan dirinya di meja makan sembari menggenggam gelas berisi air putih yang tadi diambilnya.

Ia kembali terbayang oleh mimpinya. Bertemu Aki dan Nini, dia orang yang sangat ia rindukan sepanjang hidupnya. Dua orang yang membuatnya merasakan kasih sayang yang melimpah.

"Kak," panggil mamanya membuat Salmira menoleh. "Kenapa duduk di situ? Kamu gak tidur?"

"Kebangun Ma," sahut Salmira.

"Kamu kepikiran soal lamaran itu ya?"

Salmira mengangguk, "biar gimana pun itu akan jadi keputusan penting dalam hidupku, Ma."

"Mama mimpiin Aki sama Ninimu." Salmira menoleh mendengar ucapan mamanya. Bagaimana bisa mereka mengalami mimpi yang sama.

"Katanya kangen Kakak. Masa cuma kamu yang dikangenin. Kan Mama anak mereka."

Salmira terkekeh mendengar keluhan mamanya, "aku cucu kesayangannya," sahutnya.

"Salmira juga mimpiin mereka Ma. Mereka bilang merestui Salmira dan ngasi tau kalau Salmira gak perlu takut sama masa depan. Dia minta Salmira bawa Ronan ke rumah mereka."

Cahaya menggenggam tangan Salmira, "kamu berdoa terus minta petunjuk, kan?"

Salmira mengangguk. Nyaris tidak pernah terlewat. Diujung sujudnya, Salmira selalu meminta petunjuk agar dirinya menemukan jawaban yang tepat atas semua kebimbangan hatinya.

"Gimana kalau ternyata mimpi kamu adalah petunjuknya?"

Salmira termenung. Ia juga berpikir demikian sebelum mamanya berkata.

"Belajar buka hati lagi untuk dia, Kak. Bener kata Aki dan Nini kamu, jangan pernah takut sama masa depan. Karena kita gak pernah tahu apa yang akan terjadi di depan, kan?"

Salmira mengangguk, "nanti Salmira ajak Ronan ketemu sama mereka, ya, Ma?"

Cahaya tersenyum, "mama doain keputusan kamu ini akan bikin kamu bahagia. Lebih bahagia dari siapapun di dunia."

Selamanya [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang