Dia Pergi

5.8K 516 44
                                    

Salmira menghamburkan diri ke dalam pelukan suaminya ketika Ronan baru saja memasuki unit apartment mereka. Sudah pukul sepuluh malam, dan Salmira sedari tadi sudah menunggu suaminya pulang.

"Sayang, muka kamu pucet banget, kamu sakit?" tanya Ronan setelah melepas pelukannya kemudian memeriksa kening Salmira. Tidak panas.

"Aku gak make up aja, makanya kelihatan pucet," dusta Salmira agar tidak membuat Ronan khawatir, kemudian kembali menghambur ke dalam pelukan suaminya.

"Yakin?" tanya Ronan khawatir.

"Kamu bawel, deh!"

Keduanya melepas pelukan masing-masing, kemudian Ronan meletakkan barang bawaannya dan pergi membersihkan diri.

"Kamu beneran pucet banget. Kamu beneran gak apa-apa? Kita ke rumah sakit, yuk!" ajak Ronan sembari memakai kaosnya setelah mandi.

"Handuk basah bisa balikin ke tempatnya nggak?" protes Salmira ketika Ronan menyampirkan handuknya di sandaran kursi.

Ronan memamerkan deretan giginya, kemudian berlalu membawa handuk yang tadi dipakainya.

"Sayang, kamu yakin kamu gak apa-apa?"

"Udah tiga kali kamu nanya pertanyaan yang sama, ya, Mas."

"Kita ke rumah sakit aja, ya?"

Salmira menggeleng. "Mending kita istirahat. Kamu pasti capek banget, kan? Mana kurang tidur pula."

Ronan akhirnya mengalah. Ia membaringkan tubuhnya di sebelah kiri Salmira kemudian mendekap tubuh istrinya.

"Sayang, tadi sore aku ketemu Indira," ucap Ronan sembari mengelus puncak kepala Salmira.

"Indira?" Mendengar nama itu, dada Salmira seketika ngilu. Dia adalah perempuan yang membuat Ronan meninggalkannya dulu. "Kok dia bisa di Jogja?"

"Kan dia emang orang sana, sayang."

"Oh," sahut Salmira seadanya.

"Dia ngajakin aku ngopi, tapi aku tolak. Soalnya aku udah kangen banget sama kamu."

Salmira terdiam. Dalam hatinya ia memiliki ketakutan kalau wanita itu kembali dan merebut Ronan lagi.

"Kenapa bengong?" tanya Ronan ketika menyadari iatrinya terdiam.

"Aku takut dia kembali dan rebut kamu lagi."

Ronan meraih Salmira ke dalam pelukannya. "Nggak, sayang. Itu gak akan terjadi. Aku gak akan ninggalin kamu demi perempuan itu lagi."

"Tapi kata Kak Neil, kamu tolol kalau udah berurusan sama dia."

Salmira mulai terisak. Entah mengapa ia memiliki rasa takut yang luar biasa kalau ada wanita lain yang akan merebut suaminya.

"Itu kan dulu, sayang. Kamu percaya sama aku, kan? Aku tolak mentah-mentah loh ajakan ngopinya. Salah ya aku cerita ke kamu kalau ketemu dia? Maaf ya, aku gak bermaksud bikin kamu nangis. Aku cuma gak mau sembunyiin apapun dari kamu."

Salmira tidak menjawab. Pikirannya masih kacau, teringat masa lalu ketika Ronan meninggalkannya dan memilih wanita itu.

"Aku takut," lirih Salmira disela isakannya.

"Aku janji gak akan kemana-mana. Kamu percaya kan, sama aku?" Ronan mengelus rambut istrinya dengan lembut. Sungguh ia tidak ingin melukai perasaan Salmira. Namun, lelaki itu juga merasa harus menceritakan pertemuannya dengan sang mantan itu pada istrinya.

🌻

Salmira meremas gulungan kertas di tangannya. Ia menyandarkan tubuh di dinding karena merasa badannya tidak enak. Ia juga merasakan nyeri di perut bagian bawahnya. Salmira kebingungan dengan apa yang terjadi padanya belakangan ini. Ia selalu merasa kurang fit.

Selamanya [Sudah Terbit]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora