Fight 9

7 1 0
                                    

Simpang susun Semanggi jalan Jenderal Sudirman

Birawa melesat mengejar reptilian yang terbang melintasi mobil-mobil yang merayap di bawah Simpang Susun Semanggi menuju Bundaran HI. Perlahan tangan kanannya berhasil meraih ujung ekor reptilian dan langsung melempar sekuat tenaga bagai melontar martil.

"Wuuutt...! Melesat jauh.

"Bruuaaak!" Keras menghantam jembatan penyeberangan yang terhubung ke halte bus transjakarta tak jauh dari gedung BRI di sisi kiri jalan.

Kanopi jembatan runtuh oleh kerasnya benturan. Perlahan Birawa menjejakkan kaki di atas jalan beraspal Jenderal Sudirman. Menatap reptilian menggeliat bangkit menahan sakit. Beberapa mobil terjebak di dekat reruntuhan tak bisa jalan. Melihat jerit takut dan kepanikan orang-orang keluar dari mobilnya lari tunggang langgang. Mengetahui sosok tinggi besar menakutkan di depan di antara reruntuhan. Orang-orang di jalur pedestrian dan di dalam halte bus transjakarta semburat takut oleh tatapan tajam reptilian. Berdesak-desakan dibalik dinding kaca koridor halte bus transjakarta menuju jalan tembus jembatan penyeberangan di seberang jalan kembar Jenderal Sudirman. Menyambar mobil di depan dan langsung dilempar ke arah dinding kaca koridor. Birawa melesat mencoba menangkap, berusaha menyelamatkan orang didalamnya.

"Bruuuaaak...!" Tubuhnya tergencet rangka besi koridor.

pecahan kaca berhamburan melukai sebagian orang hingga teriak histeris. Perlahan mobil yang sempat menempel rangka koridor jatuh menyentuh aspal. Reptilian menatap tubuh Birawa tak sedikitpun koyak, melayang berbalut tanaman sulur. Terlindungi selimut sinar aura putih kebiruan bagai nyala api menjilat-jilat. Kepala Birawa tiba-tiba terasa mau meledak dan tatapan mata mulai buram. Dengan kedua telapak tangan memegang kepala berusaha menjaga keseimbangan akhirnya jatuh tak sempat menjejakkan kaki ke jalan beraspal. Sinar aura putih kebiruan yang menyelimuti tubuhnya timbul tenggelam mulai lemah. Sempat melihat 3 KeNus hitam menatap dirinya meniupkan sesuatu. Kelebat senjata mandau tiba-tiba menebas leher kedua KeNus tersebut. Sedang yang seorang lebih dulu menghindar. Reptilian melesat melewati 3 mobil dibawahnya langsung mengayunkan kaki menendang tubuh Birawa.

"Bouuukk!" Keras menghantam. Tubuh yang jauh lebih kecil dari lawannya terlihat melesat.

"Bruuaaak...!" Menabrak rangka besi koridor dan terpental melambung tinggi disambut sabetan ekor reptilian.

"Bouuukkk...!"

Tubuh tak berdaya melambung tinggi menghantam ketinggian gedung di sisi kiri jalan. Reptilian tengadah menatap puas tubuh tak berdaya mulai terjun bebas memarut dinding kaca menjadi pecahan-pecahan kecil. Dan akhirnya tubuh menghantam jalan beraspal tepat di depan lobi gedung BRI. Dengan angkuhnya reptilian mempertontonkan ekornya mengibas tak tentu arah. Masih menatap tajam tubuh tergeletak berlumur darah di antara serpihan kaca yang berserak. Sekuriti dan pegawai kebersihan merasa iba bergegas menghampiri mengangkat tubuh tak berdaya meletakkannya di lantai lobi bagian dalam.

"Tolong jangan terlalu dekat mengerumuni. Kasihan, dia butuh sirkulasi udara. Menjauh...! Menjauh...!" seru sekuriti. Melihat banyaknya tamu menumpuk di lobi tak berani keluar gedung dengan dibantu 2 orang yang peduli. Birawa tersadar perlahan bangkit berdiri. Tiap pasang mata melihat pecahan-pecahan kaca masih menancap di tubuh berlumur darah. Satu per satu pecahan kaca lepas dengan sendirinya dari tubuh Birawa. Tanaman sulur perlahan meregenerasi kembali menutup tubuhnya. Menjadi tontonan decak kagum orang yang berdiri mengerumuni.

"Ayo, kamu pasti bisa lawan!" teriak salah satu di antara mereka. Birawa perlahan menoleh menatapnya. Lalu mengedarkan pandangan ke orang-orang yang mengelilinginya.

"Lawan!" sahut yang lain.

"Lawan!" sahut yang lain sekali lagi.

"Lawan lawan lawan lawan lawan lawan lawan," teriaknya saling bersautan memberi semangat dan diikuti membuka formasi lingkaran.

Nusantara bangkitlahWhere stories live. Discover now