Cinta bersemi

13 1 0
                                    

"Selamat pagi, Bu Keyna!" sapa Arya lewat ponsel. Duduk santai di dalam restoran KFC.

"Pagi, Pak! Saya sudah di parkiran. Bapak sendiri apa sudah di dalam?" Pakai earphone tanya balik. Masih duduk di dalam mobil, sibuk mengoleskan minyak parfum pada sisi kiri dan kanan leher.

"Ya. Di lantai 2 dekat kaca menghadap jalan raya."

Melihat ramainya kendaraan melintas, matanya tertuju pada 2 pengendara sepeda motor masuk menuju tempat parkir. Tatapan beralih pada punggung seorang wanita keluar dari mobil sedan putih. Mengenakan blus coklat tua corak tutul segitiga kecil warna putih mulai membanting pintu mobil. Wajahnya tampak dari samping masih mengenakan earphone.

"Hai, coba tengok ke kanan atas." Berdiri melambaikan tangan.

Keyna masih mengedarkan pandangan tak sulit untuk mencari. Sambil melangkah, menyambutnya dengan lambaian tangan sebatas mengetahui.

Area parkir luas terlihat paving block tertata rapi. Rindang ternaungi 3 pohon besar, mulai dari depan sisi kiri restoran sampai ke belakang.

Keyna melangkah masuk menghampiri menyapa,

"Sudah lama menunggu?"

"Tidak. Hanya beberapa menit saja." Menyodorkan lembar menu menyunggingkan senyum lebar.

"Cantiknya...! Tampak casual dipadu celana putih tulang terkesan cerah," gumam Arya dalam hati

"Menunya ngikut aja, deh! Tapi minumnya aqua botol." Meletakkan tas kecil di atas meja hendak mengambil ponsel.

"Oke, tunggu sebentar saya pesankan."

Arya beranjak bangkit, di saat Keyna mengayunkan rambutnya yang tergerai menutupi sebagian wajah. Hembusan angin dari hempasan rambut tersebut membuat Arya terhenti sejenak menarik napas dalam-dalam. Merasakan harumnya eau de parfum. Seakan terhipnotis, tak sadar hidungnya merangsek maju mendekati sumbernya.

"Eemmm..., harumnyaaa," gumam Arya dalam hati dengan reflek mata terpejam.

Keyna mengernyitkan dahi tersenyum geli melihat tingkah pria tampan dihadapannya teramat dekat muka bertemu muka seperti mengendus sesuatu.

"Sedang apa, Pak? Sakit pinggang?" tanya Keyna melihat posisi punggung Arya terangkat condong kearahnya.

"Oh, ti tidak!" jawabnya gelagapan. Sambil menjatuhkan pantatnya ke kursi.

"Tidak jadi beli paket KFC nih?" Keyna mengingatkan. Menyunggingkan senyum manis terlihat bibirnya yang tipis, menatap cowok dihadapannya mulai salah tingkah.

"Ooo, iya! Sebentar, saya pesankan." Buru-buru beranjak antri ke kasir untuk menutupi rasa malu.

Pandangan Keyna tertuju banyaknya pejalan kaki ternaungi pepohonan rindang di jalur pedestrian. Sampai kehadiran Arya berdiri di samping tidak diketahuinya.

"Hallo," bisik Arya memecah lamunannya.

"Oh..., maaf!" Melempar senyum menatap Arya masih berdiri.

"Selagi masih hangat," ajaknya makan. Meletakkan nampan mencoba geser kursi agar duduk nyaman berhadapan dengan Keyna.

"Kabar pasien Bapak yang menjadi tanggung jawab LIKNUS bagaimana?"

"Masih stabil. Ditempatkan di ruang khusus, mudah dijangkau dokter dan perawat yang bertugas." Dengan santai mengambil gelas menyruput coca cola sambil menatap Keyna sibuk membalas WA seseorang.

"Sudah berapa lama Ibu bekerja di LIKNUS?"

"Sudah 3 tahun. LIKNUS lahir, di situ saya hadir. Selama penelitian dan riset mandiri, kami butuh dana tidak sedikit. Kebetulan LIKNUS yang baru berdiri memberi tempat sekaligus mendanai tahap akhir prototype yang sempat beberapa kali gagal." Dengan sendok dan garpu di tangan, merobek paha ayam gorengnya.

Nusantara bangkitlahWhere stories live. Discover now