Terjangkit parasit

5 1 0
                                    

Jakarta

Seorang ibu tak bosan memandangi bayinya tertidur pulas di pembaringan yan terbuat dari kayu, menggantung mainan di atasnya. Berada di ruang keluarga, tak jauh dari pintu samping terbuka lebar. Disambut pemandangan relief bukit dan air terjun buatan, menggenang air kolam di bawahnya. Semilir udara pagi masuk seperti berada di tempat terbuka. Asisten rumah tangga mendekat, sehabis bersih-bersih di teras depan. Dengan cekatan mengambil pakaian dan popok kotor. Tampak lukisan besar dari sebuah foto keluarga besar terdiri dari ayah, ibu, 2 anak laki-laki dan si bungsu perempuan yang sudah dewasa terpajang di dinding.

"Linda! Mulai hari ini lebih baik jangan kau susui anakmu. Papa khawatir puting susu mu digigit nantinya," pesan papanya memperingatkan.

"Ah, Papa! Ngomongnya kok gitu?" Linda sedikit tersinggung.

"Kemarin kedua kakakmu digigit tangannya sampai berdarah."

Televisi dibiarkan menyala, mendekati anak bungsu yang sedang melipat popok dan pakaian bayi. Dalam hati berkata,

"Lebih baik tak membicarakan bapak biologisnya sang bayi. Kasihan Linda." Berdiri menatap, tak ingin melukai hati anaknya.

"Selama ini Linda baik-baik saja, Pa. Jangan salahkan Askara. Mungkin sedang rewel karena diganggu," elaknya. Sedikit temperamen di saat pikirannya sedang kalut. Tak ingin bayinya disalahkan.

"Leon! Di mana kau berada? Tidak inginkah kau menjenguk Askara bayi kita? Pertumbuhannya sangat cepat. Di usia 3 bulan, anak kita tumbuh besar seperti balita usia 3 tahun dan sudah bisa berjalan. Tapi masih menyukai mainan bayi sebayanya," gumamnya bermonolog dalam hati.

Meski terpejam, dibalik kelopak mata terlihat 2 bola mata bergerak perlahan seirama. Seakan mendengar dan mengerti percakapan Ibu dan Kakeknya. Tiba-tiba membuka mata lebar-lebar bagai bara api merah nyala, lalu padam menangis sejadinya.

Linda meletakkan popok bersih, bergegas menggendongnya dalam pelukan. Askara ceria kembali dan semakin menggemaskan. Sang kakek tergoda mendekat melihat kelucuan tingkah cucu yang tiba-tiba menyembunyikan wajah di dada ibunya mencari puting susu. Makin tergoda mencoba meraih mainan kelintingan tangan di meja yang kemarin dibelinya. Dibunyikan dekat telinga sang cucu hingga terkejut mencari sumber suara. Mendekatkannya ke mulut, lupa kalau kebiasaan cucu suka menggigit. Dengan cepat sang bayi meraih mainan dan langsung menggigit telapak tangan kanannya.

. "Aduh!" teriaknya

Terlihat gigi merobek kulit tepat di bawah jari kelingking hingga berdarah. Reflek tangan berusaha melepas, tangis bayi pun pecah. Menuju dapur sambil mengibas-ngibaskan tangan melihat istri dan asisten rumah tangga sibuk memasak.

"Ma! Tolong ambilkan hansaplas!" serunya.

"Kenapa tanganmu, Pa?" Melihat jari suaminya terluka. Menyambar lap kering di meja, membersihkan telapak tangan. Bergegas mengambil hansaplas di kotak PPPK menggantung di dinding samping pintu dapur dekat suaminya.

"Itu cucu mu, menambahkan 1 korban lagi!" Menoleh sebentar ke arah Askara yang masih menangis di ruang keluarga.

"Jadi sudah 3 korban kena gigit," ungkapnya sekali lagi melihat istri membalut lukanya.

"Wah... tak terhitung, Pa! Ditambah tetangga kanan kiri kita dan saudara-saudara kita yang kemarin datang. Ya, namanya masih bayi tidak tahu apa-apa. Dalam 3 hari pasti sembuh." anggapnya wajar.

"Wah..., cucu kita ini pemecah rekor. Kalau besar nanti semoga tidak nakal seperti bapak biologisnya. Kasihan Linda mengasuh dan membesarkan sendiri." Saling pandang tak bisa berbuat banyak. Asisten rumah tangga ikut merasakan. Karena sejak kecil Linda diasuhnya.

Nusantara bangkitlahWhere stories live. Discover now