Fight 3

5 1 0
                                    

Deru Kereta api Tawangalun melaju sesekali membunyikan klakson panjang membelah kesunyian malam di perbukitan hutan Gumiter. Jauh di belakang terlihat 3 ekor ajag mengejar. Sorot matanya merah membara. Tiap kali kakinya mengayun, tubuhnya semakin besar menyerupai sosok raptorial. Penumpang di gerbong 5 yaitu gerbong paling belakang tampak tenang, tak melihat 3 sosok makhluk menyeramkan semakin mendekat. Hanya balita tertidur pulas dalam gendongan ayahnya di dekat kaca gerbong belakang. Kakaknya yang baru saja bangun menghampiri.

"Rian, jangan ganggu adik! Nanti bangun. Biarkan adikmu tidur!"

Berusaha menghindari tangan jahil Rian hingga adiknya terbangun. Tatkala tahu sang kakak menggoda mengitik kaki, adiknya melonjak dalam gendongan berusaha menghindar tertawa girang. Matanya tak sengaja melihat sosok mengerikan dengan sorot mata merah membara dibalik kaca gerbong belakang. Seketika menjerit sejadinya ingin lepas dari gendongan dengan menjulurkan kedua tangan berusaha menjauh.

"Se... serigala...!" teriaknya. Melihat seperti yang ditakutkan anaknya. Semakin mengganggu ketenangan penumpang di gerbong 5. Lari mendekap si kecil menuju gerbong depan. Rian menangis mengikuti ayahnya, karena merasa ditinggal pergi. Seluruh penumpang gerbong 5 terbengong saling pandang.

"Serigala? Ah, lebay tu orang!" kata pemuda yang baru saja naik dari stasiun Jember.

Penumpang panik berdesak-desakan menuju gerbong depan. Kejadian begitu cepat. Gerbong 5 pun kosong tak ada satupun penumpang. Mencoba mengedarkan pandangan dibalik kaca gerbong, mencari wujud serigala yang dimaksud. Hantaman keras terdengar dari gerbong belakang, penumpang menjerit histeris.

"Ada apa, mas?" teriak Birawa. Melihat seorang pemuda ketakutan merangsek mendekat.

"Ada sesuatu di belakang," ucapnya. Sambil berlalu menuju gerbong depan diikuti penumpang lainnya yang tak tahu apa-apa.

Tubuhnya yang tinggi besar berusaha merangsek menuju gerbong belakang mendekap keris. Mengedarkan pandangan mencari tahu penyebab kepanikan penumpang gerbong belakang. Sekali lagi raptorial menghantamkan tubuhnya, hingga lampu seluruh gerbong mati nyala silih berganti. Birawa terus merangsek masuk ke dalam gerbong 5. Sempat melihat kelebat bayangan hijau keabuan di balik kaca gerbong 5 terdengar mendesis. Dan sepasang mata merah membara timbul tenggelam terhalang terbatasnya lebar frame kaca.

Kepanikan dan ketakutan penumpang terobati tatkala melihat tunas tanaman sulur keluar dari tubuh Birawa dengan cepat menyambar keris di tempatkan menyilang di balik punggung sebelum membalut dengan ketat. Mulai diselimuti sinar aura putih kebiruan menjilat-jilat. Kedua tangan membuka paksa pintu gerbong perlahan lahan hingga besi bengkok, diikuti kaca pecah berserakan di lantai. Decak kagum pada sosok pahlawan yang diharap menyelamatkan seluruh penumpang gerbong kereta api. Melihat tubuh berbalut tanaman sulur terangkat naik ke atas atap gerbong, di tarik tunas sulur.

"Dari wujudnya seperti dinosaurus. Apakah ini hewan jadi-jadian? Ataukah monster serigala? Ah masa bodoh."

Dibalik punggung muncul tunas menghunus kerisnya.

"Sriiing."

Tangan kanan menyambut keris dalam genggaman menyilang di depan dada, siap menebas.

Kereta api mulai memasuki jalan sempit terapit tebing memanjang tak lebih tinggi dari gerbong. 2 raptorial berpencar naik ke sisi kiri dan kanan tebing menimbulkan suara gemuruh diikuti tanah longsor. Salah satu raptorial melompat naik ke atas atap gerbong. Mengendap menggeram menatap tajam.

"Kemarilah sayang, kalau mau mencoba ketajaman keris ku? Tak sejengkal pun nyaliku mundur." Waspada menatap tajam. Pergerakan 2 raptorial di sisi kiri dan kanan tebing yang terus mengejar sewaktu-waktu siap menyerang tak luput dari perhatiannya

Nusantara bangkitlahWhere stories live. Discover now