Fight 6

9 1 0
                                    

Terlihat Birawa dari tadi mengawasi seorang anak kecil sedang menggenggam pergelangan tangan pria dewasa penuh tato, tepat di depan rumah mewah.

"Bocah ini memiliki energi sangat kuat. Terbukti dari radius sinyal melebar membentuk lingkaran di layar hologram tersebut. Lewat teleportasi, mengantarku sampai ke sini," gumam Birawa dalam hati. Perlahan tubuh diselimuti sinar aura putih kebiruan menjilat-jilat.

"Sini! Kembalikan!" bentaknya. Tak lain adalah Askara. Tinggi tak lebih dari 140 cm. Meminta ponsel temannya dikembalikan.

Penjambret dengan kasar berusaha melepas pergelangan tangannya. Cengkraman makin kuat meremas pergelangan tangan kiri hingga tulang hasta dan tulang pengumpil retak. Terdengar di telinga Birawa yang masih menatapnya.

"Kekuatannya semakin meningkat luar biasa! Dirimu kini sudah kutemukan," gumam Birawa merasa yakin.

Perlahan penjambret menyerahkan ponsel yang dirampasnya, tak kuat menahan sakit. Tangan kiri Askara pun menyambut. Perlahan menoleh menatap Birawa dengan tatapan nanar merah menyala, melepas cengkraman. Penjambret kabur merintih kesakitan. Askara menyerahkan ponsel pada temannya dan berkata,

"Cepat pergi!" serunya. Tak sedikitpun berpaling.

"Bocah manis! Dari pertama kali kau keluar dari kandungan ibumu, sudah berani memberi pesan ancaman padaku. Hebat! Itukah budaya mahkluk di atas sana?" pancing Birawa. Ingin tahu intensitas amarah yang ditimbulkan.

"Tunjukkan wujudmu sebenarnya!" Saling tatap melangkah menjaga jarak. Sejenak menunggu, tak ada jawaban.

"Atau malu, tak setampan wajahmu?" Askara tetap diam tak ada jawaban terucap.

"Sepertinya akan terjadi sesuatu pada tubuhnya. Seperti yang terjadi pada tubuh Glewo dan Leon," gumamnya dalam hati. Dengan tatapan mata seakan memindai tubuh Askara. Lensa mata yang tersusun dari rangkaian heksagonal berkontraksi.

Melihat tubuh anak itu perlahan diselimuti saput aura, masuk ke dalam selaput portal dimensi keempat. Yang diselimuti gelembung sabun dengan kelap kelip sinar pelangi dalam bentuk bio foton tak bermassa didalamnya. Perlahan menelan tubuh Askara tenggelam ke dalam sosok reptilian yang menyembul keluar bersama sirnanya gelembung sabun pelangi. Birawa menatap waspada, masih menjaga jarak.

Reptilian diam tak menjawab. Jari telunjuk kirinya mengusap lubang hidung terong menyilang. Tampak tenang. Tapi kebenciannya sudah sampai ke ubun-ubun.

Tiba-tiba menerjang memukulkan tinjunya.

"Wuuutt...!" Birawa lolos dari hantaman dan,

"Bruooolll...!" Terdengar keras menghantam tembok hingga berlubang.

Kegaduhan di gang sempat mengundang warga ingin tahu. Ketika mengetahui sosok mahkluk reptilian bermuka seram dengan lidah menjulur bertarung dengan seseorang, jadi sepi tak ada yang lewat.

"Kekuatan mahkluk ini tidak seperti bapak biologisnya. Dan ilmu meringankan tubuhnya belum tinggi. Kelihatannya belum mumpuni," gumam Birawa tetap berhati- hati.

Pantang menyerah reptilian menyerang dan terus menyerang walau mengenai tempat kosong, makin menjauhi perkampungan padat penduduk. Dengan beringas melesat menghantam tubuh Birawa yang terlambat menghindar.

"Bouukkk...!"

Tubuh terlempar jauh keluar gang menghantam mobil sedan yang sedang melaju di jalan Pangeran Antasari.

"Bruaakk...!" Terdengar keras.

Diikuti teriak histeris dari dalam mobil yang oleng ke kanan berhenti di bahu jalan. Setelah kap mobil menghantam pilar beton jalan layang. Pintu depan sebelah kiri penyok.

Nusantara bangkitlahWhere stories live. Discover now