"Lo udah baikan sama dia?"

"Baikan?" gumam Salmira. Ia sendiri tidak tahu keduanya sudah baikan atau tidak. Tapi semalam Salmira bersedia dipeluk Ronan.

"Itu karena gue lagi sedih aja. Bukan berarti gue luluh ke dia," Salmira membatin.

🌻

"Ron, kamu dari mana semalam?" tanya Una ketika melihat Ronan menuruni tangga.

"Tumben mama nanya gini?"

Wajah tegas Una yang jarang terlihat membuat Ronan penasaran. Apa yang sedang terjadi pada wanita itu.

"Kamu semaleman sama Salmira? Gila ya kamu?"

"Gila kenapa Ma?"

"Duduk! Kita bicara dulu. Kamu telat gak masalah kan?"

Ronan mengangguk kemudian duduk di sofa. Menuruti mamanya.

"Kamu sadar gak bawa anak perempuan semaleman tanpa izin ke orang tuanya? Tante Aya cemas Salmira gak pulang semaleman dan pulang-pulang malah tahu anaknya sama laki-laki."

"Salmira yang gak mau pulang. Ini semua juga karena Mama."

Untuk pertama kalinya Ronan menentang orang tuanya. Untuk pertama kalinya Ronan berani menyalahkan mamanya. Namun, ia rasa dirinya memang harus berbicara.

"Mama udah janji untuk gak cerita ke Tante Aya soal apa yang mama denger. Tapi Mama dan Papa tetep cerita."

"Mama bilang sayang sama Salmira. Tapi apa mama mikirin perasaan dia?"

"Tante Aya marahin dia?"

"Tante Aya gak marahin Salmira. Tapi tante Aya nyuruh dia deket sama Ronan. Bukannya harusnya mamanya Salmira marahin Ronan dan ngelarang deket-deket lagi sama anaknya? Salmira ngerasa gak ada yang berpihak ke dia."

"Kalau gini Ronan ngerasa lebih baik Tante Aya marahin Ronan, Ma. Daripada Ronan dapet dukungan tapi malah nyakitin perasaan Salmira."

Una tidak dapat berkata-kata. Wanita itu merasa bersalah karena telah mengingkari janjinya pada Salmira.

"Salmira gak mau pulang semalem. Dia bilang hatinya sakit setiap kali ketemu mamanya. Dan Ronan gak bisa biarin dia di luar sendirian."

"Ronan berterima kasih karena Mama udah mau bantu Ronan. Tapi harusnya Mama gak ingkar janji ke Salmira. Dia sedih banget Ma. Sekarang dia ngerasa gak ada lagi orang yang berpihak ke dia. Ronan gak pernah mengharapkan ini semua, Ma."

Una masih menutup rapan mulutnya. Tidak bisa berkata-kata karena ia menyadari kesalahannya.

"Ronan mau berangkat kerja dulu, Ma. Mama jangan capek-capek di rumah. Jangan lupa minum obat." Ronan memeluk mamanya kemudian berlalu.

Sayangnya meskipun masih perhatian, sikap dingin Ronan pada mamanya pagi itu cukup membuat Una terluka.

Dalam perjalanan menuju kantor, Ronan sibuk memikirkan cara untuk menghibur Salmira. Dirinya ingin Salmira merasakan bahwa gadis itu tidak sendirian.

Ronan memutar balik mobilnya, menuju jalan yang berlawanan dengan kantornya. Ia berhenti di depan sebuah toko kue.

🌻

"Mbak Salmira, ada kiriman buat kamu," ucap seorang office boy sembari menyerahkan satu buah paper bag untuk Salmira.

"Apa ini Pak? Dari siapa?"

"Kata Pak satpam dari temennya Mbak Salmira. Ada tulisan di dalamnya."

"Terima kasih Pak Iwan," ucap Salmira sembari mengambil benda di tangan office boy tersebut.

Selamanya [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now