Siang itu Dareen menjemput Salmira untuk makan bersama di dekat kantornya. Kata Dareen sekalian pamer motor baru. Lelaki itu membeli motor agar memudahkannya kemana-mana dalam usahanya menemukan sang mama.

Salmira menguap, "keliatan banget ya?" tanyanya sembari mendelatkan wajah di kaca spion.

"Gue cuma tidur dua jam. Yaudah yuk keburu jam makan siang habis!" Salmira duduk di belakang Dareen, kemudian motor itu melaju, memecah jalanan Jakarta di siang hari.

Tanpa mereka sadari, sebuah mobil hitam ikut melaju mengukuti mereka. Pengemudi mobil tersebut memasang wajah tidak karuan di dalam sana. Kepanasan, juga sesak di dadanya.

"Lo lagi ada masalah?" Dareen bertanya sembari mengunyah makanannya.

Mereka memilih makan siang di sebuah cafe yang lumaian sepi. Salmira meminta Dareen untuk berhenti di sana karena cafe itu tidak terlihat ramai. Lebih baik untuk dirinya yang kurang suka keramaian.

"Semalem gue nonton drama sampe jam 12, terus kebangun jam 2 dan gak bisa tidur lagi sampe pagi," sahut Salmira sambil mengaduk minumannya.

Dareen memperhatikan wajah gadis itu dengan seksama, dan ia tahu ada sesuatu yang sedang dipikirkan Salmira.

"Dia gak gangguin lo lagi kan?"

Salmira menggeleng. Namun kata-kata Ronan semalam masih terngiang di kepalanya. Ditambah lagi ucapan Anggun tentang kejujuran yang diungkap oleh orang mabuk. Salmira menggoyangkan kepalanya. Ia tidak ingin terpengaruh lagi oleh permainan Ronan, bisa jadi Ronan akan mempermainkannya lagi nanti.

Salmira sangat mengantuk siang itu. Dareen sangat menyadari betapa mengantuknya Salmira karena gadis itu berkali-kali menguap. Ia bangkit kemudian mengambil tempat diduk di sofa sebelah Salmira. Saat itu mereka memang memilih meja di dekat dinding dengan sofa yang menempel di dinding. Salmira duduk di sana, sementara awalnya Dareen di seberang Salmira, duduk di kursi kayu berwarna coklat.

"Tidur aja, nanti gue bangunin," ucap Dareen sembari menunjuk bahunya. Mengisyaratkan kalau Salmira boleh menyandarkan kepalanya di bahu lelaki itu.

Salmira nampak meragu, namun matanya kian memberat. Apalagi selepas makan siang nanti akan ada meeting mingguan bersama tim dari devisi lain. Kalau ketahuan mengantuk dan tidak fokus, ia bisa dimarahi atasannya.

Alhasil Salmira menurut, ia menyandarkan kepalanya di bahu Dareen. Memejamkan matanya dan berusaha untuk tertidur. Tidak butuh waktu lama, nafas gadis itu mulai teratur. Salmira benar-benar tertidur.

🌻

Ronan menyesali keputusannya siang itu karena mampu menambah nyeri di dadanya. Ia seperti di hukum. Pertam, ia tidak bisa mendekati gadis yang dicintainya karena janjinya pada sang mama. Kedua, ia tidak bisa berbuat apa-apa ketika melihat kedekatan Salmira dengan lelaki lain. Ronan benar-benar ingin memiliki gadis itu, tapi ia tidak menemukan cara untuk mengusahakannya. Ia takut akan melukai Salmira lagi.

"Ma," Ronan memeluk mamanya yang sedang duduk di ruang tamu sambil menonton televisi.

Setelah mengikuti Salmira dan Dareen siang itu, Ronan memilih untuk tidak kembali ke kantor. Percuma saja karena ia tidak bisa bekerja dengan baik. Ronan masih kesulitan untuk fokus.

"Kamu kenapa Ron? Kok udah pulang? Sakit?" Tanya Mama Ronan khawatir.

"Ma, sampai kapan Ronan harus begini?"

Una melepaskan pelukan anaknya. Menatap wajah Ronan lekat untuk mencari tahu apa yang terjadi.

"Ronan gak pernah mencintai perempuan sampai seperti ini Ma."

Una diam. Nampaknya Ronan sedang galau karena perempuan. Wanita itu menunggu kelanjutan cerita anaknya.

"Sampai kapan Ronan harus tahan dibenci sama perempuan yang Ronan cintai, Ma?"

"Ron, kamu pernah ngelukain dia. Kesalahanmu besar di masa lalu. Gak mudah jadi Salmira. Kamu harus bisa ngerti."

"Tapi apa semuanya gak bisa diperbaiki Ma?"

"Ron, mana yang lebih kamu pilih, melihat dia bahagia meski tanpa kamu, atau kamu memilikinya tapi dia gak bahagia?"

Ronan terdiam. Pilihan yang sangat susah untuk Ronan yang sudah terbiasa mendapat apa yang ia mau.

"Aku bisa bahagiain dia Ma, I will do anything to make her happy," ucap Ronan setelah hening benerapa saat.

"Mama tahu. Tapi Mama masih tetep berharap kamu gak temuin dia dulu. Jangan bikin dia makin benci sama kamu Ron. Kamu ngerti kan maksud mama?"

"Ron, kamu harus percaya satu hal. Semua yang ditakdirkan untuk kamu, akan menemukan jalannya untuk kembali ke kamu. Ronan hanya perlu bersabar dan berdoa. Sama satu lagi, fokus untuk perbaiki diri kamu. Jangan jadi Ronan yang suka melukai perasaan perempuan lagi."

Una mengelus rambut anak semata wayangnya itu. Sebenarnya ia tidak tega melihat Ronan merana. Benar kata Ronan, itu adalah kali pertamanya lelaki itu nelangsa karena wanita.

"Dia lagi deket sama salah satu karyawan di kantor kita Ma," ucap Ronan. Dadanya kembali nyeri mengingat adegan di cafe tadi. Salmira dengan nyaman terlelap dan menyandarkan kepalanya di pundak Dareen.

"Ron, kamu gak bisa ngelarang dia untuk deket sama siapapun. Ingat janji kamu ke Mama, jangan ganggu Salmira dulu. Tahan perasaan kamu."

Ronan termenung. Merasa mamanya juga tidak berpihak padanya membuat lelaki itu makin merasa frustasi. Ronan telah menyesali kesalahannya di masa lalu. Tapi tidakkah ada satu kesempatan untuknya agar bisa memperbaiki semua kesalahannya?

🌻

Thank you for reading
Tolong dong jangan komen kurang panjang atau dikit banget. Aku ngetik ini di hp dan jujur jariku pegel banget. Jadi untuk chapter ini kalau menurut kalian kurang panjang mohon maaf ya, tapi to be honest ini 1.300 kata kok.

Aku masih mau nyiksa Ronan disini sampai kalian sayang lagi sama dia. Kalau Salmira, gak tahu sih bisa sayang Ronan lagi atau nggak.

Terima kasih untuk selalu support cerita ini and see you in the next chapter 💙

Selamanya [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now