Bab 41

376 12 2
                                    

Private room, seperti di beberapa tempat makan pada umumnya digunakan atau sengaja dipesan dengan tujuan mendapatkan lebih banyak privasi. Di kafe ini pun juga memiliki tempat seperti itu yang diberi nama Ruangan.

Mata Raka memicing kala melihat tangan Ayla terulur ke arahnya sembari mengulang kalimat yang baru saja dia katakan.

"Gue tau duit Lo banyak. Cepetan!" ulang Ayla terburu-buru.

Raka berdecak sembari mengambil dompetnya dari saku celana. Kartu hitam keluar dari sana. Tanpa rasa malu Ayla langsung mengambil dan memberikannya pada kasir. Setelah menyelesaikan transaksi, Ayla langsung memberikan kartu hitam itu kepada pemiliknya, lalu berjalan mendahului.

Raka mengikuti langkah Ayla yang entah akan membawanya ke mana. Bahkan sampai sekarang Raka masih bingung kenapa dirinya bisa menjadi penurut seperti ini. 

Ayla berhenti di depan sebuah ruangan dengan papan di samping pintu yang bertuliskan Ruangan. Tanpa ragu Ayla mendorong pintu dan masuk begitu saja. Raka yang tadinya masih sibuk dengan pikirannya pun ikut masuk. Raka mengedarkan pandangannya melihat ruangan yang sedikit luas itu dengan bingung. Ia baru tahu ada tempat seperti ini di kafe tersebut.

"Lo ngapain bawa gue ke si--"

"Jangan potong omongan gue kalau gue lagi bicara," Ayla berbalik dengan tatapan yang jujur membuat Raka tersentak bingung. Marah, sedih, kecewa, mungkin itu arti dari mata bulat itu.

"Lo begini karena putusnya Sean sama Zefa?" tanya Ayla.

Raka mengernyit bingung dengan pertanyaan tiba-tiba itu.

"Karena Lo diem. Gue anggap jawabannya iya," simpul Ayla.

Ayla menghela napas pendek, "Kalau gitu Lo nggak seharusnya marah ke Sean. Marah sama gue."

Raka memutar bola matanya, ia mulai bosan dengan percakapan aneh ini. Terlalu terbelit-belit dan tidak pada intinya. Sebuah pembelaan? Ya. Sepertinya itu yang tengah gadis dengan kuncir kuda itu lakukan.

"Zefa mergokin gue sehotel sama Sean," Ayla merinding melihat mata Raka yang saat ini membelalak sempurna.

"Maksud Lo apa?!" bentak Raka langsung dengan murka.

"GUE BILANG JANGAN SELA OMONGAN GUE!" teriak Ayla frustasi. Ingatann buruk itu mendadak kembali muncul tanpa diundang dan itu sangat menyakitkan.

"GIMANA GUE NGGAK NYELA ANJING! LO TUH KEK ANJING!" Raka membalas dengan nada tingga, emosinya benar-benar tidak stabil. Kemarahannya membuncah begitu saja.

Ayla memejamkan matanya akan teriakan Raka yang memekakkan telinga. Sebelum ia kembali membuka mata dan mulai berucap.

"Gue diperkosa, Raka." ujar Ayla menatap manik Raka yang langsung mengalami perubahan.

"Di hotel itu. G--gue diperkosa," Mata Ayla mulai berair, "dan gue nggak tau mau manggil siapa selain Sean."

Raka tersentak, terlalu tidak sesuai dengan apa yang ia pikirkan. Ini semua terlalu jauh.

"Gue juga nggak tahu kalau waktu itu Zefa ngikutin Sean sampai ke hotel. Gue nggak tau apa yang terjadi setelahnya. Gue cuma dengar kalau mereka putus." Ayla memusatkan tatapannya pada Raka yang tengah berperang dengan pikirannya sendiri.

"Jadi, kalau Lo mau marah..." Ayla menarik napas, berusaha menahan air matanya yang sudah memberontak ingin turun, "Lo marah aja sama gue. Karena penyebab Sean secara nggak langsung nyakitin Zefa itu gue. Sean nggak salah apa-apa,"

"Dan lagi, gue pikir Zefa terlalu berpikir jauh. Gue juga yakin dia nggak mau dengerin penjelasan Sean sampai mereka berakhir putus," jelas Ayla lagi.

Ayla menggeleng ringan, "Intinya, gue mohon sama lo jangan berantem sama Sean. Dia cuma punya kalian sebagai sahabatnya. Kalau kemarahan itu masih ada di hati Lo, lampiasin ke gue,"

Beetle Knight and PrincessWhere stories live. Discover now