Bab 25

429 11 0
                                    

Tanpa memedulikan Zefa yang hendak meraih tangannya, Sean berjalan mendekati cewek yang ia kenal dengan segerombol pria di salah satu meja.

Zefa mengepalkan tangannya tetap di tempat, sampai sebuah siulan yang Zefa rasa ditujukan ke padanya membuat gadis itu geram, ia sangat benci dengan seseorang yang melakukan catcalling kepadanya, apalagi jika seseorang yang tidak ia kenal. Zefa yang belum sempat menghampiri Sean dibuat terkejut ketika seseorang mendadak di banting ke meja, tambah terkejut lagi ketika seseorang yang menyebabkan cowok itu terlempar adalah pacarnya, Sean. Terlalu lamban dengan pikirannya, orang-orang sudah berkerumun.

"Ish minggir," Zefa masih berusaha untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi di sana, namun yang terlihat hanya punggung orang-orang yang sedang menyoraki pertengkaran di sana. Zefa yakin Sean pasti terlibat, semoga saja cowok itu tidak kenapa-napa.

Selain tidak melihat apa-apa, Zefa juga tidak mendengar suara pertengkaran, orang-orang sangat berisik. Butuh beberapa waktu sampai satu persatu dari mereka pergi dari sana. Zefa bernapas lega dan berjalan ke tempat Sean pergi tadi. Namun Zefa tidak melihat Sean, hanya segorombol cowok dengan salah satu dari mereka terlihat bonyok di atas meja yang berantakan. Zefa mengalihkan pandangannya. Akhirnya ia melihat Sean yang ternyata sudah akan melewati jalan keluar dengan seorang gadis yang mengenakan jaket cowok itu.

Rasanya kaki Zefa sudah lemas sekarang, dadanya berdenyut nyeri. Ia ingin pulang saja rasanya, namun kembali tersadar jika dirinya juga tidak hapal jalan pulang, ia juga takut naik ojek di hari yang sudah larut ini, memanggil Raka ke sini hanya akan menimbulkan keributan karena tadi ia sudah izin pergi dengan Sean. Jadi pilihannya sekarang hanyalah menghampiri Sean dan meminta cowok itu mengantarnya pulang.

Namun sepertinya semesta tidak sedang berpihak kepadanya hari ini, belum juga satu meter Zefa melangkah, seseorang mendadak muncul dan bertabrakan dengannya. Jangan lupakan minuman cewek itu yang tersiram kepadanya.

"Akh!"

"Kalau jalan pake mata, bisa nggak sih?!" teriak cewek itu langsung. Cewek itu berdiri, membuat Zefa pun ikut berdiri dengan tampang kesal.

"Yang nabrak saya siapa? Mbaknya yang lari-larian!" sahut Zefa tidak terima. Emosinya sedang membuncah setelah melihat Sean meninggalkannya, ditambah cewek tidak dikenal ini yang meneriakinya padahal dia yang salah. Bahkan tidak meminta maaf karena sudah membuat pakaiannya basah.

"Kok lo nyolot sih?" Cewek itu spontan mendorong Zefa dengan keras. Hingga dirinya menubruk meja di belakangnya dengan cukup keras.

"Eh cantik, nggak papa?" Zefa menoleh, sosok familiar itu. Jelas Zefa mengingatnya, dia cowok yang balapan dengan Sean waktu itu. Kalau tidak salah namanya Deon.

Zefa langsung menepis tangan Deon yang hendak memegangnya. Saat menoleh, Zefa sudah tidak menemukan gadis yang menabraknya.

"Kenapa lo di sini sendirian? Sini sama gue," Zefa menoleh sinis. Tidak tahu mengapa, ia rasa berdekatan dengan Deon adalah hal yang berbahaya. Raka juga pernah memperingatkannya untuk tidak dekat-dekat dengan cowok ini.

Tidak menyerah, Deon menarik Zefa hingga cewek itu akan duduk di paha cowok itu jika ia tidak menahan tubuhnya dengan cepat. "Lo apa-apaan sih? Jangan pegang-pegang gue!"

"Wohoo, si cantik marah gais?" ujar Deon yang membuat teman-temannya bersorak ikut menggoda Zefa.

"Sini, duduk samping gue," ucapan Deon seolah perintah mutlak. Cowok yang tadinya duduk di tempat yang Deon tunjuk langsung pergi mengambil kursi lain.

Sungguh, tatapan Deon benar-benar mengerikan. "G-gue mau pulang," ujar Zefa mengelak.

"Mau pulang? Gue anter gimana? Nggak baik loh cewek cantik kek lo malem-malem pulang sendirian," ucap Deon, seolah-olah cowok itu tahu jika Sean sudah meninggalkannya sendirian di sana.

Beetle Knight and PrincessWhere stories live. Discover now