Bab 40

383 11 1
                                    

Raka menatap sekelilingnya. Beberapa hari sudah berlalu sejak liburan semester genap dimulai, tetapi hingga kini ia belum melihat salah satu sahabat terdekatnya itu muncul di hadapannya. Tidak! Dirinya bukan merindukannya, ia hanya merasa aneh karena terus melihat ketiga sahabatnya tanpa salah seorang yang dulu sangat dekat dengannya.

"Dateng juga tuh bocahnya," seru James menatap Gio yang baru saja membuka pintu kafe. Sementara Raka yang tadinya cukup bersemangat setelah mendengar seruan James langsung kembali murung menatap teh hijaunya.

Gio memperhatikan perubahan ekspresi Sean sebelum berucap, "Tadi Sean langsung pergi. Keknya tempat makannya rame," ujar Gio yang seolah memberikan jawaban atas pertanyaan yang ia pikir tengah menjadi bahan pikiran Raka.

"Banyak banget keknya kerjaannya," sahut Raka tiba-tiba yang langsung menimbulkan senyuman di antara teman-temannya. Karena sudah sangat lama Raka mau menanggapi saat mereka membahas tentang Sean semenjak kejadian waktu itu.

"Sekarang bokapnya bener-bener lepas tangan. Makanya Sean lebih milih nambah kerjaan daripada kebanyakan santai,"

Raka mengernyit, "Lepas tangan?"

Gio mengangguk, "Gue pikir bukan Bokapnya yang lepas tangan, tapi Sean yang udah nggak mau punya hubungan sama dia lagi. Gue rasa mereka habis berantem hebat," ucap Gio memberikan balasan. Walau sebenarnya itu hanya tebakan saja.

"Dia udah bukan bokap gue lagi. Semuanya gue yang ngurus," Itu jawaban yang Sean berikan saat Gio menanyakan tentang pekerjaan tambahan Sean yang secara reflek membuatnya menyimpulkan jika sahabatnya itu benar-benar ingin memutuskan hubungan dengan ayahnya.

"Dia pindah ke apart kan?"

"Itu apart dari almarhum nyokapnya. Keknya Sean pernah cerita deh. Tapi dulu dia nggak mau nempatin karena males ketemu bokapnya," sahut Diego yang sejak tadi diam mendengarkan.

"Bapaknya emang minta dikebiri. Punya anak satu aja kagak becus," komentar Raka benar-benar di luar dugaan.

"Btw, si cewek yang suka ngintilin tuh bocah masih muncul?"

Sepertinya pembahasan mengenai kerespect-an Raka terhadap Sean akan berakhir dengan pertanyaan itu.

Malam tiba dengan suasana yang lebih segar setelah hujan beberapa waktu lalu. Mereka berpindah tempat nongkrong ke kafe tempat Gio dan Sean bekerja, walau hari ini mereka berdua ambil sift pagi.

"Ini tempat tiap hari rame begini?" tanya Diego kepo karena setiap ia berkunjung tempat ini tidak pernah sepi.

"Biasalah, kan tempat ini kek jadi tongkrongan," jawab Gio.

"Kuat bet dah Lo. Gue di kafe yang pelanggannya cuma sebiji dua biji aja dah gak betah," sungut Diego.

"Keknya gegara manager anjing itu deh. Maksa bet buat dipromosikan di sosmed pribadi. Sekali dua kali mah wajar, lah ini mintanya tiga kali sehari anjir. Bahkan sampai followers gue bilang bosen liatnya," imbuh James tidak habis pikir

"Coba kalo Raka sama Sean yang jadi pegawainya. Keknya cuma disuruh live doang pas kerja,"

Raka memutar bola mata mendengar keluhan kedua temannya sebelum menyahut, "Kalau pada dasarnya Lo berdua butuh duit, mau disuruh jungkir balik juga pasti nggak bakal milih resign cuma gegara nggak betah,"

Gio terkekeh sembari mengangguk setuju, "Nggak usah dipikirin,"

James dan Diego mendadak malu dengan sindiran Raka. Belum lagi mereka tidak sengaja mengeluh di depan Gio yang notabenya bekerja keras karena keluarganya. Untung tidak ada Sean di sini atau mereka akan merasa semakin rendah diri.

Beetle Knight and PrincessWhere stories live. Discover now