Bab 14

4.2K 149 1
                                    

Sean benar-benar tidak bisa fokus setelah melihat Zefa. Ia hanya ingin menyelesaikan balapan dan menghampiri gadis kecil yang sedang mencari kakaknya itu. Sean menarik gasnya seperti orang kesetanan, bahkan Deon sudah tertinggal cukup jauh. Ia benar-benar tidak memberikan ruang untuk cowok itu menyamai posisinya. Sampai telinganya mendengar suara sorakan meriah ketika Ia sudah sampai di garis finish balapan liar. Entah dari mana asal para cewek-cewek yang sekarang mengitarinya, Sean sangat-sangat risih melihatnya.

Sean melepaskan helmnya ketika teman-temannya menghampiri.

"Woah Se. Gue baru tau lo bisa kayak gini pas balapan. Keren bor," Gio mengangkat tangannya untuk tos, dan Sean membalasnya dengan senang hati.

"Ini baru abang-abangan gue," puji Diego yang ikut bangga. Sedangkan James malah sudah berfoto-foto ria dengan cewek-cewek yang sebenarnya meminta foto bersama Sean, benar-benar mecari kesempatan.

Sean tidak tersenyum sama sekali karena tidak menemukan apa yang ia cari. "Zefa mana?" tanya Sean to the point.

Gio dan Diego saling tatap sebentar. "Lagi diomelin ma abangnya," sahut Diego.

Sean langsung turun dari motornya. "Bawa motor gue. Taruhannya lo yang ambil," ucapnya sembari melempar kunci motornya ke Gio. Lalu cowok itu berjalan pergi dari sana mencari keberadaan Raka...dan tentu saja adik sahabatnya juga.

Tidak lama Sean mencari, karena ternyata mereka masih berada di belakang kerumunan.

"Hua!! Kak Sean, aku diomelin abang!" Zefa benar-benar tidak sadar apa yang ia ucapkan. Cewek itu hanya berlari ke belakang Sean untuk mencari perlindungan.

Raka mendengus melihatnya. "Ngapain lo ngumpet di sana? Masih punya malu lo di depan muka Sean?"

Sean hanya tertawa mendengar bisikan Zefa yang mengatakan kalau cewek itu takut melihat Raka marah. Bukannya membantu Zefa, Sean malah menarik lengan cewek itu agar kembali berhadapan dengan Raka, bedanya ia menaruh Zefa di sisi tubuhnya.

"Huaaa Kak Sean juga jahat," Niken yang sejak tadi melihatnya sudah sangat berusaha untuk menahan tawa melihat drama yang terjadi di depannya, namun sangat ia tahan karena tidak mau Raka ikut menyemburnya.

"Masih nggak mau ngomong lo ngapain di sini? Segitu sukanya lo sama Sean sampai larang perintah Mama buat nggak keluar sendiri malem-malem hm?" tuding Raka dengan wajah galak. Namun wajahnya langsung berubah ketika dia menyadari Sean di depannya, benar-benar baru menyadarinya.

"Wah anjir! Gue lupa! Lo menang Se?!" tanya Raka antusias. Zefa reflek menoleh karena ingin tahu juga. Melihat Sean menganggukkan kepala, wajah kakak beradik itu langsung berubah sumringah.

"Wahh, selamat ya Kak Se," ucap Zefa spontan. Sean menoleh dan tersenyum tipis.

Raka mendelik melihat sahabat dan adiknya. "Lo berdua pacaran?"

Zefa dan Sean menggelengkan kepala bersama dengan polosnya. Niken reflek mengambil ponsel, ia akan menyesal seumur hidup jika tidak melihat kejadian uwu di depan matanya ini. Namun sepertinya kedua cowok itu sadar dan langsung memberikan pelototan tajam ke arahnya. Ya, biarkan Niken menyesal seumur hidup saja kalau begitu.

"Lo ngapain di sini Zefa?" tanya Sean dengan suara lebih lembut. Lagi dan lagi Zefa malah terbuai dengan suara berat itu, reflek ingin mengajak Sean ke KUA.

"Zefa!" Dan selalu abangnya yang merusak suasana. Ck, menyebalkan.

"Nikentu, lo bilang tuh!"

Sean reflek memukul mulut Zefa. "Ih, kok dipukul sih?" Zefa menatap Sean bingung.

"Jangan ganti-ganti nama orang," peringat Sean.

"Adam kalau lagi kesel sama Niken pasti manggilnya gitu kok," Zefa mengerucutkan bibir melihat Niken yang merasa bangga karena sudah dibela Sean.

Raka menggelengkan kepalanya, adiknya itu selain polos juga sedikit tolol.

Zefa berdecak, sedari tadi ia sudah melindungi nama Niken, tapi sepertinya ia harus memutuskan hubungan persahabatan yang sudah bertahun-tahun berlangsung. "Ini gara-gara Niken," ujar Zefa dengan bangga.

Niken menegang melihat tatapan tajam dari empat mata yang kini menghunus dirinya. "Itu...Kok lo nyalahin gue sih Babi!"

"Ya kan preman komplek lo yang bilang kalau Bang Raka balapan,"

Niken mendelik tidak terima dengan tuduhan Zefa. "Tapikan lo juga percaya aja. Lo denger sendiri kan tadi Kak James bilang apa? Kalau yang ditantang itu Kak Raka, mana tau gue kalau Kak Sean yang turun,"

"Ihhh. Ini salah Kak Gio yang spoiler balapan di sini. Preman kampung lo juga ikut-ikutan. Ya parno lah gue,"

"Nah makanya kan. Bukan gue yang salah. Gue cuma perantara," ujar Niken meyakinkan kedua cowok itu.

"Napa gue jadi disebut-sebut dah," ucap Gio bingung mendengar namanya.

"Tolol!" "Goblok!" umpat Sean dan Raka bersamaan.

"Tapi ini juga salah abang! Kenapa nggak pulang-pulang? Zefa nungguin Abang pulang karena Abang bilang mau bawain Zefa makan malam. Zefa bolehin bibi pulang gara-gara anaknya nangis kucingnya lairan, dia ya nggak masak lah. Tapi Abang malah nggak pulang-pulang ogeb," orang-orang di sana menahan tawa mendengar panglima mereka diomeli habis-habisan oleh gadis kecil itu.

"Gara-gara Abang, Zefa kelaperan. Mana Abang ngemolin Zefa mulu. Apa perlu Zefa ngomong ke Papa? Biar Abang ikut nenek di kampung ingon sapi?" ancam Zefa yang membuat mereka sudah tidak bisa menahan tawa lagi.

Sean menoleh merasakan akan ada barang yang menuju ke arahnya. Dan ternyata benar, sebuah helm terlempar ke padanya dan ia spontan menangkapnya. Melihat itu yang lain ikut menatap ke arah cowok yang tadi balapan dengannya, Deon dengan para antek-anteknya. Sedikit terkejut karena James ditahan di belakangnya.

"Sombong banget lo nyuruh nih curut ambil taruhannya," ucap Deon.

"Nggak usah pegang-pegang anjim," James merontak kesal. Ia ingin melawan, tapi mengingat kondisi teman-temannya sepertinya ini bukan waktu yang tepat untuk tawuran.

Deon menyeringai menatap Zefa yang berdiri di samping Sean. "Jadi gara-gara ini lo sampai nggak sempat ambil hadiah lo hm? Bagus juga selera lo,"

Sean melirik Zefa sekilas lalu menarik cewek itu ke belakangnya, "Mau lo apa?"

"Mau gue? Hm, boleh nggak kenalan sama cewek di belakang lo itu?" tanya Deon usil.

Zefa menoleh ke belakang, lalu menunjuk dirinya sendiri yang langsung dihadiahi pelototan tajam dari abangnya. Zefa mencibir, lalu mengintip dari samping tubuh Sean.

"Hai cantik," Sean berdecak membuat nyali Zefa menciut. Kenapa orang-orang cepat sekali marah sih hari ini? Zefa benar-benar tidak habis pikir.

Raka menghela napas, lalu meraih tangan adiknya. "Kita pulang," ujar Raka yang mulai tidak suka dengan Deon yang menggoda adiknya.

"James, anterin Niken," ujar Raka sebelum membawa Zefa yang hanya pasrah ketika ditarik pergi Raka.

"Wah, posesif banget keknya," Deon yang akan mengikuti Zefa namun ditahan oleh Sean.

"Kalau nggak mau kaki lo patah. Jangan berulah," Sean menarik baju Deon agar berdiri di hadapannya, "paham?" lanjut Sean dengan suara mengerikan.

.

.

.

Beetle Knight and PrincessWhere stories live. Discover now