Bab 18

490 20 0
                                    

Bel istirahat akhirnya berbunyi setelah empat jam pelajaran berlangsung. Ramai siswa-siswi keluar dari kelas untuk ke kantin atau tempat lainnya. Sementara Zefa dengan suasana hati tidak karuan merasa malas untuk melakukan apa pun sekarang.

Dua hari sudah berlalu tanpa adanya kepastian tentang hubungannya dan Sean. Bahkan cowok itu sama sekali tidak menghubunginya sejak hari itu. Membuatnya merasa menjadi manusia paling bodoh di dunia karena sudah menghabiskan rasa malunya untuk menyatakan perasaannya pada es batu berjalan itu. Bahkan ia sampai tidak berani cerita kepada Niken, takut cewek itu akan mengatakan jika dirinya sudah tidak waras. Ya, walaupun itu memang benar.

"Lo sakit pa kenapa sih?" tanya Niken karena merasa Zefa tidak banyak bicara sejak tadi.

Zefa melirik sekilas, lalu kembali meletakkan kepalanya di atas meja. Membuat Niken reflek menyentuh kening Zefa, lalu keningnya--menyamakan suhu tubuh.

"Nggak panas tuh," monolog Niken, "ke kantin yuk! Lo nggak laper apa?" ajak Niken langsung.

Zefa menggelengkan kepalanya, lalu tak lama kemudian ia merasa perutnya berbunyi--cukup keras, walau tidak sampai membuat Niken mendengarnya. Zefa menegakkan tubuhnya, membuat Niken menoleh dengan wajah berbinar.

"Kantin?"

Zefa mendengus, "Hm,"

"Btw gimana kelanjutan abis lo di follback. Lo nggak pernah bahas Kak Sean tuh abis itu," tanya Niken.

Zefa menghentikan langkahnya tiba-tiba, membuat Niken juga menghentikan langkahnya dengan wajah bingung, "Sumpah! Udahlah, nggak usah dibahas lagi. Gue serius mau berhenti. Capek banget berharap sama es batu," omel Zefa.

"Kayak di dunia ini cowok cuma dia apa? Cowok kek anjing itu! Yang suka sama gue juga banyak kok. Lihat aja!" geram Zefa

Niken mengerjapkan matanya, sedikit tidak percaya Zefa mengumpati Sean seperti itu. Namun ia bersyukur karena Zefa mengatakannya di lorong yang cukup sepi. Meminimalisir masalah baru yang mungkin akan muncul jika penggemar cowok itu mendengarnya.

"Zef,"

"Apa?!" Zefa menyahut tak santai, lalu membalikkan tubuhnya.

Cowok berkacamata itu nampaknya terkejut dengan sahutan Zefa. "Em, sorry. Gue ganggu ya?"

"Eh Abian," ujar Niken terkejut melihat kehadiran Abian yang tiba-tiba berada di belakang mereka.

Melihat itu membuat Zefa jadi merasa tidak enak karena sudah membentak cowok itu. Namun ia masih diam karena perasaannya yang masih tidak bisa diajak berkompromi sekarang. Zefa hanya menatap Abian.

"Ada apa Bian?" tanya Niken yang sepertinya tengah mewakili Zefa yang tidak ingin bicara.

"Zefa marah sama gue ya?" tanya Abian.

Spontan Zefa melirik Niken, merasa kelabakan mendengar pertanyaan itu. "Enggak kok. Cuma agak badmood, tapi bukan gara-gara lo kok. Serius," Pada akhirnya Zefa tetap memaksakan senyumannya muncul.

"Ada apa?"

"Oh, ini. Gue mau kasih..."

Abian mengulurkan tangannya, memberikan sebuah amplop berwarna bergambar boneka itu di depan Zefa. Zefa menatap Abian, lalu menerimanya dengan wajah bingung.

"Ini apa?" tanya Zefa.

Namun Abian malah tersenyum salah tingkah sendiri, "Jangan lupa dibaca. Gue tunggu jawaban lo," Dan cowok itu langsung pergi begitu saja dari sana.

"Anjir, surat cinta keknya!" pekik Niken langsung dengan wajah tidak percaya. Ia baru melihat ini seumur hidupnya.

"Surat cinta? Masa sih?" tanya Zefa seraya melihat amplop itu, "Duit kali Ken," ujar Zefa asal.

Beetle Knight and PrincessWhere stories live. Discover now