Bab 8

606 18 0
                                    

"Lo suka sama abang gue Nik?" tanya Zefa ketika melihat Niken yang terlihat sangat fokus memerhatikan kakaknya yang sekarang tengah berbincang dengan teman-temannya di pinggir halaman.

Niken spontan menoleh dengan mata membola, "Ya kali gue sama Kak Raka. Gue tuh... gue belum cerita ya?" tanya Niken balik.

Zefa menggelengkan kepalanya dengan polos.

"Dua hari yang lalu kan gue digangguin preman di bis, bukan cuma gue sih yang digangguin. Nah terus Kak Raka datang dan ngehajar preman-preman itu. Keren banget sumpah!" ujar Niken yang masih kagum kala mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.

Zefa mengenyit geli. Agak merinding ketika ada yang menganggap abangnya keren, di saat ia ingin menendang bokong Raka dengan keras ketika cowok itu selalu menjahilinya. Bahkan sebelum berangkat sekolah tadi abangnya datang ke kamarnya hanya untuk memberikan gas beracun, sebagai pengharum ruangan katanya.

"Cuma abang doang yang nolongin Ken?"

"Nggak sih. Temen-temennya juga ikut nolong,"

"Dan bisa-bisanya dari sekian banyak yang nolong lo malah kagum sama abang gue?" Zefa bergidik.

Zefa teringat sesuatu, "Lo juga chat-tan ama abang kan? Wah, gercep bet lo,"

Niken mengangguk polos, "Dia duluan sih, katanya kan gue temen deket lo. Biar enak kalau tanya keberadaan lo kalo adek kesayangannya ini sampe nyungsep,"

Zefa mencibir dengan wajah kesal.

"Eh Zef, btw lo mau ikut ekskul apa?" tanya Niken mengalihkan pembicaraan.

Zefa terdiam, ia baru ingat jika hari ini adalah hari terakhir untuk memutuskan untuk ikut ekskul dan ketrampilan. Zefa agak kesal karena semua anak SMA Penta diwajibkan mengikuti ekstra kulikuler, tidak seperti ketika SMP. Walau sudah diancam tidak naik kelas, Zefa tetap tidak mengikuti ekskul apapun, dan buktinya ia bisa lulus. Namun katanya guru akan terus meneror anak murid yang tidak mengikuti ekskul maupun keterampilan.

"Gue pengen ikut basket, tapi kalau kepala gue kepentok bola dikit kagak masuk seminggu. Gimana tuh?" tanya Zefa teringat Sean mengikuti basket.

"PMR aja. Kan kalau ntar Kak Sean ke UKS ketemu," saran

"Ngapain ke UKS?"

"Kalau kepalanya kepentok bola?"

Zefa menganggukkan kepalanya paham. Tapi dia tidak suka ikut PMR. Dulu dia pernah ikut, sampai ketika penempuan badge kakak-kakak alumni membentak anak kelas 7 yang ikut penempuan, katanya sih uji mental. Tapi kalau menurut Zefa itu lebih baik disebut ajang balas dendam. Padahal mereka juga belum pernah ketemu sebelumnya. Dan itu juga yang membuat Zefa jadi malas ikut organisasi di sekolahan, karena rata-rata sama.

"Nggak mau ah. Btw bang Raka ikut apaan ya?" tanya Zefa.

"Renang sama futsal," jawab Niken santai.

Zefa spontan menoleh. Sebenarnya seberapa dekat kakaknya dengan sahabatnya itu? Bahkan ia sendiri tidak tahu.

"Jangan bilang lo diem-diem jadian ama abang gue," tebak Zefa yang langsung dihadiahi toyoran dari Niken.

"Mulut lo ya. Lo kagak inget abang lo yang promosiin ekskul renang, dia ketuanya. Terus dia bilang kalau dia juga anggota futsal inti," jawab Niken tidak habis pikir.

Zefa ingin kembali bertanya, kapan abangnya mengatakan itu. Tapi akhirnya ia hanya diam karena malas bertanya.

"Lo ikut apa?" tanya Zefa.

"Sama abang lo disuruh ikut renang. Tapi gue kagak bisa. Jadinya gue ikut jurnalistik aja,"

"Lagian kaki abang juga belum terlalu normal. Peluang lo buat ketemu dia juga dikit," sahut Zefa yang langsung dibalas anggukan kepala oleh Niken.

Beetle Knight and PrincessWhere stories live. Discover now