Bab 26

429 10 1
                                    

"Motor abang hari ini jadi di servish kan?" tanya Mama.

"Iya Ma," jawab Raka.

"Ya udah, Papa antar,"

Zefa hanya diam sedari tadi. Ia benar-benar takut sekarang karena ponselnya tak kunjung ia temukan. Ya, walaupun Mama dan Papa tidak akan mempermasalahkannya. Tapi itu adalah ponsel pertamanya, yang Papa belikan setelah ia mendapat juara ketiga pararel saat SMP. Yang tentunya tidak mudah untuknya mendapatkan benda yang memang cukup berharga itu.

"Adek kenapa diem aja dari tadi? Sakit?" tanya Mama yang tengah membawakan tas kerja Papa.

Zefa lantas menoleh karena pertanyaan itu. Apa ia harus berkata jujur sekarang? Tidak, ia juga belum bertanya kepada Gio. Mungkin saja kan ponselnya tertinggal di tempat makan semalam? Zefa menggelengkan kepalanya.

"Nggak kok Ma. Cuma agak capek aja,"

Mama merengut, "Kamu kecapekan ya harus les?"

Raka mendengus, "Capek apanya, tiap hari main mulu dia," ujar Raka. Ya, tentu saja Raka berbicara begitu karena Zefa selalu izin untuk jalan-jalan dengan Sean setelah les. Kalau tidak dengan Sean, Zefa juga akan pergi dengan Niken.

Zefa merasakan usapan di kepalanya, ternyata Papa, "Kalau kecapekan nggak les juga nggak papa," ujar Papa lembut.

Zefa tersenyum sembari menggeleng, "Nggak kok. Kan Zefa emang bodoh, makanya harus les," ucapan gamblang itu berhasil membuat Mama dan Papa tersinggung. Padahal mereka sama sekali tidak pernah berpikir jika putri satu-satunya itu bodoh.

Mama mendekat, menatap putrinya lembut, "Sayang,"

Zefa yang baru tersadar akan ucapannya langsung merasa tidak enak, "Eh, bukan gitu maksud Zefa. Udah, Zefa harus berangkat sekarang. Nanti kalau telat gimana?"

Zefa berjalan pergi dari ruang makan, diikuti kakak dan kedua orang tuanya. Namun langkahnya berhenti tepat di ambang pintu saat melihat Sean yang berada di bawah. Sepertinya cowok itu baru tiba. Dengan langkah pelan Zefa melangkah menuruni beberapa undakan tangga. Sean yang melihat kehadirannya menampilkan senyuman tipis. Cowok itu lantas mendekat dan salim pada Mama.

"Loh, kamu temennya Raka kan?" Bunda terdiam sebentar mengingat-ingat, "Nak Sean kan?"

"Iya Tante, saya Sean,"

"Ngapain lo ke sini?" tanya Raka sewot.

"Abang," Mama langsung mencubit tangan Raka pelan.

Perhatian mereka teralih pada Papa yang muncul dengan mobil keluaran terbarunya yang baru saja ia beli beberapa minggu yang lalu. Papa keluar dari mobil menghampiri keluarga kecilnya itu. Sean pun langsung mendekati Papa dan mencium tangan pria itu.

"Siapa?" tanya Papa penuh curiga.

"Saya teman Raka, Om."

Papa mengernyitkan keningnya sekilas, lalu mengangguk, "Raka nebeng temen?"

Raka menoleh, hendak mengangguk, namun niatnya terhenti saat Sean berbicara sampai menyakiti ulu hatinya.

"Saya jemput Zefa, Om," ujar Sean sopan.

"Eh?" gumam Mama terkejut.

Sementara Raka langsung melirik adiknya dengan tampang malas. Papa pun kembali dengan ekspresi awalnya yang nampak tidak suka dengan Sean.

"Jemput Zefa?" tanya Papa mengulang.

"Iya Om. Saya izin ngajak Zefa berangkat bareng," jawab Sean.

Mama langsung meghampiri suaminya yang memasang tampang tidak bersahabat sekarang, "Iya. Gak papa kok. Nanti Abang yang sama Papa," ujar Mama menggantikan Papa.

Beetle Knight and PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang