Bab 4

650 21 0
                                    

Zefa terbangun pada pukul 11 malam, ia baru memastikannya setelah melihat layar kunci ponselnya. Tenggorokannya terasa sangat kering sekarang.

Zefa menendang selimutnya, "Argh. Gue males!" ujarnya kesal. Selalu saja ia lupa menyediakan air di samping tempat tidur, padahal ia selalu haus jika terbangun di tengah malam. Dia malas, tapi haus. Yang mana yang harus dia pilih sekarang?

"Ya minum lah geblek!" Bisa-bisanya ia menanyakan hal itu sekarang.

Zefa bangkit dari tempat tidur, mengucek matanya cepat, lalu turun dari ranjang. Membuka pintu dengan malas, lalu berjalan keluar.

Suara bising dari bawah terdengar, dan ia meyakini itu adalah suara dari tv dan Raka yang menontonnya. Zefa terlalu malas membuka lebar matanya, padahal ia bisa berteriak histeris ketika melihat salah seorang cowok yang tengah berbicara dengan kakaknya itu.

"ABANG! ZEFA HAUS! AMBILIN MINUM!" teriak Zefa menggelegar, membuat kelima laki-laki di sana menatap ke arah Zefa.

"Anjir tuh bocah," umpat Raka merasa malu dengan tingkah adiknya. Apa gadis itu tidak lihat jika ada teman-temannya di sini?

Ke-empat pria itu tertawa melihat seorang gadis yang wajahnya tertutup rambut panjang dengan pakaian berlengan pendek dan celana di atas lutut, khas bocah TK yang kebangun dari tidurnya.

"ABANG!!" teriak Zefa sekali lagi.

"Fanjing sialan Lo!" ujar Raka kesal.

"ABANG!" Zefa menyingkap rambutnya ke belakang, membuat ke-empat pria selain Raka itu menatapnya dengan tatapan berbeda-beda. Begitupula dengan Zefa yang langsung reflek menutup mulutnya yang ternganga ketika melihat Sean di sana.

"Eh-lo kan cewek yang..." Gio segera membungkam mulut Diego.

Raka mengernyitkan keningnya ketika menyadari bahwa teman-temannya mengenal Zefa, "Lo pada kenal sama adek gue?" tanya Raka.

"Ya kenal lah, apalagi Sean," sahut James sembari menaik-turunkan alisnya menatap Sean.

Raka pun ikut menatap Sean, "Sean?"

Sedangkan gadis yang masih berada di tengah-tengah tangga itu diam-diam hendak membalikkan tubuhnya,

"Lo mau ke mana? Katanya haus?" tanya Raka. Zefa menutup matanya rapat, sungguh ia benar-benar tidak suka dalam kondisi serba salah seperti ini. Zefa membalikkan tubuhnya lagi lalu menatap para cowok itu dengan senyum manisnya.

"Hehe, permisi kakak-kakak," ujar Zefa sopan berusaha menutupi kebar-barannya setelah berteriak-teriak kayak Tarzan tadi.

James berdehem menggoda Sean kala Zefa berjalan melewati mereka, dan tentu saja hal itu membuat Zefa malu setengah mampus karenanya. Zefa berjalan cepat menuju dapur, mengabaikan godaan dari cowok-cowok tampan tadi. Ia membuka kulkas dua pintu itu, lalu mengambil air dingin dari dalamnya, dan langsung menegaknya dari botol. FYI, Zefa tipe orang yang sangat-sangat malas menggunakan gelas ketika minum di rumah, jadi ia selalu punya botol sendiri di dalam kulkas, begitupula dengan Raka, kakaknya yang mempunya sifat malas mengalahi dirinya.

"Kenapa Abang nggak bilang sih kalau ada temen-temennya? Terus sejak kapan abang temenan juga sama Kak Sean?" Zefa memukul kepalanya, berusaha menurunkan kadar kebodohannya itu.

Zefa terperanjat kaget ketika sesuatu tiba-tiba terikat di pinggangnya, ia reflek membalikkan badan untuk melihat si pelaku. Dan betapa terkejutnya Zefa ketika kini ia kembali bertatap muka dengan jarak yang hanya beberapa senti saja dengan Sean.

"Kak Se-" Zefa langsung menutup mulutnya ketika ia ingat kalau ia baru saja bangun tidur dan belum sikat gigi.

Sean tersenyum miring, senyuman yang berhasil membuat Zefa meleleh saat itu juga. Sean mendekatkan tubuhnya ke sisi kanan kepala Zefa, "Gue baru tahu kalau Lo adik Raka,"

Beetle Knight and PrincessWhere stories live. Discover now