Bab 12

4.3K 150 0
                                    

Zefa pergi menemui Raya bersama dengan Reza yang juga ditunjuk sebagai perwakilan kelompoknya. Lagi-lagi Zefa dibuat malas karena ia harus mengorbankan jam istirahatnya. Kenapa harus jam istirahat coba, kenapa tidak waktu pulang saja? Entahlah, kapan pun waktunya, Zefa tetap membenci hal ini.

Di dalam ruangan sudah ada anak-anak lainnya dan beberapa murid dari kelas sebelas. Namun ada yang menarik perhatian Zefa. Sosok yang memegang kamera DSLR dengan rambut tersilak ke belakang itu berhasil mengambil perhatian penuh gadis itu.

"Kagum banget keknya," Zefa menoleh terkejut menatap Reza yang menertawakannya sebelum masuk ke dalam.

Zefa berdehem singkat dan ikut-ikutan masuk. Zefa mendudukkan dirinya di sekitar teman-temannya.

"Semuanya udah hadir ya?" tanya Kak Raya.

"Sudah kak," jawab anak-anak kelas 10 yang menjadi perwakilan.

Zefa tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Sean yang sudah mengganti kamera DSLR-nya dengan ponsel. Cowok itu sangat tampan tanpa bisa ditelak. Zefa yang tadinya sangat badmood langsung goodmood setelah melihat Sean. Walaupun ada perasaan iri di dalam diri ketika cowok itu terlihat mulai dekat dengan Sandra yang dijadikan sebagai model--entah model apa itu.

Yah, Zefa akui jika Sandra memang cantik. Kulit kuning langsat yang manis, mata bulat, hidung mancung, dan bibirnya yang sedikit tebal terlihat sangat cantik. Belum rambut hitam panjang, dan proporsi tubuhnya yang bagus juga tinggi semampai. Mendadak Zefa jadi iri melihatnya.

"Dek, lo nggak mau nyatat apa-apa?" tanya Raya kepada Zefa yang malah menatap ke arah lain. Tidak mendapatkan jawaban, Raya ikut menoleh untuk melihat apa yang membuat adik kelasnya itu sampai tidak fokus.

Raya menganggukkan kepalanya paham. Tidak mungkin ia tidak tahu jika adik dari teman satu kelasnya itu menyukai Sean. Bahkan ia yakin murid-murid SMA Penta pasti banyak yang tahu kejadian di lapangan waktu itu. Ia sempat berpikir jika mereka berpacaran, namun jika dilihat secara langsung. Itu seperti cinta salah seorang pihak saja.

"Dek!" panggil Raya dengan suara sedikit keras.

"Eh, iya kak?" Zefa menoleh terkejut.

Raya tersenyum tipis, "Temen-temen lo udah mau selesai lo pengamatannya. Lo nggak mau mulai sekarang?"

Zefa langsung menatap teman-temannya yang sudah mulai sibuk dengan pekerjaan mereka. Zefa menepuk kepalanya lalu berpindah untuk melakukan hal sama dengan mereka. Juga sedikit bersyukur karena Raya tidak jutek seperti Indah.

"Reza, gue boleh nyontek catetan lo nggak. Gue nggak bisa fokus," bisik Zefa pada Reza.

Reza tersenyum hangat lalu menganggukkan kepalanya, "Lo bisa pinjem catetan gue, tapi lo liat dulu konsep yang mau kelompok lo pakai ya?" Zefa menganggukkan kepalanya antusias dan mulai menuruti ucapan Reza.

Sean menggenggam ponsel di tangannya kuat. Ia menggeram rendah menyaksikan sesuatu yang entah mengapa membuat dirinya terbakar, padahal hanya terlihat dari ujung matanya. Tatapan Sean yang mendadak suram membuat Sandra bergidik ngeri, namun ia berusaha bersikap biasa.

"Em, kalau begini gimana kak?" tanya Sandra menunjukkan pose seperti hendak memfoto sesuatu dengan kamera.

"Kita outdoor," ujar Sean singkat sembari berjalan keluar ruangan dengan kameranya.

.

.

Meneguhkan hati. Zefa memutuskan melepaskan perasaannya kepada Sean. Sungguh. Jatuh cinta sendirian itu capek. Mungkin akan lebih baik jika ia segera menyatakan perasaannya. Tapi kalau ditolak gimana? Zefa tidak bisa memikirkan betapa malunya ia jika melakukan itu, ditambah Sean adalah sahabat kakaknya. Pasti akan semakin sulit untuk dirinya melupakan cowok itu karena Raka sering ke mana-mana dengan Sean.

Beetle Knight and PrincessWhere stories live. Discover now