Bab 27

414 12 3
                                    

Merasa suntuk di hari libur mungkin baru Zefa rasakan hari ini. Manusia hobi rebahan seperti dirinya sampai bingung harus rebahan dengan gaya apa. Rasanya ia sedang tidak mood untuk melakukan apa pun. Menyalakan ponsel, lalu mematikannya. Hal yang ia lakukan beberapa hari ini setelah Sean pergi ke luar kota untuk pertandingan basket. Kata abangnya kemarin cowok itu sudah pulang, namun sampai sekarang Sean belum juga menghubunginya, bahkan pesan yang ia kirimkan belum juga dibalas.

Zefa mendesah kesal, lalu turun ke lantai dasar. Menatap malas kakaknya yang tengah bermain PS sejak pagi. Entah mengapa kakaknya itu tidak pernah bosan bermain game, mungkin jika disuruh memilih hal yang ia ingin lakukan seumur hidup, kakaknya itu akan memilih bermain game sampai giginya tinggal dua. Zefa menghentikan langkahnya di belakang Raka, ide jahil muncul secara mendadak di kepalanya. Namun niatnya harus terhenti kala suara dering dari ponsel Raka terdengar, membuat cowok itu menoleh dan menyadari kehadirannya lebih dulu.

"Ngapain lo kayak cicak begitu?" tanya Raka tak habis pikir dengan pose adiknya yang merayap di lantai.

Zefa yang gelagapan langsung berdiri dengan tampang kesal, "Apaan sih,"

Raka geleng-geleng kepala, lalu menjawab panggilan itu.

"Halo Sean?"

Mendengar nama kekasihnya di sebut membuat Zefa langsung reflek mendekat pada Raka. Dan Raka hanya menatap adiknya dengan tatapan aneh.

"Gio? Nggak di sini," ujar Raka menjawab Sean.

Raka menoleh saat Zefa menarik-narik kaos yang ia pakai, "Tanya di mana," ujar Zefa tanpa suara. Namun Raka dapat memahaminya. Raka memutar bola matanya melihat tingkah sang adik, namun ia tetap menuruti permintaannya, "Lo di mana?"

"Oke," Setelahnya Raka mematikan sambungan teleponnya.

"Di mana?" tanya Zefa langsung.

Raka menaruh ponselnya dan akan mengambil posisi untuk kembali memegang stik PS-nya.

"Abang, Kak Sean di mana?" tanya Zefa tidak sabaran.

"Sogokannya apa?" Zefa mendelik mendengarnya, abangnya itu benar-benar sangat menyebalkan.

"Bakso mau?" tanya Zefa mengalah.

Raka mengangkat kedua alisnya suka, "Berapa porsi?"

"Satu?" Namun Raka hanya diam dan kembali menjalankan permainannya.

"Ish! Dua porsi!"

"Di rumah," jawab Raka setelahnya.

Zefa tersenyum tipis, otak kecilnya ini sudah merencanakan sesuatu yang cukup brilian. Zefa merebut stik PS dari tangan Raka sebelum berlari menaiki tangga. Membiarkan Raka yang sudah berteriak kepadanya. Salah sendiri menyebalkan.

.

.

.

Meneguk salivanya susah payah. Untuk kedua kalinya ia berada di depan rumah mewah itu. Bahkan ia masih merasa merinding ketika melihat rumah itu sembari kembali berpikir, sebenarnya ayah Sean bekerja apa sampai bisa memiliki rumah semegah ini. Namun, selain itu masih ada segelintir rasa takut tentang peringatan Sean yang melarangnya ke rumah itu.

"Tapi kan Kak Sean bilangnya kalau dia nggak ada di rumah. Sekarang kan Kak Sean di rumah. Salah sendiri nggak jawab chat gue," ujar Zefa berusaha membenarkan tindakannya.

Mencengkeram tali tasnya, cewek itu masuk lewat gerbang yang terbuka. Sama seperti dulu, ia masih kelelahan untuk berjalan dari gerbang sampai ke bagian depan rumah. Menghela napas pelan, Zefa akan mengetuk pintu yang sedikit terbuka itu. Namun tindakannya terhenti saat mendengar suara seorang gadis dari dalam.

Beetle Knight and PrincessWhere stories live. Discover now