58 | Hold Me Tight

2.2K 123 3
                                    

Kedekatan mereka akhir-akhir ini membuat Diana melupakan ketakutannya. Bahkan muncul keinginan untuk membuat Denis nyaman berada di sisinya dengan menuruti keinginan Denis. Apapun itu, termasuk mencoba menerima orang tuanya.

Di hari ke sepuluh dimana Denis kembali bekerja rupanya cukup membuat Diana sangat sedih karena setiap harinya Denis yang memasak dan membersihkan kamar. Sementara dirinya hanya menyiapkan baju dan perlengkapan Denis untuk ke kantor. Siang ini Diana mencoba untuk keluar kamar karena dia ingin memberikan makan siang untuk Denis. Entah karena keinginan bayi atau memang keinginannya, tiba-tiba saja dia ingin memasak makan siang untuk Denis. Keinginan itu tidak bisa dibendung dan dengan langkah pelan tapi pasti, Diana menuju dapur.

Nyaris mendekati dapur namun langkahnya langsung terhenti ketika ada tangan yang menahan lengannya. Menoleh, tatapannya bertemu dengan Mamanya dan sontak Diana melepaskannya.

"Mau ke mana? Diam dulu sebentar, bisa? Soalnya lantai masih dibersihkan dan licin. Duduk dulu di ruang tengah, kalau sudah selesai nanti akan diberitahu."

Tanpa membuka suara, Diana menurut untuk duduk di ruang tengah. Memerhatikan dalam diam setiap pergerakan Mamanya. Ketika tatapan mereka bertemu, Diana lebih dulu melengos, enggan berlama-lama terlibat kontak mata dengan Mamanya yang baru dia sadari jika ada banyak perubahan dari Mamanya.

Wajah yang dulunya terawat kini terlihat semrawutan. Jauh sekali dengan penampilan Mamanya yang sellau elegan, ala-ala ibu sosialita. Roda kehidupan memang berputar, hidup yang dulunya sejahtera kini terlihat menyedihkan.

"Lantainya sudah selesai dibersihkan. Kamu mau ke mana?"

Suara Mamanya kembali terdengar dan bergegas menuju dapur, mengabaikan Mamanya yang mendekat padanya tanpa menjawab pertanyaan Mamanya. Setidaknya ini adalah kemajuan baginya. Meski enggan terlibat obrolan dengan Mamanya, setidaknya dia mampu menatap bahkan berdekatan dengan Mamanya.

"Biar Mama bantu kalau mau masak."

Suara Mamanya kembali terdengar ketika dia mengambil bahan-bahan yang akan dimasaknya dari kulkas. Melirik sekilas pada Mamanya yang berdiri di sampingnya seraya menatap bahan-bahan yang dia siapkan di meja dapur.

"Diana, Denis melarang kamu ...."

"Pergi."

Helaan nafas terdengar dari Mamanya sebelum akhirnya, "Baiklah."

Terdengar pasrah dan tanpa membantah, Mamanya itu perlahan menjauhinya. Membiarkannya berkutat sendirian di dapur. Namun ekor matanya menangkap bayangan Mamanya yang mengawasi dari pintu dapur membuatnya berdecak. Tidak memedulikan keberadaan Mamanya, dia memilih fokus memasak untuk suaminya dan tak sabar memberikan masakannya untuk suaminya.

Selesai memasak, Diana menata masakannya ke meja makan seraya melirik jam dinding. Sebentar lagi putrinya itu datang sekolah dijemput oleh suaminya. Denis akan mengantar putrinya ke apartemen kemudian kembali ke kantor.

Baru saja memikirkan suami dan anaknya, terdengar pintu apartemen. Sosok yang ada di pikirannya terlihat mematung melihat dirinya berdiri di ruang tengah menyambut kedatangan mereka.

"Mama!" Seruan nyaring dari sang putri membuat senyumnya melebar. Merentangkan kedua tangan, dia menyambut sang putri dengan pelukan.

"Gimana sekolahnya? Papa gak telat jemput kamu, kan?"

"Sekolahnya seru, Mama. Chika barusan dapet nilai A soalnya Chika bacanya lancar. Papa gak telat jemput Chika, Mama. Chika belum keluar kelas tapi Papa udah ada di depan kelas. Papa lucu Mama. Temen-temen Chika dijemput Mamanya, cuma Chika yang dijemput Papa."

Putrinya itu cekikikan saat menceritan jika dirinya yang berbeda dengan teman-teman. Dalam pikirannya, suaminya itu dikerubungi ibu-ibu dari teman-teman putrinya.

Hold Me TightWhere stories live. Discover now