55 | Hold Me Tight

2.6K 127 7
                                    

Rahang Denis mengeras dan spontan mendorong Papa Diana hingga terjatuh. Raut wajahnya memancarkan kekhawatiran ketika melihat wajah sembab Diana dan kaki Diana yang berdarah. Melihat Diana tidak berdaya membuat Denis luar biasa panik hingga tanpa sadar membentak orang tua Diana.

"Apa yang kalian lakukan pada Diana?! Siapkan mobil! Aku akan membawa Diana ke rumah sakit. Tidak tahu malu sekali kalian. Numpang, tapi menyakiti Diana!"

Denis tidak sadar jika ucapannya melukai perasaan orang tua Diana yang mematung menatap kepergian Denis bersama Diana dalam gendongannya. Bahkan saking paniknya Denis melupakan sosok Chika yang menangis melihat Mamanya kesakitan namun dengan sigap sang Nenek menenangkannya.

Menelan perasaan terlukanya, orang tua Diana bergegas menyusul Denis yang membawa Diana ke rumah sakit terdekat. Mereka sama khawatirnya dengan Denis. Mereka sama takutnya, takut terjadi sesuatu pada Diana, putri tunggal mereka yang sekarang tidak mampu mereka gapai.

Setibanya di rumah sakit, orang tua Diana melihat Denis di kursi tunggu dengan keadaan kacau. Mereka enggan untuk mendekat pada Denis. Namun keengganan itu pada akhirnya mereka tekan ketika Denis menatap ke arah mereka. Tatapan yang jauh berbeda dari hari sebelumnya. Kali ini tatapan Denis sama sekali tidak menampakkan keramahan.

Mau tidak mau mereka mendekat pada Denis yang menyorot mereka dengan tajam.

"Maafkan kami yang telah lalai," pada akhirnya Papa Diana membuka suara yang Denis balas dengan tatapan tajam tersirat amarah.

"Pintar sekali kalian bersandiwara. Bersikap seolah kalian benar-benar ingin memperbaiki hubungan kalian dengan Diana. Nyatanya kalian tetaplah kalian, pemeran utama dalam trauma yang Diana alami," sarkas Denis seraya beranjak dari duduknya.

"Kami---"

"Apa lagi alasan kalian? Diana masuk rumah sakit gara-gara kalian! Orang tua macam apa yang tega mencelakai anaknya yang tengah hamil? Bahkan disaat tidak ada aku ataupun Chika. Astaga! Aku tidak menyangka kalian sebusuk dan sekejam itu pada Diana!" Denis tidak bisa mengontrol emosi dan nada suaranya sehingga mencuri perhatian setiap orang yang berada di dekat mereka.

Memilih diam agar tidak semakin menyulut emosi Denis dan semakin menjadi pusat perhatian, orang tua Diana menjauh dari Denis. Mereka melupakan sosok Chika yang menyaksikan sang Papa diliput amarah. Dengan sigap oranh tua Diana membawa sang cucu menjauh, meninggalkan Denis sendiri yang diliput amarah, kekhawatiran dan ketakutan hingga mengabaikan keberadaan putrinya yang menangisi keadaan Mamanya.

...

"Nenek, Papa marah?"

Pertanyaan sederhana dari si kecil Chika menghentikan aksi Mama Diana yang tengah mengusap bekas saus di sudut bibir Chika. Mengulas senyum tipisnya, Mama Diana menggeleng pelan dan merapikan rambut sang cucu yang berantakan karena terkena terpaan angin. Saat ini mereka berada di kantin rumah sakit. Guna mengalihkan ingatan sang cucu karena keributan kecil yang sempat terjadi, mereka membawa sang cucu ke kantin dan membelikan makanan yang cucunya inginkan. Alih-alih melupakan, nyatanya Chika justru melayangkan pertanyaan yang berhubungan dengan keributan kecil yang sempat terjadi.

"Papanya Chika tidak marah. Papanya Chika cuma kelelahan saja jadi nada suaranya seperti orang marah-marah. Chika takut sama Papa?"

Putri dari Denis dan Diana itu awalnya mengangguk namun detik selanjutnya menggeleng seraya membuka mulutnya, minta disuapkan kembali pentol yang dibelikan oleh sang Nenek.

"Chika takut denger suara Papa. Tapi Papanya Chika sayang sama Chika jadi Chika gak jadi takutnya."

Jawaban polos itu membuat Mama Diana tersenyum simpul. Denis tidak main-main menyayangi anaknya membuat Mama Diana turut merasa lega. Meski Denis bersikap kurang baik kepadanya dan suaminya, setidaknya Denis bersikap baik kepada keluarga kecilnya meski Denis pernah menjauhkannya dari sang putri, Diana.

Hold Me TightWhere stories live. Discover now