14 | Hold Me Tight

6.1K 354 11
                                    

Perlahan Diana mampu menenangkan putrinya hingga terlelap di pangkuannya. Diana menatap sendu wajah terlelap putrinya dengan bekas air mata yang mengering di pipinya. Diana mencium kening putrinya tanpa mengusik tidur putrinya.

Tatapan Diana lurus pada jalanan sepi di depannya. Sudah satu jam Diana menunggu Denis tetapi tidak ada tanda-tanda Denis keluar dari rumah Vanya. Entah apa yang mereka bicarakan. Ingin menghubungi Denis, ponsel Denis tertinggal di mobil membuat Diana bersabar menunggu Denis kembali ke mobil.

Diana membenci dirinya sendiri yang menjadi selemah ini. Untuk pulang ke apartemen tanpa Denis saja dia takut apalagi menghadapi semuanya sendiri.

Diana mengusap kasar air matanya dan menahan sesak di dadanya. Dia harus kuat demi putrinya. Meski perlakuan Denis hari ini membuatnya terluka, tetapi dia harus bertahan. Dia butuh Denis dalam hidupnya.

Lelah menunggu Denis membuat Diana perlahan memejamkan matanya. Dekapannya pada putrinya masih mengerat, Diana takut putrinya terbangun ketika dia terlelap kemudian menangis karena melihat sekitar yang gelap. Hari beranjak malam dan berdiam diri dalam mobil dengan kaca sedikit terbuka dan gelap tentu menakutkan bagi Diana. Hanya saja Diana mencoba melawan rasa takutnya disaat seperti ini.

Entah sudah berapa lamanya Diana dan Chika di mobil, tiba-tiba tidur Diana terusik. Membuka mata, Diana mendapati putrinya menangis seraya memeluknya.

"Chika kenapa, Sayang?" Diana dengan lembut mengusap air mata putrinya.

"Chika takut, Mama. Chika juga kepanasan. Baju Chika basah sama keringat."

Diana sontak merapikan rambut Chika kemudian mengusap bulir keringat di kening putrinya. Diana membuka pintu mobil kemudian berdiri di depan mobil seraya menenangkan putrinya sekaligus membuat putrinya tidak kepanasan.

"Sudah mendingan, Sayang?"

Diana menatap putrinya yang masih terisam seraya membuka baju putrinya hingga menyisakan kaos oblong berwarna merah muda agar putrinya tidak terlalu kepanasan.

"Chika gak suka, Mama. Rambut Chika basah kena keringat."

Diana nyaris limbung karena gerakan brutal putrinya yang kesal karena rambutnya basah oleh keringat andai tidak ada seseorang yang menahannya. Diana sontak menoleh ke belakang tubuhnya dan menemukan Denis yang menatap putrinya tajam.

"Apa yang Chika lakukan ke Mama hampir mencelakai Mama!" Denis berkata dengan nada suara naik membuat Chika tersentak dan sontak memeluk Diana erat.

Bukan hanya Chika yang tersentak, Diana juga demikian namun Diana mampu mengontrol dirinya sendiri.

"Denis, kamu membuat Chika ketakutan," Diana bertutur kata lembut. Diana tidak mau ikut terpancing emosi.

"Kenapa masih ada di sini? Bukankah aku menyuruhmu pulang?"

Diana meneguk kasar salivanya ketika tatapan tajam Denis menghunusnya begitu dalam.

"Jawab, Diana!"

Duk

"Akh ...."

Diana meringis saat tubuhnya membentur mobil karena spontan mundur saat mendengar bentakan Denis tepat di depan wajahnya. Menghalau air mata yang siap untuk jatuh, Diana berulang kali mengerjap matanya dan menatap Denis dengan tatapan teduhnya.

"Aku nunggu kamu. Aku ... aku gak tahu jalanan ini. Aku juga gak punya uang buat bayar taksi. Daripada aku nyasar, lebih baik aku nunggu kamu meski pada akhirnya kamu lama banget keluarnya sampai aku dam Chika ketiduran di mobil yang pengap. Tapi gak apa-apa, daripada aku nyasar dan kaki aku sakit, lebih baik aku nunggu kamu, selama apapun kamu, aku pasti nunggu."

Hold Me TightWhere stories live. Discover now