36 | Hold Me Tight

4.2K 274 26
                                    

Tawa Chika yang menggema mampu membangunkan Diana. Melihat betapa cerianya Chika pagi ini membuat Diana mengulas senyum tipis. Kondisi putrinya terlihat jauh lebih baik dari dua hari yang lalu dimana putrinya selalu mengeluh sakit hingga menangis karena merasa tidak nyaman di sekujur tubuhnya.

Diana juga tidak bisa menampik jika sumber keceriaan putrinya hingga terlihat jauh lebih baik itu berasal dari Denis yang mengajak putrinya bercengkerama seraya menyuapi putrinya. Diana masih ingat, sejak dua hari yang lalu saat pertama kali Chika masuk rumah sakit, putrinya itu tidak mau makan makanan rumah sakit. Setiap satu suapan berhasil ditelan, ujung-ujungnya dimuntahkan hingga membuatnya dirundung cemas dan ketakutan karena setiap makanan yang ditelan selalu dimuntahkan. Khawatir kondisi putrinya kian memburuk.

"Aku sudah siapkan pakaian ganti, mandilah."

Suara bariton yang berasal dari depannya membuyarkan lamunannya. Tatapannya bertemu dengan Denis yang entah sejak kapan berdiri di hadapannya. Dari aromanya saja, Diana pastikan jika lelaki itu sudah mandi, terbukti dengan pakaiannya yang sudah berganti dan wajah fresh Denis.

Diana mengangguk pelan. Dia hendak beranjak dari duduknya namun tangan kekar Denis lebih dulu meraih tubuhnya. Diana bahkan tidak berani membuka suara ketika Denis membantunya untuk berdiri dan menuntunnya menuju kamar mandi. Diana baru tersadar ketika Denis mengecup keningnya kemudian menutup pintu kamar mandi menyisakan dirinya sendiri di dalam kamar mandi dengan handuk yang berada di tangannya serta totebag yang berada di gantungan kamar mandi.

Diana masih terpaku pada setiap perlakuan Denis hingga ketukan pintu yang disusul suara Denis menyadarkannya untuk segera bersih-bersih dan terselip perhatian agar dirinya tidak berlama-lama di dalam kamar mandi, takut terjadi sesuatu pada kandungannya.

Ya, kandungannya.

Denis hanya khawatir pada darah dagingnya, bukan pada yang mengandung darah dagingnya.

Memangnya apa yang dia harapkan dari Denis? Perihal hati saja dia sudah kalah, apalagi mengenai perhatian.

...

Diana yang baru keluar dari kamar mandi dikejutkan dengan berbagai makanan yang terhidang di meja dekat sofa. Tatapannya mengarah pada Denis yang mendekatinya dengan senyum tipis. Denis mengambil alih handuk dalam genggamannya dan tanpa diperintah, Denis menyimpan handuk yang di genggamnya pada gantungan. Kemudian Denis menuntunnya pada sofa yang sudah tersaji banyak makanan yang membuatnya bingung siapa yang akan menghabiskan makanan sebanyak itu?

Meski nafsu makannya kian meningkat tapi Diana tidak mungkin menghabiskan semua makanan yang Denis sediakan.

"Mau aku suapi?"

Diana sontak memundurkan wajahnya ketika sendok berisi makanan diarahkan ke mulutnya oleh Denis. Yang Diana lakukan mengundang tatapan tajam Denis membuat Diana gelagapan.

"Aku ... aku makan sendiri," Diana meraih satu porsi nasi goreng dan menyuapkannya ke mulutnya tanpa melihat Denis yang menghela nafas.

Selesai dengan makannya, Diana beranjak mendekati brankar yang ditempati putrinya. Pantas saja putrinya terlihat tenang saat dia dan Denis sedang makan, rupanya putrinya asyik memainkan ponsel Denis. Diana mengecek suhu tubuh putrinya yang sudah tidak panas lagi. Lega dan senang menjadi satu karena kondisi putrinya kembali membaik.

"Mama, Chika haus."

Diana segera mengambilkan air untuk putrinya namun gerakannya kalah cepat dengan Denis yang tiba-tiba berdiri di belakangnya dan memberikan air minum untuk putrinya.

"Terima kasih, Papa."

Diana tidak bisa menahan rasa harunya. Putrinya tumbuh dengan baik. Tidak melupakan ajarannya untuk jangan melupakan kata maaf jika ada salah, meminta tolong jika butuh bantuan dan berterima kasih jika diberi bantuan. Dengan gerakan pelan Diana membantu putrinya meneguk air minum dan saat dia hendak membantu putrinya kembali berbaring, tiba-tiba putrinya memeluknya.

Hold Me TightWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu