57 | Hold Me Tight

2.1K 124 7
                                    

Tidak ada yang membahagiakan selain melihat orang yang kita kasihi bahagia. Pagi ini menjadi pagi yang sangat membahagiakan bagi Diana. Ketika dia membuka mata, dia langsung bergegas membangunkan Denis dan menyiapkan pakaian kerja lelaki itu. Bukan hanya Denis yang dia layani, putri kecilnya juga dia layani.

Sama seperti Papanya, putri kecilnya itu belakangan ini ikutan susah dibangunkan saat pagi. Selalu ada saja alasan saat dibangunkan, mengikuti kelakuan Denis. Meski ruang geraknya terbatas, yang hanya berkegiatan di dalam kamar tapi sudah lebih cukup membuat Diana bahagia. Jika bosan dia bisa ke balkon, menikmati pemandangan dari balkon seraya mengajak calon buah hatinya mengobrol berbagai hal. Menjadikan calon buah hatinya sebagai teman curhat dan teman yang menemani kesendiriannya disaat Denis dan Chika tidak ada di apartemen.

Diana tersenyum cerah setelah berhasil memasangkan dasi Denis. Menepuk pelan pundak Denis yang dibaluti kemeja dan meniupnya pelan seolah-olah ada debu bersarang. Ditatapnya penampilan Denis yang akhir-akhir dia rindukan. Ya, Diana merindukan penampilan rapi Denis saat ke kantor.

Dalam keadaan apapun Denis memang selalu tampan dan berkharisma. Tetapi jauh lebih tampan dan berkharisma ketika berpakaian rapi seperti ini. Auranya sangat kuat membuat Diana nyaris tidak rela Denia bepergian. Takut ada yang kepincut dan parahnya Denis terbuai.

"Sepertinya aku tidak usah kembali bekerja. Menemani kalian di apartemen jauh lebih baik."

Denis mengusap pipi Diana yang tengah menatapnya murung.

"Jangan bercanda!" Diana mendelik tak suka.

"Kamu keren kalau begini. Ayo, sarapan," Diana menarik tangan Denis ke sofa yang berada di kamar mereka dimana sudah ada putrinya yang tiduran di sofa seraya membaca buku cerita. Diana menggeleng pelan dan mendekati putrinya.

"Sudah berapa kali Mama bilang gak boleh baca buku sambil tiduran, gak baik buat penglihatan, Sayang," tegur Diana lembut seraya mengusap pipi gembil putrinya.

"Capek kalau duduk terus, Mama."

Diana menggeleng pelan dan perlahan membawa tubuh putrinya untuk duduk membuat putrinya itu memasang wajah kesal. Namun kekesalan itu beberapa detik setelahnya menjadi senyum sumringah ketika Denis memangku putrinya dan menyuapi sang putri.

"Pinter anak Papa. Makannya harus habis ya, Sayang," Denis mengusap puncak kepala putrinya dengan sayang.

Selesai sarapan, Diana kembali memerhatikan penampilan Denis. Di hari pertama Denis kembali bekerja Diana tidak mau ada kecacatan kecil dari penampilan Denis. Semua harus sempurna karena hari ini kantor yang atas nama dirinya itu kedatangan pemimpin baru.

"Kayaknya karyawan baru kamu lebih banyak yang terpesona daripada takut ke pimpinan baru mereka," Diana terkekeh ketika selesai memasangkan jas di tubuh kekar Denis.

"Karyawan di kantor kamu kebanyakan laki-laki. Karena sejauh ini yang aku lihat kinerja mereka sangat baik dan saat penrecrutan pun, yang lebih banyak masuk kriteria pelamar yang laki-laki."

"Gak apa-apa, aku senang dengernya. Aku jadi gak punya banyak saingan."

Denis menatap Diana aneh dan menyentil keningnya.

"Jangan aneh-aneh."

Diana mengusap keningnya namun raut wajahnya masih memancarkan kebahagiaan. "Aku bahagia lihat kamu kembali kerja. Tapi aku sedikit khawatir kalau banyak yang genit-genit sama kamu. Apalagi kalau sampai kamu tergoda sama mereka. Kamu udah punya istri dan sebentar lagi anak kamu nambah 1. Jaga hati, ya."

Diana meraih tangan Denis dan meletakkannya di perut buncitnya.

"Jadinya gimana?"

"Gimana apanya?"

Hold Me TightWhere stories live. Discover now