52 | Hold Me Tight

3K 183 10
                                    

Diana menatap hampa ponsel tak berbentuk milik Denis yang berada di meja nakas dekat tempat tidur. Entah sengaja atau tidak Denis meletakkan ponselnya di sana. Yang jelas, perkataan Denis terngiang-ngiang di benaknya membuatnya semakin merasa bersalah.

Kenangan. Denis masih menyimpan kenangan tentang mereka yang jelas-jelas tidak ada hal yang menyenangkan. Mengingatkannya pada sikapnya yang kurang baik pada Denis. Sekarang dia merasakan karmanya, sangat menyakitkan.

Semenyakitkan inikah rasanya menjadi Denis dulu? Atau yang dia rasakan saat ini masih tidak sebanding dengan apa yang Denis rasakan dulu?

Pintu terbuka dari luar mengalihkannya dari bayangan masa lalu. Tersenyum lebar, Diana menyambut hangat kedatangan putrinya yang berada di gendongan Denis.

"Mama!"

Diana menerima pelukan putrinya setelah diturunkan dari gendongan Denis. Diciumnya wajah sang putri yang segar sehabis mandi dan rapi dengan seragam sekolahnya.

"Chika sudah makan?" putrinya itu menggeleng pelan kemudian tatapannya mengarah pada Denis yang membuka pintu kamar setelah mendengar ketukan pelan. Ketika pintu kamar dibuka, Diana sontak melengos setelah tahu siapa yang mengetuk pintu.

"Aku tidak mau makan," tolaknya langsung setelah Denis meletakkan nampan berisi makanan ke meja dekat sofa.

"Terserah," sahut Denis seraya mendekati putrinya dan membawa putrinya ke sofa untuk dia suapi sebelum berangkat ke sekolah. Denis sama sekali tidak menatap Diana yang menggigit bibir bawahnya, kesal dengan respon Denis. Membuatnya menyesal kareba sempat menolak karena pada dasarnya dirinya lapar dan tanpa sadar tangannya mengusap perutnya.

Membaringkan tubuhnya membelakangi Denis yang menyuapi Chika, Diana menghela nafas perlahan dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Guling menjadi sasaran kekesalannya karena rasa laparnya yang menggebu. Apalagi ketika mendengar seruan putrinya yang mengatakan jika makanan yang putrinya makan itu enak.

Ini masih pagi dan seharusnya dia bersih-bersih diri bukan memejamkan mata sebagai pengalihan dari rasa lapar. Matanya hendak terpejam tetapi tangan mungil yang menyentuh pipinya membuatnya tersentak dan menatap pemilik tangan mungil itu.

Putrinya tersenyum padanya dan menarik tangannya membuatnya mau tidak mau beranjak dari berbaringnya.

"Ada apa, Sayang?" Tanya Diana dengan lembut, mengabaikan keberadaan Denis yang duduk di pinggiran tempat tidur, menatap interaksinya bersama Chika.

"Chika mau makan sama Mama."

Setelah mengatakan itu, putrinya meraih makanan yang Denis pegang dan membawanya padanya membuatnya mau tidak mau menerima makanan yang putrinya berikan. Ketika dia menatap putrinya, putrinya itu membuka mulutnya, siap menerima suapan darinya.

Perlahan Diana menyuapi putrinya dan tersenyum lebar melihat putrinya makan dengan lahap. Namun senyumnya tidak bertahan lama ketika suapan ketiga putrinya itu menggeleng pelan dan tidak mau membuka mulutnya.

"Kenapa? Chika sudah kenyang? Tapi nasinya masih banyak, Sayang. Lagi, ya?" Bujuknya seraya menyuapkan makanan tetapi putrinya tetap tidak mau membuka mulutnya.

Menghela nafas pelan, Diana melarikan pandangannya pada Denis yang beranjak dari duduknya. Seolah sengaja membiarkannya membujuk Chika sendiri tanpa bantuan Denis. Pintu kamar yang ditutup menjadi tanda Denis meninggalkannya bersama sang putri.

"Kalau Chika gak mau habisin makanannya, Mama bakal marah sama Chika. Mama gak bakal kasih Chika izin buat peluk, cium dan manja-manjaan sama Mama."

"Ada Papa."

Diana tersenyum getir. Peran Denis cukup menggesernya dari kehidupan sang putri.

"Chika minum dulu kalau tidak mau makan lagi," Diana menyodorkan air minum pada putrinya, menyembunyikan perasaaan sedihnya setelah mendengar perkataan putrinya. Seharusnya dia tidak ambil hati perkataan putrinya. Putrinya itu masih kecil dan perkataannya pun, terkadang sesuka hati.

Hold Me TightWhere stories live. Discover now