CHAPTER 37

88 17 1
                                    

•Ancaman Tina•

Makan malam terjadi begitu senyap, Aliza nampak sangat menikmati makan malam yang di buat oleh Keisha.

"Bagaimana sekolah mu?" tanya Aldrich setelah menyelesaikan makan malamnya.

"Baik Papi. Teman-teman Liza juga sangat baik," jawab Aliza yang memang hari ini genap satu bulan dirinya pindah ke Paud yang baru.

"Papi kira tidak akan masalah kan?" tanya Aldrich yang membuat Aliza mengangguk.

"Em tidak ada Papi, hanya saja Aliza sangat rindu dengan sekolah Liza di Belanda," ungkap Aliza.

"Benarkah? Papi kira teman-teman mu di sana sering kali mem-bully mu, kenapa kau malah merindukan mereka?" tanya Aldrich tak habis pikir.

"Bukan begitu Papi, tetapi ada beberapa teman Liza yang baik pada Liza sendiri," ujar Aliza.

Tangan besar Aldrich terulur mengusap lembut surai milik Aliza sembari tersenyum pria itu berkata. "Kapan-kapan jika kau libur kita akan kembali ke sana,"

Senyuman Liza mengembangkan dengan mata bulatnya yang mulai berkaca-kaca. "Papi janji yah!" Aldrich mengangguk mantap sembari tersenyum senang melihat bagaimana putri nya begitu sangat bahagia.

"Sepertinya kalian melupakan sesuatu," sela Keisha yang akhirnya berbicara sembari melipat tangannya di depan dadanya.

"Ada apa istriku sayang? Apakah kau cemburu dengan putrimu sendiri?" tanya Aldrich dengan senyuman menggoda membuat Keisha memutar bola matanya dengan malas.

"Tidak sama sekali, lihat Mas. Kau mengganggu makan malam putrimu," keluh Keisha yang menunjuk ke arah piring makanan Aliza yang masih tersisa setengah.

"Ah Iyah, maafkan Papi sayang. Makan lah terlebih dahulu jika tidak maka Mami mu akan mencubit bokong mu nanti," ucap Aldrich yang melirik ke arah Keisha yang nampak menyipitkan matanya.

"Papi lihat, Mami akan meledak sekarang," bisik Aliza segera membuat Aldrich melirik kembali ke arah Keisha.

"Tidak, tidak! Maksud ku Papi akan marah jika kau tidak menghabiskan makan malamnya. Dan lagi Papi tidak akan menemani mu bermain lagi," jelas Aldrich yang tersenyum ke arah Keisha.

"Terserah kalian saja, aku akan ke dapur. Ingat Aliza habiskan makananmu," ucap Keisha segera sebelum dirinya beranjak dari tempat duduknya membawa beberapa piring kotor dengan Bi Sakina.

Aldrich langsung menatap Aliza yang seketika lahap memakan makanannya. Bukan Ayah atau pun Anak, mereka semua sama sama takut dengan istri dan ibu mereka.

•••

Kini Aldrich tengah menemani Aliza bermain di kamar milik Aliza. Tentunya bermain boneka barbie tentunya itu merusak citra Aldrich yang terkenal dingin dan tegas ki u tengah bermain boneka bersama dengan putri semata wayang nya.

"Liza, apakah kau bahagia hidup bersama Papi?" tanya Aldrich tiba-tiba.

"Tentu Papi, kenapa Liza tidak bahagia? Liza sangat bahagia punya Papi seperti Papi," ungkap Aliza.

"Kalau nanti Papi sudah tidak ada Liza jaga Mami yah sayang," ujar Aldrich yang membuat kening Aliza berkerut. Gadis kecil itu entah mengapa sedih mendengar kan penuturan Aldrich.

"Papi bicara apa sih? Kita akan hidup bahagia selamanya!"

"Tentu sayang, tentu. Kita bertiga akan slalu bersama selamanya. Papi hanya ingin memberitahu mu akan hal itu Liza," jelas Aldrich.

"Boneka Liza ini sudah sangat jelek Papi, kapan Papi akan membelikan Liza boneka baru?" tanya Aliza yang seolah tidak ingin membahas hal yang tadi. Ini peralihan topik.

"Besok sayang, Papi akan membelikan mu yang baru besok. Ah iya Papi ingin bertanya satu hal," putus Aldrich yang seperti melihat sekeliling dan kembali menatap Aliza.

"Apakah kau ingin saudari lagi?" tanya Aldrich yang membuat Aliza sedikit bingung.

"Saudari? Papi apa---"

"Maksudnya Papi, apakah kau ingin seorang adik?" tanya Aldrich setengah berbisik.

"Adik?" Aliza langsung mengangguk antusias dengan tepuk tangan yang membuat suasana semakin riuh.

"Iyah sayang, kau ingin adik laki-laki atau perempuan?" tanya Aldrich yang turut antusias.

"Tenth Papi! Aliza sangat ingin punya adik! Aliza ingin punya adik laki-laki! Supaya nanti Aliza bisa bermain pukul-pukulan dengannya," ungkap Aliza. Ternyata jiwa brutalnya sudah ada sejak dini yah.

Di sisi lain Keisha baru saja selesai membersihkan dapur dan juga meja makan bersama dengan Bi Sakina.

"Semuanya sudah selesai Non," ujar Sakina.

"Baiklah kalau begitu Bi, terimakasih kasih bantuan nya hari ini. " Setelah Keisha langsung melenggang pergi dari sana. Meninggalkan Sakina yang setelahnya itu juga ikut pergi menuju kamar pembantu.

"Entah apa yang di lakukan kedua Ayah dan Putri itu," gumam Keisha.

Langkah kaki Keisha mendekat ke arah lift sebelum di hentikan oleh dering telpon rumah membuat Keisha berhenti tepat di depan lift membuatnya harus kembali memutar badannya untuk segera mengangkat telpon tersebut..

"Siapa juga yang malam-malam menelpon," gerutu Keisha sembari mendekat ke arah meja tepat telpon itu berbunyi.

Keisha langsung menempelkan telpon tersebut ke telinganya.

"Halo?"

"Wah! Wah nada bicaramu saja sudah terdengar sangat sombong yah Keisha," ucap Tina. Yah wanita ular itu kembali lagi.

"Tina? Ada apa?" tanya Keisha yang berusaha untuk tetap tenang.

"Ada apa? Kau tanya ada apa? Ck! Aku muak dengan dirimu yang sok peduli Keisha!" ucap Tina.

"Kau ini kenapa? Apakah aku berbuat kesalahan?" tanya Keisha lagi.

"Apa salah mu?! Kau tidak sadar yah! Kau merebut semuanya Keisha! Semuanya!" pekik Tina.

"Aku? Aku hanya mengambil hakku Tina! Hak yang berusaha kau ambil!" tegas Keisha yang juga mulai terpancing emosi oleh Tina.

"Kau mengambil hakmu?! Itu hakku Keisha! Kau itu hanya anak haram! Dan tidak sepantasnya kau mendapatkan semuanya! Kau dan ibu mu sama saja! Sama-sama pelac---"

"Cukup Tina! Cukup! Kau boleh saja menghinaku, tetapi jangan bawa-bawa ibuku Tina! Kau bahkan tidak pantas menyebut ibuku sebagai wanita penggoda!" pekik Keisha tertahan.

"Ck! Memang itu faktanya Keisha, anak dari seorang wanita penggoda yang menghancurkan rumah tangga Mamaku! Kau dan Ibumu itu  sudah merebut semuanya dariku dan Mamaku!" ucap Tina yang terdengar menahan tangisnya.

"Kami jatuh miskin sekarang ini, dan semua ini tentunya ulah mu dan juga suami mu yang cacat itu! Mama bahkan sakit-sakitan sekarang ini! Ini semua gara-gara kau Keisha! Gara-gara kau aku dan Mama harus menderita seperti ini! Dasar wanita penggoda!" lanjut Tina.

"Hentikan Tina! Hentikan kataku! Aku---"

"Apa Keisha?! Hentikan apa?! Ingat ucapan ku hari ini! AKU BERJANJI PADAMU BAGAIMANA RASANYA KEHILANGAN ORANG YANG PALING KAU CINTAI KEISHA! KAU AKAN MERASAKAN KEHILANGAN SATU KALI LAGI!"


Jangan lupa vote dan komentar yah ges yah, awas aja kalau nggak di vote saya samperin sampe kamarnya)

THE PACHINKO [SELESAI]Where stories live. Discover now