CHAPTER 10

82 4 0
                                    

•AKU AKAN SLALU ADA•

Pemeriksaan selesai begitu pula terapi pada kedua kaki Aldrich pun sudah selesai. Kini Keisha bersama dengan Hans sudah melihat tuan mereka kembali bersama dengan dokter Daniel.

"Perkembangan nya cukup lambat, kau harus sering-sering datang untuk memeriksa keadaan mu Al. Aku takut kemungkinan sembuh mu bisa semakin kecil," nasehat Daniel.

"Aku sibuk," jawab Aldrich dengan datar seolah tidak peduli dengan apa yang di katakan oleh sahabatnya itu.

"Dasar, ah iyah Keisha. Perkenalkan aku sahabat suami mu. Daniel White," ujar Daniel yang kini beralih pada Keisha yang nampak tak bergeming sedari tadi.

"Eh..., halo tuan Daniel," sapa nya dengan kaku.

"No, jangan panggil aku dengan sebutan tuan Kei, panggil Aku Daniel saja, Honey pun juga bisa sebenarnya," ujar Daniel tanpa ragu yang langsung mendapatkan pelototan tajam dari Aldrich.

"Jaga mulutmu Daniel!" ancam Aldrich dengan tajam.

"Hohoho! Santai man, aku hanya bercanda!" ujar Daniel yang menepuk pelan pundak Aldrich yang nampak masih marah itu.

"Becanda mu tidak lucu! Apakah kau melihat seseorang tertawa di sini?!" tanya Aldrich dengan penuh penekanan.

"Baiklah, baiklah. Ternyata gurauan ku membuat mu tersinggung. I m so sorry man!"

"Jika sudah tidak ada urusan maka aku akan pergi sekarang!" ucap Aldrich yang segera memberi kan kode pada Hans ada membawanya keluar dari ruangan Daniel.

"Yayaya! Hati-hati di jalan! Ingat minggu depan jadwal mu kembali ke sini!" peringat Daniel sedangkan Aldrich masa bodo dengan semua itu.

•••

Aldrich tiba kembali di mansion bersama dengan Keisha dan Hans.

"Saya permisi tuan," ucap Hans yang segera pergi dari sana.

Keisha diam menatap Aldrich yang nampak sibuk mengotak-atik smartphone miliknya di ruang tengah.

Keisha berjalan ke depan Aldrich dan kembali berlutut memegangi lutut sang suami. Aldrich yang melihat itu refleks menghentikan kegiatan nya dan menetap bingung ke arah Keisha yang membalas nya dengan senyuman manis.

"Apakah kaki tuan masih sakit?" tanya Keisha yang membuat Aldrich sejenak diam.

"Sudah tidak," jawabnya yang membuat Keisha menatap kaki Aldrich dengan tatapan sedih.

"Maaf tuan, bukannya salah lancang. Tetapi tuan tidak harus terus bekerja setiap hari, tuan juga harus memikirkan diri tuan sendiri," ujar Keisha yang membuat Aldrich bungkam. Bukannya ingin marah tetapi Aldrich hanya diam dan mendengarkan apa yang ingin Keisha sampaikan kepadanya.

"Saya memang bukan siapa-siapa di sini tuan, tetapi saya bersedia untuk slalu ada di sisi tuan. Menemani tuan hingga sembuh," jelas Keisha lagi.

"Begini saja tuan, jika tuan sudah sembuh maka tuan bisa langsung menceraikan saya. Anggap saja itu hadiah dari saya untuk tuan," usul Keisha yang entah sadar atau tidaknya dia mengucapkan hal tersebut.

Keisha berpikir dengan janji tersebut akan membuat Aldrich bersemangat untuk sembuh dan membuatnya juga akan tersingkir pada akhirnya.

"Baiklah,ingat janji mu itu, " jawab Aldrich mantap.

•••

Kini malam telah tiba, saat di mana Aldrich masih berada di ruang kerjanya. Tiba-tiba saja dirinya teringat kembali dengan perkataan Keisha tadi siang. Dirinya termenung memikirkan nya lebih dalam.

Hingga Aldrich langsung berdiri dari kursi roda nya berjalan ke arah kamar Keisha yang kebetulan hampir bersebelahan dengan ruang kerjanya.

Aldrich masuk tanpa permisi sedangkan Keisha yang baru saja membersihkan diri itu langsung terkejut melihat Aldrich sudah berdiri di hadapannya. Mata Aldrich membulat dirinya juga sama terkejutnya dengan Keisha, bukan apanya tetapi saat ini istrinya itu hanya menggunakan handuk putih yang melilit setengah badannya.

"Tu---tuan?!"

Aldrich berusaha untuk tetap tenang saat nafsu mulai menguasai dirinya.

"Ada perlu apa tuan?" tanya Keisha yang nampak sangat gugup dengan menutup area dad4 nya.

"Aku ingin bicara," ujarnya terus terang.

"Iyah tuan, tetapi sebentar saya pakai baju terlebih dahulu. Akan tidak enak jika saya seperti ini terus---"

"Tidak perlu, saya ini suami mu jadi untuk apa kau harus se canggung itu di depan ku?"

"Tetapi tuan---"

Tanpa aba-aba Aldrich langsung menarik dan mendorong tubuh Keisha ke atas ranjang. Dengan sigap lelaki itu sudah berada di atas Keisha menatap istrinya itu dengan intens.

"Aku perlu kau melaksanakan kewajiban mu malam ini," ujar Aldrich yang membuat Keisha kembali terkejut.

"Aku menikahi mu bukan hanya sebuah perjodohan, kau pasti tahu kewajiban istri bukan?" tanya Aldrich dengan menyeringai.

Keisha berusaha tenang, ini sudah kewajiban nya untuk memuaskan suaminya. Jadi untuk apa dirinya merasa takut akan hal itu.

"Saya tahu tuan, saya tahu apa kewajiban utama saya," jawab Keisha.

Malam itu mereka benar-benar melakukannya. Yah hubungan antar suami istri, tanpa adanya perasaan satu sama lain. Keisha rela melakukan segalanya demi Aldrich. Mungkin memang benar jika dia sudah jatuh cinta pada pria tak berhati itu.

•••

Pagi harinya.

Keisha terbangun mendapati dirinya yang masih telanj4ng bulat di atas ranjangnya yang kemarin menjadi saksi bisu dimana dirinya benar-benar sudah menyerahkan mahkotanya di tangan suaminya. Keisha bahagia karena dirinya benar-benar bisa melakukan nya dengan suaminya sendiri. Namun juga sedih karena tidak ada cinta saat mereka melakukan hal tersebut. Sakit, sungguh sangat sakit.

Keisha hanya bisa menghela napasnya merasakan sesak di dadanya saat dirinya terbangun sudah tidak ada Aldrich di sampingnya.

"Setidaknya aku sudah benar-benar jadi istrinya yang baik untukmu," ucap Keisha yang tersenyum kecil.

Oke ini beneran deh jangan lupa vote yah, tapi dari gw emang nggak pernah bercanda yah)

THE PACHINKO [SELESAI]Where stories live. Discover now