CHAPTER 27

71 5 0
                                    

•Paman Yang Baik•

Pagi hari di negara asing sangatlah memusingkan bagaimana suara kendaraan yang bisa di katakan masih pagi ini sudah sangat memekakkan telinga Aldrich yang baru saja selesai bersiap itu dan hendak keluar dari dalam kamar hotelnya itu di hentikan oleh suara sering ponselnya yang berada di saku celana kainnya sekarang.

"Halo Hans."

"Halo tuan, tuan ada di mana sekarang?"

"Ah aku ingat, pasti kau sudah mendengar nya dari Bi Sakina bukan? Biar ku pertegas lagi jika aku sekarang berada di Belanda."

"Kau boleh menyusul jika kau mau, tahu tahu nanti aku membutuhkan mu," lanjut Aldrich yang berjalan kembali menuju lift.

Hans tidak menyahut sama sekali seolah-olah pria itu tenggelam dalam keterkejutan nya.

"Hans! Apakah kau mendengarkan ku?!"

"Eh---maaf tuan---saya tadi melamun, ba---baik saya akan segera menyusul tuan," jawab Hans.

"Dan satu hal lagi yang ingin ku katakan padamu Hans." Mendengar kalimat itu Hans dengan susah payah menelan saliva nya dengan keringat dingin yang sudah mengucur keluar dari pelipisnya.

"Kau seharusnya mengecek handphone mu agar tidak kehabisan baterai, itu sangat menyusahkan jika aku ingin menghubungimu," ungkap Aldrich.

"Ap---apa tuan? Sa---ya tidak mendengar nya?"

"Aku bilang jangan sampai handphone mu mati lain kali!"

"Kau kenapa Hans, dari tadi cara bicaramu seperti orang ketakutan saja! Atau kau sedang sakit sekarang? Jika iya makasih kau tak usah pergi---"

"Tidak tuan, se---segera saya akan memesan tiket untuk berangkat!" potong Hans cepat.

"Baiklah, kalau begitu sampai ketemu nanti." Aldrich langsung menutup telponnya membuat Hans gegelapan mencari nomor Keisha di sana.

Kali ini Hans tidak boleh kecolongan lagi, bagaimana bisa pagi-pagi ini Hans sudah mendapatkan kabar tak enak jika Aldrich sekarang berada di Belanda. Yah Belanda tempat Keisha hidup sekarang.

"Nona,"

Hans mondar-mandir tak jelas di mansion Aldrich berharap Keisha segera mengangkat telponnya namun sayangnya nihil hanya keterangan memanggil di sana.

Hans kembali mencoba namun tidak tersambung lagi. Kali ini Hans kembali mencoba dan hasilnya tetap sama hingga pria itu memutuskan untuk mengirimkan pesan pada Keisha sebelum dia berlari masuk ke dalam mobilnya menuju bandara.

"Nona, tuan telah datang."

•••

Aldrich keluar dengan pakaian tebal yang menutupi pakaian formalnya nampak sudah Vincent tengah menunggunya dengan senyuman khas miliknya.

"Pagi tuan Aldrich," sapanya dengan ramah.

"Pagi juga Vincent," balas Aldrich yang segera masuk ke dalam mobil sebelum dirinya semakin di selimuti dingin. Pasalnya cuaca hari ini sangatlah dingin.

Mereka pun pergi menuju lokasi proyek yang Vincent janjikan. Buat yang nanya Vincent kok tiba-tiba ada di Belanda sih? Kapan pergi dan sampainya? Gini Vincent pergi ke Belanda pas setelah dia rapat sama Aldrich nah di situ juga di perjalanan Vincent nelpon Aldrich kalau sanya Aldrich harus ke Belanda untuk ninjau langsung proyek dan Vincent cepet karena dia makai jet pribadi dan plus nungguin Aldrich di bandara deh. Gitu yah. Oke kembali ke topik!

Setelah 30 menit perjalanan akhirnya mereka sampai pada sebuah lahan kosong sangat luas. Vincent turun terlebih dahulu kemudian di susul oleh Aldrich.

Mata Aldrich menyapu tempat itu, sesekali dirinya juga melihat kearah sekitar yang nampak agak ramai dengan warga yang tengah berjalan kaki dan beberapa dari mereka juga menggunakan kendaraan umum.

THE PACHINKO [SELESAI]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz