CHAPTER 23

111 16 4
                                    

•ALIZA•

Hari berganti demi hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti dengan tahun yang baru. Aldrich bangkit dari masa keterpurukan nya di mana dirinya kini belum sepenuhnya mengikhlaskan Keisha.

"Sudah empat tahun ternyata," lirihnya yang tengah berjongkok di dekat malam Keisha. Tepat hari ini, hari dimana tragedi itu terjadi Aldrich datang kembali untuk mengunjungi istrinya itu. Memang Aldrich slalu menyempatkan diri nya untuk mengunjungi Keisha namun hari ini adalah hari yang kembali mengingat kan Aldrich pada penyesalan terdalamnya.

"Tiga tahun lalu adalah tahun yang terberat dalam hidupku Kei, kau tahu setelah Daniel memberi ku kata-kata terakhirmu aku jadi jauh lebih bersemangat untuk hidup," ungkap Aldrich.

"Dan kau tahu? Aku masih di rundung penyesalan Kei. Apakah menyenangkan berada di sana? Sendirian? Tanpa suamimu ini?" tanya Aldrich.

"Ah aku hampir lupa lagi, kalimat yang slalu ingin ku ucapkan padamu Kei. Padamu dua tahun yang lalu, Aku tidak pernah menandatangani surat cerai itu Kei, hanya tanda tangan mu yang berada di sana sedangkan aku tidak."

"Jadi, kau tetap masih istriku. Dan jangan khawatir Kei, jika aku akan menikah lagi. Tentunya itu tidak akan terjadi sebab hatiku juga sudah kau bawa pergi," ujar Aldrich yang nampak dari jarak 1 meter Hans menunggu tuannya di sana.

Terik matahari tidak menghalangi Aldrich untuk mengunjungi makam Keisha. Lelaki itu bahkan tak segan duduk di atas tanah pemakaman untuk mengajak Keisha bercerita tentang banyak hal.

•••
Sedangkan di sisi lain negara, bagian barat sana nampak seorang wanita tengah menggendong anaknya yang berusia 3 tahun tengah memakan coklat hingga nampak berantakan.

"Aliza tolong perhatikan makananmu," omel sang ibu.

"I'm sorry Mami, coklat yang di berikan oleh uncle Gilbert terlalu enak." adu nya yang menunjukkan sisa coklat di tangannya yang habis di lahap olehnya.

"Mami tahu, tapi bisa kah kau----"

"Yes Mam, Liza mengelti." ujarnya pasrah.

"Liza harus jadi anak yang baik, anak yang menulut. Anak yang pintal dan Liza juga harus bisa dalam segala hal," lanjutnya lagi.

"No baby, Mami nggak akan minta kamu jadi se perfect itu. Mami hanya ingin kamu tumbuh menjadi anak yang sehat, okey Mami salah. Maafkan Mami yah, maaf karena membuat anak gadis Mami ini tertekan," ujar nya yang langsung memeluk putrinya yang dalam gendong nya itu.

Aliza tersenyum strategi yang bagus untuk membuat Maminya mengomel.

"Nona!" Hans berlari ke arah wanita itu. Dia baru saja tiba setelah mengambil cuti 3 hari dari Aldrich.

"Hans? Kau datang?" tanya Keisha. Yah itu Keisha, terkejut bukan? Tentu saja. Dia Keisha yang selama ini Aldrich tangisi. Keisha yang setiap malam dia rindukan tengah berdiri bersama dengan seorang gadis kecil yang tengah menatap Hans dengan senyuman mengembang.

"Uncle!" Aliza merentang kan tangannya berharap Hans mau mengambilnya. Melihat itu Hans tidak melewatkan barang semenit dan langsung mengambil Aliza dari gendongan Keisha.

"Kau semakin besar saja Liza, lihatlah wajahmu yang penuh dengan coklat ini," ucap Hans yang mengeluarkan sapu tangan miliknya dan membersihkan wajah Aliza yang begitu belepotan.

"I miss you Uncle!"

"I miss you too." Hans memeluk erat Aliza melepaskan rasa rindunya pada anak kecil itu.

"Bagaimana keadaannya Hans?" tanya Keisha.

"Tuan baik nona, hari ini dia kembali ke makam itu. Dia begitu merindukan nona," ungkap Hans.

THE PACHINKO [SELESAI]Where stories live. Discover now