CHAPTER 15

71 5 0
                                    

•SURAT CERAI•

Keisha menangis di pojok kamarnya, memeluk erat kedua lututnya dan menenggelamkan wajahnya di sana. Sakit, sungguh sangat sakit bahkan rasanya Keisha ingin m4ti saja.

"Kenapa kau menangis bod0h? Kau ini siapa? Kau hanya istri di atas kertas nya saja, kau tak punya hak untuk menangisinya," lirih Keisha.

"Bukannya kau bahagia karena suami mu sudah menemukan kekasih nya kembali? Kau sudah berjanji kan untuk slalu ada untuknya. Berhenti mencintai nya Keisha! DIA SUDAH JADI MILIK ORANG LAIN DARI DULU," gumam Keisha.

"Tidak, aku tidak bisa seperti ini. Aku lelah, aku benar-benar ingin pulang sekarang. Tunggu, tunggu aku Ibu," ucap Keisha yang langsung berdiri.

Matanya sekarang bengkak serta rambut yang sudah acak-acakan. Keisha berjalan gontai menuju ranjang miliknya. Dengan putus asa Keisha meraih gunting di sana mengarahkan gunting itu ke tempat nadinya sekarang.

Dan....

Pintu terbuka menampilkan Aldrich yang nampak menatap Keisha dengan tatapan yang tak dapat di artikan. Gunting itu masih melayang dan hampir mengenai nadi Keisha, dengan langkah cepat Aldrich langsung merebut gunting itu dan membuang nya jauh-jauh dari sana.

"Apa yang kau lakukan?!" teriak Aldrich, napasnya memburu menatap Keisha dengan tatapan marah.

"Aku ingin pulang," jawab Keisha dengan lesu dan setelah itu dirinya mendongak menatap Aldrich dengan senyuman.

"PULANG APA, HAH?! PULANG APA?! KAU INGIN MENGAKHIRI HIDUPMU?! BEGITU? IYAH?!" bentak Aldrich.

"Lihat dirimu! DAN LIHAT AKU, AKU ADALAH SUAMI MU! DAN AKU TIDAK AKAN MENGIJINKAN MU PERGI JIKA BUKAN PERINTAH KU!" tekan Aldrich yang mencengkram erat dagu Keisha membuat Keisha tetap menatap wajah Aldrich yang nampak menyeramkan. Seolah-olah jika hidup dan mati Keisha berada di tangannya.

"Jangan coba-coba melakukan hal yang sia-sia, jika saja kau benar-benar melukai dirimu maka aku akan melakukan apapun untuk tetap membuatmu hidup, jadi jangan bertingkah konyol!" ucap Aldrich yang langsung melepaskan cengkraman nya dengan kasar.

"Ambil ini dan tanda tangani dan yah, ingat jika nanti kau akan tetap datang ke acara yang di buat oleh Mama. UNTUK TERAKHIR KALINYA," ungkap Aldrich yang menekan kalimat terakhirnya.

Aldrich menutup pintu kamar Keisha kembali membuat wanita itu kembali di landa hantaman sakit hati.

Dengan tangan bergetar Keisha membuka kertas tersebut yang nampak berada di dalam sebuah map plastik berwarna hijau.

Air matanya kembali turun, bagaikan di sambar petir di siang bolong. Rasanya tubuh Keisha sekarang m4ti rasa, kepalanya pusing dan oksigen rasanya mulai menipis. Sesak, dad4nya begitu sesak sekarang.

"Sur---surat cerai?" lirihnya tak percaya. Tangannya tak sanggup lagi memegang map itu sehingga menjatuhkan nya ke lantai begitu juga tubuhnya yang langsung ambruk.

Isakan tangis kembali terdengar, begitu pilu dan jika saja barang-barang yang ada di kamar Keisha memiliki nyawa mungkin mereka juga merasakan kesedihan wanita itu sekarang.

"Pada akhirnya orang lama akan slalu jadi pemenangnya," lirihnya.

•••

Setelah beberapa jam akhirnya Keisha telah memutuskan langkah apa yang harus dirinya ambil. Yah dia sudah tahu dan tekadnya sekarang sudah bulat.

"Aku akan bercerai," ucapnya dengan mantap. Mata bengkak itu kini telah tertutupi oleh bulu mata yang di pasangkan oleh sang MUA yang sengaja Aldrich sewa.

THE PACHINKO [SELESAI]Where stories live. Discover now