CHAPTER 09

79 5 0
                                    

•AKU IKUT•

Pagi harinya saat Keisha sadar jika dirinya kini sudah berada di dalam kamarnya padahal saat dirinya mengingat kembali dia seharusnya berada di ruang tamu menunggu kepulangan Aldrich. Tetapi kenapa dia bisa ada di sini, sebuah tanda tanya besar.

"Siapa yang memindahkan ku ke sini? Kenapa aku tidak menyadarinya?" monolog nya pada dirinya sendiri.

"Sudahlah, aku harus segera menyiapkan sarapan pagi secepatnya," ujar Keisha yang segera turun dari ranjangnya dan keluar dari kamarnya segera.

Tanpa membersihkan terlebih dahulu Keisha segera memulai kegiatan pagi harinya. Seperti sudah terbiasa Keisha melakukan semuanya dengan telaten.

Hingga pukul 7.30 seluruh masakan telah selesai di siapkan tinggal menunggu Aldrich datang bersama dengan Hans.

"Selamat pagi Nona," sapa Hans yang sembari mendorong Aldrich masuk ke dalam ruang makan.

"Pagi, kebetulan sekali sarapannya sudah siap," balas Keisha segera. Melihat Aldrich yang nampak tak berekspresi.

Hans mendorong Aldrich hingga ke meja makan sebelum sarapan di mulai.

"Selamat pagi tuan," sapa Keisha dengan senyuman sedangkan Aldrich hanya membalas dengan anggukan saja.

"Mau kemana Hans? Sarapan lah di sini," ucap Keisha yang membuat Hans menghentikan niatnya pergi dan menoleh ke arah Aldrich yang menunjukkan wajah tanpa ekspresi.

"Tidak perlu nona, saya masih ada urusan sebentar di depan," tolak Hans secara halus dan kemudian bergegas pergi dari sana meninggalkan keduanya yang kembali dalam selimut canggung.

Sarapan pun di mulai tak ada sepatah kata pengantar apapun hanya dentuman sendok dan garpu yang saling beradu di atas meja.

Hingga suara sendok terjatuh membuat fokus Keisha beralih pada Aldrich yang tengah memejamkan matanya seperti menahan kesakitan.

"Tuan? Tu---tuan?" panggil Keisha yang segera beranjak dari duduknya mendekat ke arah Aldrich yang nampak sangat kesakitan.

"Argghhh!" Rasa sakit pada kaki Aldrich benar-benar menyiksa dirinya hingga tak sadar dirinya berteriak kesakitan.

Dengan perasaan takut Keisha segera menarik kursi roda Aldrich keluar dari area meja makan lalu menghadapkan kursi roda itu di hadapan nya.

Keisha berjongkok tepat di depan kaki Aldrich yang nampak kaku dengan Aldrich yang terus memegang erat kedua pegangan kursi rodanya.

Dengan hati hati Keisha memegang kaki Aldrich dan memberikan pijatan lembut di sana. Aldrich membuka matanya melihat Keisha yang tengah berjongkok memijat kakinya.

"Apa yang kau laku...,"

"Dimana yang sakit? Katakan padaku tuan, apakah di sini masih terasa sakit?" tanya Keisha yang memotong ucapan Aldrich.

Aldrich merasa jika nyeri yang tadi menyerangnya perlahan-lahan memudar seiring dengan pijatan lembut dari Keisha.

"Tuan? Kenapa diam? Katakan kepada saya, dimana yang sakit?" tanya Keisha lagi.

"Tidak, eh... Maksud ku sakitnya sudah hampir menghilang," jawab Aldrich walaupun sulit mengakui jika pijatan dari Keisha benar-benar berguna.

"Syukurlah, jika tuan merasakan sakit kembali maka saya akan kembali memijit kaki tuan," kata Keisha yang tersenyum mendongak ke atas menatap wajah Aldrich.

"Tidak usah, saya juga tidak ingin bantuan dari orang lain," ucap Aldrich yang begitu sulit menerima tawaran dari Keisha. Tinggal mengatakan iya saja itupun selesai.

THE PACHINKO [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang