CHAPTER 33

83 18 3
                                    

•Papi•

"Seharusnya hanya aku yang mendapatkan semuanya! Kenapa kau kembali, hah?! Seharusnya kau m4ti saja!" pekik Tina yang membuat Aldrich langsung berdiri dari tempat nya dan menodongkan sebuah pist0l langsung di kepala Tina.

"Aku sudah mengatakan jika kau seharusnya menjaga mulutmu itu di depan istriku! Jika kau mengatakan demikian maka aku sekarang akan benar-benar akan melubangi kepalamu!" tegas Aldrich yang menarik pelatuk pist0l tersebut membuat tubuh Tina langsung gemetaran.

"Tidak! Ku mohon maafkan putri ku tuan!" sela Zafira yang langsung melindungi Tina.

"Ku mohon jangan sakiti putriku tuan! Dia---dia memang ceroboh dan tidak bisa menjaga mulutnya. Jadi untuk kali ini maafkan lah putri ku tuan," mohon Zafira yang mulai menangis kembali.

"Ck! Jika saja bukan ibu mu bukan mertuaku, maka aku tidak akan segan-segan membu*uhmu di sini!" balas Aldrich yang langsung menurunkan pist0l nya dan memasukkan nya kembali ke dalam saku jas nya.

"Ingat! Jangan pernah mengganggu orang-orang ku dan jika aku tahu maka bersiap-siap lah untuk m4ti!" final Aldrich yang menatap tajam keduanya.

"Ayo Keisha, kita pulang dari sini!" ajak Aldrich yang langsung menggenggam tangan Keisha keluar bersama dengan Aliza.

Keisha pergi dari sana bersama dengan Aldrich yang terus membawa nya pergi dari neraka itu. Tina terjatuh tak berdaya, rencana nya kini gagal. Gagal total untuk menguasai apa yang Ayahnya punya selama ini.

"Tidak!! Tidak, tidak mungkin ini terjadi!" teriak Tina frustasi.

"Hentikan Tina! Apakah kau sadar?! Kau baru saja lolos dari kematian mu! Mama tidak ingin membahayakan nyawamu, jadi hentikan ini!" ucap Zafira.

Namun Tina segera menggeleng dengan cepat. "Nggak Ma! Tina nggak mau berhenti sampai di sini, kalau Tina berhenti maka semua rencana yang Tina rancang selama ini gagal! Tina nggak bisa ngebiarin itu terjadi, nggak akan!"

"Apakah kau sudah tidak waras Tina! Dengarkan Mama! Aldrich bukan lawan yang sepadan untuk kau tantang bod0h!" pekik Zafira.

"Tina memang sudah tidak waras Ma! Dia itu hanya pria cacat yang dulunya wanita bahkan enggan mendekat padanya! Lihat saja, akan ku buat dia cacat kembali bahkan aku yang akan lebih dulu mengambil nyawanya!" ungkap Tina menyeringai.

"Dan aku tahu apa yang harus aku lakukan!"

•••

Sepanjang perjalanan saat Aldrich mengemudi Keisha hanya diam sembari terus menepuk-nepuk pundak Aliza berharap gadis kecil itu tertidur.

"Tinggal lah sementara di rumah ku, aku akan merahasiakan kedatangan mu dan setelahnya aku sendiri yang akan membawa pulang kembali ke Belanda," ucap Aldrich.

Keisha menghela napas kecil kemudian menatap Aldrich yang nampak fokus mengemudi. "Terima kasih," jawab Keisha dengan tulus. Bahkan nadanya terdengar kembali bergetar.

"Untuk apa berterimakasih? Aku melakukan semua ini karena tulus padamu Keisha, pada aku belum tahu kapan kau akan memaafkan aku," lirih Aldrich yang tersenyum kecil penuh harap.

"Mami, Liza lapal Mami," sela Aliza yang membuat fokus keduanya beralih pada putri kecil mereka.

"Sebentar lagi Liza, kita akan sampai. Dan Mami akan memberimu makan, okay?" Aliza langsung mengangguk mendengar penuturan dari Keisha sedangkan Aldrich hanya bisa tersenyum.

Selang beberapa menit kemudian mereka akhirnya sampai di mansion Aldrich. Mata Keisha menyapu pemandangan Mansion yang sama sekali tidak berubah dari dulu.

THE PACHINKO [SELESAI]Where stories live. Discover now