CHAPTER 13

72 5 0
                                    

•KEMBALINYA SANG MASA LALU•

Persiapan untuk acara merayakan kesembuhan Aldrich kini sudah hampir selesai dan saat ini juga
Selena begitu bangga melihat persiapan acara yang peruntukkan untuk Aldrich kini sudah hampir rampung.

"Kerja keras memang tidak pernah mengkhianati hasil," ujar Selena bangga yang membuat William hanya bisa geleng-geleng.

"Jangan terlalu lelah Selena, aku tak ingin kau jatuh sakit karena terlalu lelah mengurus hal ini," tegur William.

"Aku tahu suamiku, setelah ini aku akan beristirahat juga," balas Selena yang kemudian berjalan ke arah kamar mereka di mana ruang utama yang di jadikan tempat acara adalah ruang tengah rumah William.

•••

"Aku sudah sampai, kau di mana? Kau tidak lupa kan jika aku pulang hari ini," ucap seorang perempuan yang menarik kopernya keluar dari bandara.

"Yah, sudah ku duga kau pasti lupa kan? Huh, dasar! Aku akan naik taksi saja!" balas perempuan tersebut dan langsung memutuskan telpon tersebut. Dengan kesal perempuan tersebut langsung berjalan keluar dari dalam bandara untuk segera pulang ke apartemen nya.

"Hai cantik!" teriak seorang perempuan yang terlihat berlari ke arah nya.

"Tina?!" Mata perempuan tersebut membulat padahal baru beberapa menit lalu dirinya menelpon sahabatnya itu yang beralasan tak bisa menjemput nya karena ketiduran.

"Iyah sayang, ini aku! Tina sahabatmu. Kau pasti sangat marah tadi bukan? Hahaha, pasti lucu melihat ekspresi mu tadi," ungkap Tina yang kegirangan sendiri.

"Itu benar-benar tidak lucu Tina, aku benar-benar marah padamu! Aku kira kau tidak akan datang menjemput ku!" ucapnya yang mengerucut bibirnya dan melipat tangannya di depan dadanya.

"Hahaha! Kau terlihat imut Saqila! Dan mana mungkin aku tidak datang menjemput sahabtaku saat dia pulang untuk pertama kalinya setelah sekian lama pergi? Aku tidak sekejam itu! Baiklah, kau pasti lelah dengan perjalanan jauhmu kan? Kalau begitu ayo kita pulang ke apartemen mu!" ajak Tina segera yang menarik tangan Saqila menuju ke arah mobilnya yang tak jauh dari sana.

Mereka pun pergi dari sana, dalam perjalanan pun Tina tak henti-henti nya menceritakan segala kesehariannya pada sang sahabat membuat Saqila kadang tertawa mendengarkan beberapa kesialan yang sering menimpa Tina.

"Benar-benar yah, kau bahagia sendirian tanpa diriku!" keluh Saqila.

"Enak saja! Kau tidak sadar yah? Siapa suruh pergi terlalu lama, bukan kah itu semua itu ulah mu sendiri? Malah menyalahkan aku yang bahagia sendiri, dasar bod0!" balas Tina yang membuat Saqila tersenyum kecut.

"Huft! Benar Tina. Benar aku memang bod0h, sangat-sangat bod0h," ujar Saqila yang menunduk.

"Kau menangis Saqila? Hey aku tidak bermaksud mengataimu bod0h, aku hanya bercanda Saqila! Aku tidak bermaksud membuat mu sedih, aku benar-benar minta maaf Saqila. Kau mau..."

"Tidak Tina, aku tidak sedih kau mengataiku bod0h hanya saja aku sedih karena sekarang aku begitu merindukan kekasih yang dulu pernah ku tinggalkan," potong Saqila yang tak ingin membuat Tina merasa bersalah.

"Ah dia, kau bisa kan datang kepadanya dan mengatakan kau menyesal telah meninggalkan nya," usul Tina.

"Apakah dia mau menerimaku kembali?" tanya Saqila.

"Bisa yah dan bisa tidak. Tetapi kau mencintai nya kan?" tanya Tina yang langsung di balas anggukan oleh Saqila.

"Nah jika begitu, aku yakin dia pasti bisa menerima mu kembali. Kau bisa mengatakan jika kau masih mencintai nya, semuanya akan lebih mudah jika kau  melibatkan perasaan mu Saqila. Karena aku tahu kau pasti meninggalkan nya dengan alasan tertentu waktu itu," jelas Tina yang membuat semangat Saqila untuk menemui sang mantan kembali membara.

"Kau benar-benar sahabat terbaikku Tina! Aku sangat menyayangi mu!" ucap Saqila yang langsung memeluk Tina yang tengah fokus mengemudi.

"Yah itulah gunanya sahabat!"

Sedangkan di sisi lain Aldrich tengah menemani Keisha saat tadi pagi Keisha mengeluh sakit kepala.

"Bagaimana? Apakah sakitnya sudah berkurang?" tanya Aldrich saat dirinya masih memberi pijatan ringan di kepala Keisha.

Keisha menggeleng kan kepalanya pelan mendongak menatap wajah Aldrich yang tengah memijat kepalanya. Bukan apa-apa, tetapi Aldrich juga merasa jika dia juga bertanggung jawab karena sering membuat Keisha begadang. Yah mengerti saja lah.

"Kalau begitu kita ke rumah sakit saja, jika sakitnya tidak hilang," usul Aldrich yang langsung mendapatkan gelengan cepat dari Keisha.

"Mungkin akan lebih baik jika aku tidur sebentar, tuan bisa meninggalkan saya saja. Saya akan mencoba tidur siapa tahu jika nanti saya bangun sakit kepala akan menghilang," jelas Keisha. Aldrich tidak banyak bicara dan dirinya langsung menyetujui hal tersebut. Lagi pula dia tidak ingin berlama-lama lagi di dalam kamar Keisha. Dia juga punya kesibukan sendiri.

Aldrich beranjak turun dari ranjang, tanpa mengucapkan sepatah kata penenang dia langsung pergi dari sana. Senyuman yang tadinya menghias di bibir Keisha kini perlahan memudar sejalan dengan perginya sang suami.

"Bahkan perhatian kecilmu sudah membuatku sedikit bahagia, andaikan saja jika perasaan ku ini terbalas aku benar-benar akan sangat bersyukur tapi sayangnya itu mungkin tidak akan terjadi," gumam Keisha yang tanpa sadar menatap pintu kamar nya yang tertutup dengan air mata yang benar-benar kini sudah ikut menetes.

Terlalu berharap dengan ekspetasi terkadang akan membuat kita lebih tersakiti saat realita yang berbicara. Dan itulah yang kini Keisha rasakan, rasanya benar-benar menyakitkan sekaligus menyedihkan.

Hans baru saja tiba di mansion Aldrich setelah mendapatkan panggilan dari tuannya. Hans langsung berjalan menuju ke arah Aldrich yang nampak duduk di ruang tengah sembari membawa sebuah iPad.

"Ada apa tuan?" tanya Hans segera.

"Aku ingin kau mengosongkan jadwal ku besok dan yah sewa sebuah salon dan juga desainer untuk wanita itu. Aku tidak berharap kau lupa Hans," ucap Aldrich.

"Baik tuan akan segera saya laksanakan," balas Hans segera.

"Apa ada lagi tuan?" tanya Hans.

"Sudah tidak ada, kau bisa pergi sekarang," jawab Aldrich yang kemudian di balas anggukan oleh Hans.

"Kalau begitu saya pamit undur diri dulu tuan," balas  Hans yang segera pergi dari sana setelah mendapatkan anggukan dari Aldrich.

Hans pun berjalan keluar dari Mansion Aldrich tepat saat dirinya baru saja ingin memasuki mobilnya tiba-tiba saja ponselnya menerima panggilan dari satu anak buahnya.

"Halo, ada apa?"

"....,"

"Apa? Apa informasi mu ini akurat?"

"....,"

"Kapan? Dia bersama dengan siapa?"

"....,"

"Bagus, seterusnya terus awasi dia. Laporkan kepada saya jika dia bergerak untuk menemui tuan,"

"....,"

"Baiklah kalau begitu, kau bisa lanjutkan tugasmu,"

"....,"

Setelahnya Hans langsung memutuskan sambungan telpon tersebut. Yang membuat pria tersebut sejenak diam seakan menerawang hal yang terjadi kedepannya.

"Tak kan ku biarkan kau mendekati dan merusak kebahagiaan tuan Aldrich," gumam Hans yang setelahnya langsung masuk ke dalam mobilnya dan pergi dari sana.

Stop it! Jangan lupa vote dan jangan berani-berani ninggalin halaman ini kalau nggak di vote atau nggak gw bakalan....

THE PACHINKO [SELESAI]Where stories live. Discover now