CHAPTER 06

84 6 0
                                    

•RASA BERSALAH ALDRICH

Segala pekerjaan Aldrich kini sudah selesai dan waktunya dia kembali ke mansion miliknya.

"Mobil sudah siap tuan, apakah anda akan kembali sekarang?" tanya Hans yang baru saja masuk ke dalam ruangan Aldrich.

"Hmm."

Hans segera mendekat ke arah Aldrich lalu mulai mendorong kursi roda milik tuannya itu. Suasana kantor memang sudah sepi sebab hari ini Aldrich sengaja lembur hingga jam 8 malam.

•••

Akhirnya mereka sampai di mansion, namun tatapan Aldrich kembali menangkap mobil yang sangat Aldrich kenali. Itu mobil Elvano.

Aldrich pun keluar dari mobil di bantu oleh Hans yang kembali mendorong kursi roda milik Aldrich masuk ke dalam mansion. Bi Sakina yang melihat kedatangan tuannya itu pun segera berlari menghampiri Aldrich yang nampak begitu lelah.

"Selamat datang tuan...,"

"Dimana El?" potong Aldrich.

"Anu tuan...,"

"Hai kak!" sapa Elvano dari belakang yang sedang memegang minuman soda.

"Aldrich!" teriak Selena yang membuat Aldrich langsung terfokus pada Mama nya itu. Kenapa hari ini banyak sekali masalah?

"Mama? Mama kenapa di sini?" tanya Aldrich yang melihat Selena berjalan ke arahnya dengan tergesa-gesa.

"Kenapa kau tidak memberitahu kan keadaan istri mu kepada Mama, hah?! Kamu ini nganggap Mama apa?!" tanya Selena.

"Stop!"

"Mama bisa tidak menghargai privasi Al? Tidak semuanya, semua urusan rumah tangga Aldrich harus Mama tahu!" balas Aldrich yang membuat Selena menghela napasnya.

"Bukan begitu Al! Mama hanya bertanya kenapa kamu tidak memberitahu mama tentang kondisi Keisha? Keisha itu menantu Mama Al! Mama juga harus tahu tentang kabar dia," ujar Selena. Namun Aldrich tidak membenarkan hal tersebut.

"Dia istriku Ma, aku bisa mengurusnya sendiri!" tegas Aldrich.

"Tapi setidaknya beritahu Mama...,"

"Ahkk! Tidak, jangan!" teriak Keisha ketakutan yang membuat fokus ketiganya beralih pada pintu kamar Keisha yang terlihat tertutup.

"Keisha!" Selena yang mendengar itu langsung berlari ke arah kamar Keisha kembali. Seperti dugaan Daniel jika sikis dari Keisha benar-benar terganggu sekarang. Membuat nya kadang berteriak tak jelas seperti melihat hantu.

Elvano mengikuti Selena begitupun dengan Aldrich yang cepat cepat mengekori keduanya.

"Ahkk! Tidak jangan Ayah! Keisha kesakitan!" teriak Keisha histeris yang sudah meringkuk ketakutan di sudut kamar miliknya dengan menyembunyikan wajahnya di kedua lututnya.

"Keisha! Nak, hai ini Mama nak!" ujar Selena langsung memeluk tubuh Keisha dengan cepat. Tangisan Keisha semakin kencang dan pilu. Luka dan penyiksaan selama bertahun-tahun lamanya menyisakan kenangan pahit yang menganggu jiwanya.

Aldrich tertegun melihat Keisha yang nampak tersiksa dan ketakutan. Tangannya tiba-tiba saja mengepal mengingat wajah Ricard bak orang yang tidak bersalah karena telah menyiksa Keisha.

Aldrich benci! Aldrich benci pada orang yang hanya datang memberi luka.

"El! Tolong telpon dr Daniel!" ucap Selena yang kemudian di balas anggukan cepat oleh Elvano.

"Al, jangan diam di situ saja nak. Bantu istrimu, Mama bingung harus bagaimana," kata Selena yang berusaha membuat Keisha tenang namun nampaknya belum membuahi hasil sebab Keisha masih terus berteriak.

Aldrich memundurkan kursi roda nya dan berputar pergi meninggalkan orang-orang di sana hingga tak lama dokter Daniel datang setelah mendapatkan panggilan dari Elvano.

"Biarkan saya menangani nya terlebih dahulu tante," ucap Daniel dengan cepat setelahnya pria itu langsung mengambil jarum suntik dan obat penenang dari dalam tas kulit yang dirinya bawa.

•••

Aldrich kini duduk di balkon kamarnya mengamati pemandangan hutan pribadi miliknya. Matanya terpejam sejenak saat udara dingin menerpa wajahnya. Wajah kesakitan Keisha kembali menjalar di pikirannya. Aldrich merasa bersalah, sangat merasa bersalah telah memperlakukan Keisha dengan semena-mena.

"Apa yang sudah ku lakukan? Tidak seharusnya aku menyalahkan orang lain atas kondisi ku sekarang ini," lirih Aldrich.

"Tidak seharusnya aku berlaku seperti itu padanya," ucapnya lagi. Kali ini Aldrich memilih untuk masuk ke dalam kamarnya sebelum ketukan pintu membuat nya kembali terfokus pada sosok wanita hebatnya yang kini berdiri sembari tersenyum padanya.

"Boleh Mama masuk?" tanya Selena yang di balas anggukan oleh Aldrich.

Selena berjalan mendekati putranya yang nampak berada di samping tempat tidurnya. Selena memilih untuk duduk di atas ranjang putranya itu.

"Mama tahu kamu belum bisa menerima Keisha Al, tapi Mama mohon untuk tetap menjaga dia. Mama dan Daddy mu sudah tahu tingkah laku orang tua Keisha, Mama merasa sangat beruntung bisa memilikinya sebagai seorang menantu hari ini. Jika saja hari itu kau menolak perjodohan ini mungkin Keisha juga akan terus di siksa oleh kedua orang tuanya Al," ujar Selena yang pelupuk matanya hampir mengeluarkan air matanya namun sedikit dia tahan.

"Dan kau tahu, dia baru saja tertidur setelah Daniel memberikannya obat bius. Tidak kah kai merasa kasihan padanya Al? Dia sudah cukup menderita di rumah orang tuanya, setidaknya beri dia sedikit ketenangan di rumah suaminya sendiri Al."

"Dengarkan Mama nak, satu kali ini. Tolong buka hatimu untuk Keisha, Mama yakin dia bisa lebih menyayangi dan menerima mu daripada mantan kekasih mu itu," sambung Selena membuat pikiran Aldrich sedikit terbuka. Hanya sedikit.

"Aldrich akan mencoba untuk menerima nya Ma, tapi Aldrich tidak bisa berjanji jika Aldrich bisa mencintai nya. Karena sejatinya Aldrich masih benar-benar terluka sekarang ini, kehadiran orang baru belum tentu bisa menghapus kenangan orang lama," jawab Aldrich.

"Kau pasti bisa Al, Mama yakin jika kamu pasti bisa melupakan dia dan menerima Keisha sebagai istrimu," ujar Selena dengan penuh keyakinan menggenggam erat tangan Aldrich.


Jangan lupa vote dan komen gesss jangan jadi pembaca silent gw mohon yehh)

THE PACHINKO [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang