40 | Hold Me Tight

Start from the beginning
                                    

...

"Dimana Diana?" Tanya Denis setelah tiba di tempat yang diberitahukan oleh bawahannya. Bawahannya menemukan Diana tengah berbelanja di minimarket ini dan saat dia tiba kemudian mengedarkan pandangannya, dia tidak menemukan sosok Diana. Yang dia temukan justru kepala bawahannya tertunduk, enggan menatapnya.

"Katakan, dimana Diana?!" Teriak Denis di hadapan ketiga bawahannya yang berhasil menemukan keberadaan Diana.

"Ini, Tuan."

Denis mengernyit ketika bawahannya menyodorkan ponsel yang di dalamnya memperlihatkan potret Diana menenteng plastik belanjaan. Tapi bukan itu yang membuat Denis mengetatkan rahangnya. Melainkan sesuatu yang berada di sekitar Diana.

Sialan! Dia kecolongan!

Brak

Tidak memedulikan ponsel bawahannya yang dia banting hingga tidak berbentuk, Denis menatap tajam wajah takut ketiga bawahannya.

"Kalian tidak bertindak saat melihatnya?!"

Gelengan kepala dari ketiga bawahannya membuat Denis mengumpat dan tanpa perasaan menendang tulang kering ketiga bawahannya yang tidak berani meringis di hadapannya.

"Cepat cari Diana, secepatnya!" Teriak Denis yang langsung membuat bawahannya bergerak cepat menuruti perintahnya.

Denis mengacak rambutnya. Kacau, semuanya semakin kacau. Dia sudah telat menemukan Diana sehingga Diana berada semakin jauh dari jangkauannya. Jika terus begini, yang ada dia hancur sendirian dan semua usahanya akan berakhir sia-sia.

Anaknya.

Dia memedulikan anaknya, bukan Diana.

Sial

Memasuki mobil, Denis mengemudikan mobilnya dengan pelan, berharap menemukan Diana yang kemungkinan belum lama meninggalkan mini market.

Sesuai dugaannya, dia menemukan sosok yang dicarinya. Namun, lagi-lagi rahangnya mengeras melihat sekitar Diana. Menambah kecepatan mobilnya, Denis hendak menambar seseorang yang membuat emosinya naik. Namun naas, bukan targetnya yang kena senggol mobilnya, justru sosok Diana menjadi umpan hingga tubuh berisi Diana terlempar ke samping.

Menggeram, Denis menghentikan mobilnya dan segera menghampiri Diana sebelum seseorang yang sebelumnya menjadi targetnya menghampiri Diana.

Kerumunan warga mengelilingi Diana dan Denis menerobos kerumunan itu. Denis segera menggendong Diana disusul amarah warga karena kesalahannya menyerempet seorang ibu hamil.

"Saya suaminya, kami bertengkar dan saya emosi," ujarnya sebelum membawa ke mobilnya dan melirik sekilas seseorang yang berdiri tidak jauh dari kerumunan.

"Denis."

"Ada yang sakit?" Tanya Denis setelah melihat Diana membuka mata dan menatapnya lesu.

"Anak aku ...."

"Dia baik-baik saja."

Diana lega mendengarnya namun raut wajahnya menjadi sedih mengingat kenapa dirinya bisa terbaring di brankar rumah sakit. Menyadari tangannya digenggam Denis, sontak Diana melepaskan tangannya dari Denis membuat Denis tersinggung.

"Jangan menolakku, Diana!" Tekannya seraya menarik kembali tangan Diana dan menggenggamnya erat meski Diana berusaha melepaskan.

"Kenapa kamu melukai kami? Kalau aku jatuh dalam kondisi perut menekan aspal, apa kamu gak mikir gimana resikonya?"

Diana tidak bisa menahan tangisnya. Tidak bisa menyembunyikan kekecewaan dan kemarahannya pada Denis. Untung kedua tangannya sengan sigap memeluk perutnya dan kedua lututnya yang menjadi santapan aspal. Jika tidak, dia tidak bisa membayangkan jika perutnya yang menimpa aspal dan bagaimana kondisi anaknya.

"Apa ini hukuman yanh kamu berikan? Dengan mencelakai kami? Atau kamu merasa terganggu dengan kehadiran kami karena kamu sebentar lagi akan menikah dengan Vanya?"

Diana mengusap kasar wajahnya.

"Denis, kalau kamu gak bisa terima anak ini, aku gak masalah. Aku bisa merawat anak ini sendiri, tanpa bantuan kamu. Aku gak bakal nuntut banyak hal ke kamu. Aku juga sadar diri, gak bakal ngusik kamu karena posisiku jauh lebih rendah dari Vanya yang akan menjadi pasangan hidup yang kamu cintai."

"Apa yang kamu katakan!" Sentak Denis mengetatkan rahang mendengar perkataan Diana yang semakin berani padanya. Denis mencengkeram rahang Diana dan langsung melumat kasar bibir Diana. Mengabaikan perlawanan Diana yang memukul dadanya bahkan mendorong dadanya agar lumatannya terlepas. Percuma, segala usaha yang Diana lakukan tidak membuahkan hasil karena tenaga Denis tidak sebanding dengan Diana.

Denis seperti orang kesetanan. Semua emosinya dia luapkan dalam cumbuannya pada Diana. Tatapannya lurus pada mata Diana yang mengeluarkan air mata. Denis benci melihat Diana seperti tidak bahagia saat bersamanya. Dia telah melakukan segalanya untuk Diana tetapi Diana membalasnya dengan tatapan yang tidak mengenakkan ini.

Sial

Melepas lumatannya, Denis mengusap kasar air mata Diana.

"Kamu jahat!" Isak Diana dan Denis memilih menulikan pendengarannya.

"Seharusnya kamu lepasin aku sebelum kamu kecewa. Maaf kalau selama ini aku repotin kamu."

"Diam, sialan!" Teriak Denis tidak suka mendengar perkataan Diana.

"Denis, aku minta maaf buat segalanya. Tapi lebih dari itu, aku minta maaf kalau selama ini aku bohong sama kamu. Aku----"

"Aku mencintaimu Diana. Tidak bisakah kamu diam di sini, bertahan bersamaku. Apa cintaku tidak cukup membuatmu bertahan di sisiku?" Denis melirih pada Diana, menghentikan perkataan Diana yang membuatnya sesak.

Denis tidak mau melepaskan Diana. Dia butuh Diana dan jauh dari Diana membuatnya nyaris gila setiap harinya. Namun perkataan Diana selanjutnya menghancurkannya dalam segala sakit yang tak berujung. Nyaris tak percaya, namun tatapan Diana tidak menunjukkan kebohongan. Denis jatuh terduduk, menutup wajahnya sebelum akhirnya menatap Diana dengan mata memerah menahan tangis. Denis kehilangan pijakannya namun kedua tangannya masih berusaha menggenggam tangan Diana, menahan Diana dan berharap yang dia dengar adalah kesalahan.

"Aku gak hamil anak kamu. Selama ini aku pura-pura buat mencari kelemahan kamu."

...

Suka-suka kalian mau berekspresi seperti apa😊

Jangan lupa tinggalkan jejak!💜

...

Hold Me Tight | 2022
Shopiaaa_



Hold Me TightWhere stories live. Discover now